"So what do you think?"
"I don't think this my style. I never wear this type of clothes"
"Seriously?" tanya Tasya terkejut mendengar perkataan pria bule di depannya yang sedang mencoba baju di fitting room. Pakaian yang dikenakan Aaron yakni t-shirt warna merah bata lengan pendek dengan terusan manset menjadi lengan panjang, ditambah dengan jeans navy panjang. Jelas Aaron seperti anak indie, tapi menurutnya gaya ini kurang elegan.
Kemudian Tasya memberikan pakaian selanjutnya untuk dicoba oleh Aaron. "Try this one. I think it will suit you," tutur Tasya memastikan pilihan pakaiannya pada Aaron. "Huh ... alright then mate," jawab Aaron masuk ke fitting room.
Saat pria bule itu mencoba pakaiannya, HP Tasya tiba-tiba berdering. Kemudian dia melihat notifikasi, seketika matanya membesar melihat tulisan 'Siti'.
'Mampus! Waduh gimana nih?' tanya batin Tasya linglung antara tidak perlu mengangkat telepon sahabatnya atau menjelaskan secara detail pada sahabatnya. Tasya sejak berada di Bandung berusaha untuk tidak read chat ataupun merespon call sahabatnya. Dia hanya mengikuti perintah Bu Mawar untuk tidak memberitahukan anaknya.
Aaron keluar dari fitting room menunjukan dirinya dengan percaya diri. "I think l like this clothes. It makes me look cool," tutur Aaron merasa bangga terhadap penampilannya - menggunakan t-shirt dengan motif ribbed dengan celana lebar kaki pleated. Karena tidak ada respon terhadap penampilannya, Aaron berbalik dan melihat Tasya yang menatap HP nya. Sepertinya ada telepon masuk, namun Tasya hanya terdiam membiarkan bunyi ringtonenya berdering. "You are not going to answer that?" tanya Aaron dengan kedua tangannya menempel pada pinggangnya.
Tasya terkejut mendengar suara Aaron kemudian mengusap HPnya keatas, menutup panggilan sahabatnya. "Oh it's nothing. Just some friends," jawab Tasya mennghindari pertanyaan Aaron. Pria bule itu mengganggup.
"You look great. But are you sure that this clothes you want to buy that? We've been here for 2 hours," keluh Tasya seperti babu melayani majikannya. Mereka sudah keliling fashion outlet itu dari lantai atas dan bawah, melihat macam-macam sepatu branded, dan ngemil dimsum di tempat itu. Namun dalam situasi memilih baju, Aaron yang lebih suka melihat-lihat gaya baju yang dipaparkan di mannequin dan gantungan baju, Tasya bukan penggemar fashion. Dia hanya menggunakan pakaian ... yang menurut dia nyaman untuknya.
Mendengarkan perkataan itu, Aaron sadar bahwa dia lupa kenapa dia di Bandung dan merasa teralihkan dengan uniknya kota Bandung. "Sorry. I get carried away. I think l will buy this one," jawab Aaron dengan rasa malu. Mereka pun beranjak ke kasir untuk membayar pakaian yang dibeli Aaron. Tasya menghembuskan nafasnya bahwa perjalanan window fashion telah usai.
---
"This is so good. What is it called again?"
"Kue Cubit. l used to buy this when l was in high school," jawab Tasya setelah membeli kue cubit di pedagang terdekatnya
"You are so lucky to have this. My school's canteen only have usual food, like fruit, chicken nugget, and milk," terang Aaron sambil menyantap kue cubit ke mulutnya. Tasya menyeringai pria bule itu seperti baru melihat bocah mencoba es krim pertama kali. Karena melihat Aaron bahagia menyantap makanan itu, mau tidak mau dia memberikan jajanannya pada Aaron.
"Anyway, next is the last place. See right here?" tanya Tasya menunjuk jari tengahnya ke peta kemudian Aaron menatap arah jari tengahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Alone
AdventureHidup seseorang itu penuh kejutan bukan? Kadang kejutan itu bisa menyenangkan hati seperti perayaan ulang tahun dan juga ada kejutan yang mengecewekan sampai berkata-kata pun sulit. Namun bagaimana jika kedua kejutan ini digabungkan menjadi satu...