( 2부 미리보기 )

317 41 7
                                    

PREVIEW - PART 2

[ caution ]
short scene
• themed song; Taylor Swift - Wonderland



















.
.
.

We found wonderland,
You and I got lost in it

.
.
.

-Mungkin saat ini adalah saat terakhir kita bisa tertawa lepas seperti sekarang, setelah banyaknya kejadian lalu, jadi, tolong tetap berbahagia.

Tanah tempat dia tengkurap jatuh sekarang terasa dingin, sedingin bulan desember, Ji-woo mengerjap memusatkan penglihatan pada siluet pria dewasa yang sudah bersandar di sisi dinding gedung lain meluruskan kaki kiri, meski deru nafas masih tidak beraturan, ada ulasan senyum yang membuat dia mau tak mau membalasnya.

"Aku menaruh harapan, menunggumu bangun sendiri," kalimat pertama yang dia dengar, Ji-woo menggeleng tak percaya.

"Yang benar saja, bagaimana kalau aku tidak selamat?" Dia ingat sedikit bagaimana dia terjatuh dan segalanya langsung berubah gelap tadi, tapi itu semua tidak penting.

Susah payah Ji-woo mengubah posisi menjadi duduk, rasanya seluruh badan sudah lepas, sebenarnya lantai dua tidak terlalu tinggi saat dia mengecek, tapi tekanan bola dan bom dari dalam membuat jatuh saja terasa lebih lama.

"Aku akan tetap menaruh harapan bahwa tamtama senior Chae Ji-woo masih hidup," Chun-ho tidak mengubah posisi sama sekali, mungkin dia sudah terlalu nyaman atau mungkin karena sudah menunggu terlalu lama.

"Sudah kubilang aku tidak suka disebut tamtama senior," balasnya, perbincangan terasa ringan, seolah Chun-ho bukanlah komandan, hanya teman mereka melepas penat setelah setengah hari mempertaruhkan nyawa untuk bertahan hidup, "Letnan Chae," dia tertawa dengan ucapannya sendiri.

"Lucu sekali," sarkas Chun-ho.

Sekarang aku lega, Ji-woo baik-baik saja.

























.
.
.

And we pretended it
could last forever

.
.
.

Karena hari di mana kita bertemu untuk pertama kali, dia tidak baik-baik saja.

Bangku yang biasa kosong terisi seorang perempuan. Laki-laki ini tidak berani mendekat, kain perban yang mengitar di bagian atas kepala, dan suara isak tangis yang susah payah perempuan itu usahakan ditahan justru terdengar menyedihkan.

Gemericik hujan seolah mendukung, sembunyi di balik derasnya tirai air yang mulai memburamkan mata. Laki-laki ini meninggalkannya.

Namun siapa sangka, ketika kaki memijak di salah satu tangga, saat itu pula dia mendengar pintu gerbang baru saja ditutup dari rumah sebelah, rumah yang baru menemukan penyewanya.

Sorot mata hampa dengan senyuman yang jelas terbaca, hari itu adalah hari dimana untuk pertama kalinya aku berjanji, untuk membuatnya jauh dari apapun yang menyakitinya.

Namun aku gagal, janji itu selalu gagal untuk kutepati.






























.
.
.

Life was never worse
and never better

.
.
.

"Kami baru saja berpisah dengan dua komandan," Sorot sedih Yeon-ju di layar kamera menembus sampai luar.

"Letnan Lee dan Sersan Kim tidak bisa mendampingi kami lagi karena cedera mereka yang cukup parah," tambah yang lain, masih terekam.

"Setidaknya kami masih punya Ji-woo, ketua kelas, wakil ketua kelas, dan Young-shin, mereka merepresentasikan komandan dengan sangat baik."

Kamera beralih karena mereka bertiga, Soon-yi, Ha-na, dan Yeon-ju berpelukan setelah mengungkap kesedihan. Kepada perempuan yang duduk diam memegang sesuatu di kedua tangannya, "Ji-woo apa itu surat wasiat?"

Pemilik nama menoleh ke arah kamera, dia mengangguk, "Benar sekali, Sersan Kim baru saja memberiku ini. Dia bilang ini milik Hae-jun sunbae."

"YA! BANJANG!" Suara teriakan Tae-man menembus layar, memekakkan gendang telinga, dia muncul di dekat Yu-jeong, kamera sudah mengarah ke arah mereka, berbicara santai kemudian, "apa benar kita akan dikirim ke daerah Yongdu?"

"Aish, yang benar saja katanya akan mengirim kita pulang setelah operasi!" Hee-rak mencak-mencak muncuk di kamera, ada Il-ha di belakang dia yang menepuk bahu untuk sekedar menenangkan.

"Kau yang bodoh mempercayai ucapan komandan tua itu," sahut Woo-taek, melambai-lambai ke kamera.

Kamera menjauh dari mereka, ke arah dua anak laki-laki yang duduk hanya diam, mereka yang terpintar di kelas.

"Bagaimana perasaan kalian?"

"CSAT ditunda, itu saja yang membuatku lega."

"Aku juga."

"Ya! Ya! Ya! Kim-chi!" Deok-jung menarik kamera untuk fokus kepadanya dan menunjukkan lima bungkus tersegel ramyeon di dekapan, "lihat apa yang baru saja kurampok dari gudang, aku ketahuan mengambil lima tapi mereka bilang wajar karena kita akan dikirim ke Yongdu besok."

Dia malah terlihat antusias, kamera mengabaikannya ketika So-yeon dan In-hye baru saja bergabung dengan semburat merah di telinga salah satunya, mereka menahan senyum.

"Kau kenapa?"

Bukannya dijawab, So-yeon lari ke tempat Ji-woo duduk dan langsung memeluk lengannya.

"Kau tau? Letnan Lee menerima So-yeon."




.
.
.

Letnan Lee kepada Ji-woo,
"Kau berusaha sebaik mungkin untuk menjadi wakil dari keinginan teman-temanmu, itu progres yang sangat baik, mulai sekarang jadilah pemimpin yang baik ke depannya."

Sersan Kim kepada Ji-woo,
"Bersenang-senanglah sedikit, atau kau akan terlihat lebih tua dari usiamu seperti aku. Sebagai perwakilan juga kau masih perlu merasakan santai dan bahagia sesaat."

Dan Harapan, masih menjadi pegangan Ji-woo sampai sekarang. Harapan bahwa :

Mungkin di sisi dunia yang lain, Hae-jun tetap hidup dan berada di sampingnya.






















Part 2 COMING SOON!

TODAY OR TO DIE | Duty After School x ocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang