*Note : bahasa pada bagian ini menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia*
---
Sementara itu, pada suatu tempat di Inggris
"What are you saying?"
"Ma'am, we already search the whole house and his workroom. We can't find him",
"And what we should do without that bastard. The company has no representative in court!"
Teriakan wanita berambut panjang pirang itu terdengar sampai luar ruang kerjannya. Seorang sekretaris yang harus menghadapi emosinya berusaha menenangkan wanita itu.
"We still can represent the company, ma'am. I will call Mx. Chara if they available. After all they are the Co-director of this company", lanjut sekretarisnya sambil meminta bawahannya untuk melakukan perintahnya.
Wanita rambut pirang itu merasa tertekan kemudian duduk dengan tangan di kepalanya. Setelah mengheningkan cipta sejenak, tiba-tiba kepalanya menengandah seakan-akan mengingat suatu hal. Dia langsung menelpon seseorang di smartphonenya. "Father, is Aaron there?" tanya wanita itu dengan tergesa-gesa menanyakan keberadaan adiknya yang hilang.
"He isn't there?" lanjut wanita itu setelah mendengar respon dari papanya
Pembicaraan cekcok antara wanita itu dan papanya di telepon semakin intens, bahkan dia tidak menyadari kalau sekretarisnya sudah meninggalkan ruang kerjanya.
Sekretaris tersebut memiliki nametag yang menempel di dadanya. Karena peniti pada nametag tersebut rusak, nametag itu terjatuh ke ruangan tertentu, ruangan saudara adik wanita itu. Dengan rasa penasaran, dia melihat ruang tersebut dengan seksama. Dia menemukan banyak kertas yang tergeletak di lantai ruang tersebut.
"My father are going to arrive today. He will discuss the Anderson Company with me again about this situation," jawab wanita pirang itu sambil mendatangin ruang adiknya. "Sure Miss. Nira", gumam sekretarisnya yang sedang membaca kertas di lantai.
Untuk meluruskan permasalahan ini, perusahaan Anderson sedang menghadapi kasus sengketa tanah dengan perusahaan saingannya. Pada siang hari, akan ada pengadilan di tengah kota yang ramai disambut oleh beberapa pers media. Namun pada pukul 9 pagi di waktu Inggris, perwakilan perusahaan, Aaron menghilang. Tidak ada kabar oleh pembantu rumah ataupun pesan dari HPnya. Maka pihak perusahaan sedang mengalami masalah yang serius, dan berusaha mencari pengganti.
"Miss Nira, i think i know where he is", jawab sekretarisnya yang menyodorkan file kuning dengan kertas-kertas tersebut yang awalnya ada di lantainya. Kemudian wanita itu tersebut membaca file kuning itu dengan seksama.
"Oh God, No way", ungkap wanita pirang itu dengan kelopak matanya yang terbuka .
"Call the agents, I am going to Bandung. I need to stop him before it's too late".
"What about Mr. James arrival today?"
"Tell my father that the situation is in goodhand. Don't let my father know about this, Do you understand that?" wanita itu meminta konfirmasi dari sekretarisnya.
"Yes , ma'am", tanggap sekertaris itu.
---
Bandung, 5 November 2019
Guru muda ini sudah sampai di kota tujuannya, Bandung. Kota yang terkenal akan makanan, wisata rekreasi, dan seni kontemporer. Tempat ini masih terlihat ramai walaupun sudah larut malam. Kota ini disapu oleh angin sejuk dengan dekorasi kebisingan masyarakat.
Natasya keluar dari stasiun dan memesan taksi online di handphonenya. Dia terlihat lesu dan lelah, bagaimana tidak? dia harus mengebut dari rumah sakit menuju stasiun kereta. Apalagi dia hampir salah naik kereta.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, taksi pesenannya telah sampai. Tasya dengan cepat masuk ke dalam taksi itu. "Pak menuju hotel Asteris ya", kata Tasya pada supir taksi. Dia menanggapi permintaan customer kemudian mobil pun bergerak keluar dari stasiun.
Suasana taksi benar-benar hening, namun Tasya tidak keberatan karena dia hanya melamun melihat pemandangan kota indah ini, elok sekali kota ini. Dulu dia berkeinginan untuk kuliah di Universitas terkenal di Bandung. Namun mimpi itu tidak kesampaian karena tidak lolos ujian masuk kampus itu.
Karena keheningan layak freezer kulkas, supir taksi berusaha mencairkan suasana.
"Mbak ke sini karena urusan kerja ya?" tanya supir rambut pendek berusaha basa-basi.
"Ah bukan mas, saya ada urusan dengan keluarga saya", jawab Tasya kembali dari aktivitas melamunnya.
"Orang tua mbak tinggal disini?" tanya supir itu lagi. "Mama saya orang sini, namun pindah ke Jakarta setelah menikah", jawab Tasya. Supir itu mengganggup kepalanya. Tasya kembali ke dunia melamunnya lagi, sepertinya wanita ini butuh terapis.
Tasya lalu membuka surat yang dia baca saat di rumah sakit mamanya. Surat itu pun terdapat bukti pembayaran kamar yang sudah booking dengan tanggal saat ini, atas namanya, bahkan sudah dibayar pula. Keanehan ini membuat Tasya pusing untuk memikirkannya. Seakan-akan mamanya sudah memikirkan skenario ini saat-saat dia dirawat Tasya. Mamanya terlihat biasa dengan penampilan baju sederhana layaknya emak-emak pada umumnya, tapi beliau ini cerdik dan selalu memikirkan apa yang terjadi kedepan, ...... atau mamanya itu peramal.
"Kita sudah sampai tujuan, mbak", jawab supir sampai mengagetkan Tasya. Wanita itu langsung berterima kasih dengan supir baik itu dan langsung membayarnya.
Tasya kemudian masuk ke lobby hotel Asteris, disambut oleh suasana ruangan yang ramai disambut oleh turis baik lokal maupun asing. Dengan gaya ruangan yang elegan dan mewah seakan seperti gaya eropa klasik. Tasya matanya terlihat takjub melihat sekeliling lobby sejenak sampai lupa tujuannya ke sini. Setelah itu dia bergegas ke ruangan resepsionis, untuk booking kamarnya.
"Selamat datang di hotel Asteris, apa yang saya bantu?" tanya resepsionis dengan nada bersahabat. "Saya habis memesan kamar dan ingin nginep disini", jawab Tasya. "Baik tunggu sebentar", respon mas resepsionis.
"Atas nama siapa?"
"Natasya Augustine Nayaka, mas,"
"Baik. Bisa berikan KTP anda agar saya cek dulu", jawab mas resepsionis kemudian Tasya memberikan KTPnya. Mas resepsionis meminta Tasya untuk duduk sementara karena para resepsionis sedang dibanjiri oleh pengunjung dan turis kemudian dirinya langsung mencari bangku kulit yang terlihat kosong untuk duduki. Secara tidak sengaja, dia menabrak seorang bule dengan rambut pirang. "Excuse me", respon pemuda itu. Saat mereka melakukan kontak mata, Tasya langsung menatap wajah pria itu. Pemuda itu langsung meninggal Tasya. Dia merasakan hal yang aneh, bukan kupu-kupu di perut, tapi tampaknya sepertinya mirip seseorang yang dia kenal, tampangnya wajah mirip dirinya. Seketika nama Tasya dipanggil di meja resepsionis, dia langsung bergegas.
"Mohon maaf mbak, kamar kita sudah penuh untuk single room. Tapi kita masih menyediakan kamar jenis connecting room. Kamar anda juga akan terhubung dengan kamar tamu lainnya. Apa Mbak Tasya tidak keberatan?" tanya mas resepsionis dengan meminta maaf dengan Tasya. "Oke mas, asalkan dia tidak mengganggu saya", lanjut Tasya.
Setelah itu mas resepsionis memberikan surat-surat padanya, kurang tahu itu surat apa tapi harus tanda tangan Tasya. "Baik mbak, Kamar anda nomor 321. Ini kunci kamar anda. Semoga malam anda baik," jawab mas resepsionis itu. Saat Tasya mengambil kunci kamar yang dia berikan, barisan di sebelahnya ada pemuda pirang tadi yang juga sedang memesan kamar. "I'm sorry sir. Our single room are all booked. But our connecting room is available. Would you like to booked that room instead?" tanya mba resepsionis berjilbab pada pemuda bule itu.
Pemuda itu merespon dengan kepalanya yang naik-turun. "Alright then mister ...?"
"Aaron. Aaron Mason Anderson," ucap pemuda itu. "Okay Mr. Aaron. Your room is 322. Here's your key, have a nice night," jawab mba resepsionis itu.
"HAH. Kamar kita sebelahan?" kaget Tasya. Apa mamanya memprediksi ini juga?
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Alone
AventuraHidup seseorang itu penuh kejutan bukan? Kadang kejutan itu bisa menyenangkan hati seperti perayaan ulang tahun dan juga ada kejutan yang mengecewekan sampai berkata-kata pun sulit. Namun bagaimana jika kedua kejutan ini digabungkan menjadi satu...