Chapter 3

85 63 16
                                    

hai para readers.
baik?

Happy reading!

Paginya…

Amora terbangun dari tidurnya dan langsung bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

"Mir, bangun!" ujar Amora sambil membangunkan Amira.

"Hmm... jam berapa?" tanya Amira.

"Jam enam," jawab Amora, lalu turun ke bawah meninggalkan Amira yang masih terbengong.

"HAH?! ASTAGA, TELAT!" teriak Amira.

Ruang makan.

"Pagi, Kak Rae," sapa Amora sambil duduk untuk sarapan.

"Pagi, Mor. Amira mana?" tanya Raelynn.

Saat itu, Amira baru turun dan berjalan santai. "Pagi, Kak," sapa Amira.

"lain kali, turun barengan, twins," ujar Jayden.

"Kakak sudah masak makanan kesukaan kalian. Buat Amora, gyooza, dan buat Amira, spaghetti spesial," ujar Vanya.

Amira tersenyum, "Thank you, Kak!"

"Thanks, Ka Van," ujar Amora.

"Sama-sama, ayo makan. Habis itu kalian sekolah," ujar Vanya.

Katherine datang bersama Katheryn dan langsung duduk untuk sarapan. "Rae, tugas siapa yang nganterin twins sama Leo hari ini?" tanya Kate.

Raelynn menatapnya. "Jayden," ujar Raelynn sambil menatap Jayden. Amora, yang bingung dengan pembicaraan itu, bertanya, "Tugas nganterin? Maksudnya?"

Kate menatap Eryn sejenak. Eryn, yang paham, langsung menjelaskan, "Jadi, kita bagi tugas buat nganter kalian ke sekolah, supaya tidak ada masalah. Begitu." Amora menganggukkan kepalanya.

"Yaudah, ayo twins! Leo! Kita berangkat," ajak Jayden.

"Ayo," ujar Leo dan Amira.

⭐⭐⭐

“Kalian duluan aja. Barang gue kayaknya jatuh di sekitar sini deh,” ujar Amora sambil mencari gelang yang jatuh.

Amira dan Leo menatap khawatir. “Gak apa-apa kamu telat? Ntar kamu kena sanksi, Mor,” ujar Amira. Amora langsung mendorong mereka dengan pelan. “Udah gak apa-apa. Leo, masuk aja,” ujar Amora, membuat Amira dan Leo pergi meninggalkan Amora.

Beberapa menit kemudian, Amora berhasil menemukan gelangnya di bawah rerumputan. “Aduh, gelang ini! Gara-gara lo gue telat,” ujar Amora, lalu langsung berlari menuju gerbang.

Amora menatap dari luar pagar. “Aduh, ada sanksinya,” gumam Amora sambil membalikkan badannya. “Lo terlambat,” ujar cowok itu.

“Baru 5 menit telat! Gue anak baru,” ujar Amora sambil menatapnya tajam. Dia dibalas dengan tatapan tajam oleh cowok itu. “Ke lapangan, lari keliling lapangan 10 putaran!” perintah cowok itu, membuat Amora membulatkan matanya. Amora berpikir, 'Apa-apaan ini? Dia murid baru, kenapa dihukum?!’

Amora meredamkan amarahnya dan menatap wajah cowok itu dengan sinis. “Hah?! Lo gila?!” teriak Amora, membuat mereka dilihat oleh seluruh murid yang terlambat dan satpam.

“Berisik!” ujar cowok itu lalu pergi meninggalkannya. Mau tidak mau, Amora pun mengikutinya dan melaksanakan hukuman tersebut.

Amora mengedarkan pandangannya menatap siswa dan siswi yang sedang melihatnya. “Jadi artis dadakan gara-gara gelang,” cibir Amora.

GevamoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang