[ 아홉 : 9 ]

585 54 10
                                    

[ TODAY : UNPREDICTED INCIDENT ]

.
.
.
.
.



Di bagian lapangan kosong anak-anak kelas 3-2 dikumpulkan. Mereka mengumpul senapan di satu tempat menjadi selayaknya piramida lalu duduk di sebelah. Ji-woo mendapat tempat di depan karena Woo-taek minta untuk tetap ada di samping dia sementara So-yeon mengambil tempat dan dekat dengan Soo-cheol, Jang-soo adalah orang di samping kiri yang melihat dia melepas penutup telinga dan disimpan ke dalam saku.

"Penutup telinga?"

Ji-woo mengangguk, "Benar," Dia sebenarnya tidak menduga Jang-soo akan berbicara, ini kali pertama mereka.

"Aku lihat Kopral Park memberikan padamu tadi, dia sungguh mengenalmu, ya," Ah, dia menyadari hal yang satu itu. Ji-woo mengulas senyum singkat dan mengangguk, "selain tampan para tentara rupanya juga hebat mengambil hati anak-anak."

"Kau juga suka salah satu komandan?" Woo-taek di sebelah mereka rupanya sejak tadi sudah mencuri dengar, memajukan tubuh untuk melongokkan kepala ke arah mereka berdua lalu Hee-rak ikutan di atasnya. Membuat Ji-woo juga menoleh ke arah Jang-soo, ikut mengintrogasi anak laki-laki kekar satu ini.

Dia menggeleng cepat, "Tidak, tidak mungkin."

"Ah, tidak seru, padahal aku mau kau jawab iya, sial," celetuk Hee-rak sudah kembali ke posisi awal dengan normal lalu Woo-taek juga. Ji-woo hanya memberi reaksi dengan senyum saat di antara mereka kini hanya terisi keheningan.

Kopral Park mengumpulkan kertas-kertas target, sementara Sersan Kim memberi wejangan sedikit kepada Young-shin dan orang di sebelahnya, So-yeon. Ji-woo dan Jang-soo sama-sama melihat ke arah mereka penasaran tanpa kembali bercakap, Ji-woo jadi yakin kalau dia duduk di sebelah So-yeon tadi pasti dia akan banyak bersuara.

"Peleton dua, bersiap!"

"Siap!"

Kini perhatian sepenuhnya tertuju pada Letnan Lee yang memegang seluruh kertas target, "Tamtama nomor tiga," tanpa pendahuluan.

Deok-jung berdiri dengan percaya diri mengulang nomor absen diikuti namanya, "Tamtama nomor tiga, Kim Deok-jung!"

Letnan Lee membawa satu kertas target dan menunjukkan hasil ke arah anak-anak yang memicing untuk melihat karena jauh, "Aku memberi tiga tembakan kenapa hanya ada satu lubang?"

Entah kemana pergi tembakan lain Ji-woo pikir, rupanya Deok-jung punya alasan bagus, "Dengan kehebatan menembak yang aku punya, tiga peluru tepat berada di lubang yang sama!" Sambil sesekali memamerkan otot seolah dia memang begitu hebat.

"Mana mungkin!"

"Oh, ayolah!"

Seru tidak percaya segera menggema dan dipotong oleh Letnan Lee, dia mengatakan, "Tiarap!"

"Tiarap!" Balasan Deok-jung begitu bersemangat malah mengundang tawa.

"Siapa yang menusuk lubang sekarang?" Woo-taek dan Hee-rak yang menjadi penghalang penglihatan Letnan Lee ke arah Wang Tae-man jadi menyebar, hingga muncul dia tengah berkutat dengan kertas target dan pena, menatap wajah Letnan Lee tanpa dosa dan langsung berdiri.

TODAY OR TO DIE | Duty After School x ocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang