BAGIAN : Kejujuran Yang Menyakitkan.

12.4K 420 128
                                    

Ketika paginya mereka pergi bersama, kemudian pulang juga bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika paginya mereka pergi bersama, kemudian pulang juga bersama. Apa yang kemudian kamu pikirkan tentang
mereka?

Apa yang ada di bayangan kamu ketika mereka adalah sepasang kekasih yang kisahnya terpaksa diakhiri karena sebuah sebab.

"Wah pulangnya barengan," katanya begitu netranya menangkap sepasang manusia yang berjalan canggung melewati pintu utama.

Hanina berdiri. Meneliti sang suami dengan tatapan tajam, lalu beralih pada sang pemilik kisah masa lalu dengan tatapan yang sama.

"Habis kencan?" sindirnya.

"Nin..." Sabian menegur.

"Atau habis nostalgia?"

"Hanina..." Kali ini lebih tegas.

"Kenapa?"

"Semua tuduhan kamu salah."

Hanina tersenyum kala mendengar penuturan suaminya. "Oh iya? Jadi menurut kamu apa yang aku pikirkan ketika pagi tadi kalian berangkat bersama-sama dan pulang pun bersama-sama?"

"Kami enggak ngapa-ngapain. Aku dan Nada kebetulan papasan di depan pintu."

"Kebetulan apa dibetulkan?"

"Setelah mandi, aku akan menjelaskan semuanya sama kamu," tutup Sabian kemudian berlalu. Menuju lantai atas, tempat di mana kamar mereka berada.

"Ikut aku, Nin," ujarnya ketika ia menyadari bahwa istrinya masih berdiri di tempat yang sama. Menatap tajam Senada sembari memberi peringatan tentang di mana batas yang seharusnya tidak boleh ia lewati.

"Rakan, Ibu ke atas dulu ya. Belajarnya udah selesai 'kan?"

Rakan mengangguk. "Udah, Bu."

"Jadwal buat besok sudah di atur?"

Sekali lagi Rakan mengangguk. "Udah, Ibu."

Hanina tersenyum bangga. "Anak pintar. Kalau begitu Ibu pamit, ya."

"Ibu-" Anak laki-laki itu menginterupsi langkah Hanina.

"Iya?"
"Terima kasih udah nemenin Rakan belajar, Ibu," katanya.

Yang kemudian dibalas Hanina dengan senyuman paling tulus yang ia punya.

🌹🌹🌹

Ketika melewati anak tangga menuju lantai dua, Hanina merasakan jantungnya berdebar menjadi lebih cepat, menjadi lebih kencang, hingga rasanya untuk melanjutkan langkah pun kakinya seperti gemetar. Ia tak tahu, perasaan macam apa yang sekarang sedang menggerayangi dadanya. Rasanya ia seperti takut. Seperti tak ingin mendengar kejujuran suaminya. Kalau ia bisa ia ingin berlari turun, kemudian bermain bersama Rakan. Lalu melupakan semua kejadian tentang hari ini mengenai Sabian dan Senada.

Namun, ia juga tak ingin menghindari ini lebih lama lagi. Ia tak mau semuanya berlarut begitu saja. Lantas ketika bom itu siap untuk meledak, ia akan meluluhlantakkan apa saja yang ada di sekitarnya. Termasuk hubungannya dengan Sabian, barangkali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hold On Tight (SPIN OFF DESIDERIUM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang