Bagian Ketujuh

6 0 0
                                    

Note : bagian ini sebagian menggunakan bahasa Inggris 


Bandung, 7 November 2019 

Di suatu kamar hotel, terdapat cahaya terang di bawah celah pintu kamar tersebut. Cahaya terang tersebut kemudian menjadi agak remang. Ternyata lampu kamar hotel tersebut mengalami masalah teknis karena kurang berfungsi, pemuda yang di kamar tersebut merasa terheran-heran dan meragukan layanan fasilitas hotel Asteris, padahal dia sudah bayar mahal untuk ke kota Bandung. Tidak memedulikan permasalahan lampu tersebut Aaron tetap melakukan aktivitasnya. 

Tapi aktivitas ini benar-benar di luar rutinitas Aaron dengan rambut blonde-hitam, dengan kulit yang agak putih-coklat, mata bronze, dan memakai jumper merah kesukaanya. 

Aaron sejak hari pertama dia menginap di kamar itu, telah membangun sebuah conspiracy board investigasi seperti film-film kriminal pada umumnya. Semua petunjuk yang didapatkan - mulai dari nama seseorang, letak tempat, sobekan koran dengan highlight marker kuning, foto suatu gedung dan lain-lainnya - yang dihubungkan dengan benang merah  mengarah pada rumusan pertanyaan yang di highlight stabilo warna merah - yang bertulisan "Where is Une Banque bleue blanche would be?".

Aaron sudah memiliki sebagian petunjuk yang cukup memungkinkan untuk menemukan bank bahasa Perancis itu. Semua kertas, file, foto, dan sobekan majalah tersebut menempel di papan tulisnya dan sebagian menyebar ke dinding kamar. Aaron sedikit puas melakukan investigasi kecilnya sambil menyeruput jasmine tea  yang dia buat dengan electric kettle. Namun dari semua penemuan yang dia kumpulkan, terdapat puzzle  yang hilang - clue letak bank tersebut. 

Aaron mengakui bahwa dalam investigasi ini, hanya petunjuk keberadaan Banque bleue blanche yang terbilang sulit ditemukan. Bagaimana tidak? dia berkunjung ke kota Bandung tidak terlalu lama, letak tempat-tempatnya saja Aaron masih belum hafal, terutama dia tidak pandai berbicara bahasa masyarakat sekitar kota. Kemaren saja dia nyasar sampai malam hari.   

Aaron yang merasa pusing mencari petunjuk selanjutnya setelah itu  dia beranjak keluar kamar untuk restart otaknya agar fresh. Dia meninggalkan kamar hotelnya dengan memakai turtle neck dan blazzernya, Aaron memakai baju agak tebal karena luar hotel sudah mulai mendung. 

Aaron keluar dari hotel kemudian berlari ke halte bis yang terdekat sebelum turun hujan. Sampai di halte bus yang ada calon penumpang bus, pemuda ini duduk di kursi halte bis yang terbuat dari besi yang di cat warna biru. Tidak lupa dia menyalakan rokoknya, kemudian menghembuskan asap rokok tersebut. Aaron sudah lama sekali tidak pernah merokok seperti ini sambil ditemani bau air hujan yang merupakan hal favoritnya. 

Aaron tidak pernah memikirkan bahwa situasi tubuhnya yang berasal di negara yang dingin, dapat beradaptasi dengan cepat. Sebagian turis yang berkunjung ke Indonesia merasa cuacanya terlalu panas, memang karena negara ini iklimnya tropis. Aaron dikenal pribadi yang berbeda dengan fisiknya, kulitnya yang agak kecoklatan daripada teman-temannya yang benar-benar putih. Matanya yang gelap tidak berwarna terang seperti keluarganya. Dan memiliki rambut hitam-coklat, karena merasa pede dengan fisiknya dia mengecat rambutnya menjadi blonde seperti sebagian orang Eropa. Negara ini .... dia menatap orang-orang di kota ini hampir mirip dengan dia, kecuali dari bentuk matanya yang agak lebar dan hidungnya yang mancung. 

"Aacuhh!" suara seseorang bersin terdengar di kuping Aaron, sampai dia menoleh di sebelah kirinya adalah wanita yang mengetahui namanya - dengan rambut hitam, kulit sama sepertinya, dan kaos orange dengan outer warna hijau gelapnya. 

Aaron yang terkejut berpapasan dengan wanita ini sudah tiga kali - ditambah empat kali, sungguh suatu kebetulan. Dengan rasa penasaran tentang wanita ini, Aaron yang awalnya hanya ingin merokok berubah keinginan untuk mengikuti wanita itu. Mungkin dia bisa memberikan tour guide gratis di kota Bandung. 

Bus warna biru sampai ke halte yang ditunggu Aaron. Wanita itu naik terlebih dahulu ssetelah itu Aaron mengikutinya dari belakang, bersembunyi dari barisan penumpang bus lainnya. Supaya tidak ketahuan, dia duduk di belakang wanita itu tidak terlaku jauh, beda 3 kursi antara wanita itu dengan Aaron. 


---

Sudah tengah hari, bus biru itu sampai di halte tujuannya. Sebagian penumpang turun sambil membayar ongkos bus dengan menempelkan kartu bus di alat bayar otomatis. Walaupun Aaron belum lama di Bandung, dia sudah memiliki kartu busnya, belum tahu dia mendapatkan dari mana, mungkin dari intel. 

Saat dia menunggu giliran turun, di barisan depan, wanita 'yang tahu namanya' mengalami kesulitan membayar ongkosnya. Dari pengamatan Aaron yang agak buram, wanita itu ternyata kartu busnya tidak dapat menerima uang di kartunya, kemungkinan kartunya error . Karena terlalu lama, banyak penumpang mendahului wanita itu. Saat giliran Aaron membayar ongkos bus, dia menepuk pundak wanita itu dan berkata, "Let me pay you". Setelah itu dia mengeluarkan kartu lainnya di kantung celana ajaibnya dan membayar ongkos untuk wanita itu. 

Saat semua penumpang turun, bus biru itu pun meninggalkan halte tersebut. Wanita itu beranjak ke Aaron dengan berkata, "I'm sorry for troubling you back there. Here l'll replace your money immediately," dengan mengeluarkan dompet dari tas selempangnya. Aaron dengan cepat memegang tangannya untuk menghentikan pergerakan tangannya. 

"It won't be necessary miss. I'am happy to help you," kata Aaron dengan nada lembut. Setelah itu wanita tersebut menghembuskan nafas lega. "but will you do me a favor?" tanya Aaron dalam batinnya mengharapkan persetujuannya. Wanita itu langsung menengandah kepalannya ke arah pendangan Aaron. 

"Wait, wasn't that you who took by taxi yesterday?" tanya wanita itu terkejut mengingat sosok Aaron. Pemuda rambut pirang itu mengganggup bingung. 

"Apologize for my rudeness. I forgot people faces sometimes. My name is Tasya," ucap Tasya dengan menyodorkan tangannya pada Aaron. 

"It such a pleasure to know you, Tasya," jawab Aaron sambil menjabat tangannya wanita itu. 

"So, how can l help you, Aaron?" tanya Tasya dengan senyuman di wajahnya karena sikap Aaron yang rendah hati. 


---

"You want me to show you around town?" tanya Tasya sambil menyedot minuman teh susu boba gula arennya yang barusan dia beli di street food dekatnya.

"Yes. I really love the town. This place is very different with my town back home. It is make me curious about it," jelas Aaron melihat sekeliling street food sambil meminum gelas espressonya yang dia beli di kedai terdekat.

"Sure. But for your information, I don't know much about this town. It's been a long time ago l didn't visit this town," jelas Tasya.

"You are not from here?" tanya Aaron sambil menambahkan gula di minumannya. 

"No. I'm here because my mom, but i have spare time for you until 4 pm,"  tutur Tasya memberikan penjelasan pada Aaron. 

"I can handle that," jawab Aaron menerima persetujuannya dengan Tasya. 

Tasya dengan mulutnya melengkus ke atas, mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Kemudian dia membuka lipatan-lipatan kertas itu sehingga membentuk peta kota Bandung yang ukurannya lumayan besar, Aaron todak menduga hal itu terjadi. 

"So, what places you want to go?"  tanya Tasya meminta jawaban dari pemuda didepannya yang baru dia kenal selama 2 hari ini.  

 


Not AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang