Happy reading!
Di perpustakaan, Amora duduk dengan wajah muram, buku di tangannya tak terbaca. Geva duduk di depannya, menatap serius.
"Kita harus bahas rumor itu, Mor," ujar Geva, suaranya tegas tapi tenang.
Amora menghela napas berat. "Gue udah capek dengerin omongan orang, Gev. Mereka gak tahu apa-apa, tapi berani banget nyebar fitnah."
Geva mengangguk, paham dengan situasi yang dialami Amora. "Rumornya tentang lo sama abang lo, Mor. Lo tahu, ini nggak bisa dibiarkan makin berkembang."
Amora menggigit bibirnya, jelas merasa terganggu. "Gue tau... Tapi apa yang bisa gue lakuin? Kalau gue klarifikasi, mereka malah makin jadi."
Geva merapatkan alisnya, mencoba memikirkan solusi. "Kita harus cari siapa yang pertama kali nyebarin, Mor. Kalau nggak, ini bakal terus berlarut-larut. Gue gak mau lo jadi korban gosip jahat kayak gini."
Amora memandang Geva sejenak. "Lo yakin bisa bantu? Ini udah keterlaluan banget."
Geva menatapnya tajam, penuh keyakinan. "Gue janji, kita akan cari pelakunya, dan lo bakal dapet klarifikasi yang lo butuh. Lo gak sendiri, Mor."
Sebelum Amora bisa menjawab, pintu perpustakaan terbuka dengan keras. Reiza muncul, mencari seseorang. Saat ia melihat Geva dan Amora bersama, wajahnya seketika berubah.
"Geva," panggilnya, mendekat. "Lo ngapain di sini? Gue nyari lo kemana-mana!"
Amora menatap Reiza dengan bingung, sementara Geva terlihat agak canggung. "Gue lagi bahas soal rumor itu sama Amora, Rei."
Reiza mendekat dengan sorot mata penuh kecemburuan. "Gue udah denger tentang rumor itu. Lo nggak usah terlalu khawatir, Gev. Gue bisa bantu."
Geva, yang biasanya tenang, terlihat tegas kali ini. "Gue lebih milih urus ini bareng Amora, Rei. Ini masalah pribadi buat dia."
Reiza terdiam sejenak, sorot matanya menajam. "Oke, kalau lo yakin. Tapi jangan lupa, gue selalu siap bantu kapanpun," ujarnya dengan senyum kecil yang dipaksakan, lalu berbalik pergi.
Amora menatap Geva penuh tanya. "Kenapa lo nggak minta bantuan dia aja? Bukannya lebih gampang?"
Geva balas menatapnya, pandangannya penuh keyakinan. "Karena ini soal lo, Mor. Gue gak mau orang lain yang ngurus masalah lo selain gue."
Amora terdiam, hatinya mulai berdebar. Sementara itu, Reiza yang keluar dari perpustakaan, tahu ada sesuatu yang lebih dalam antara Geva dan Amora daripada sekadar rumor.
Setelah Reiza pergi, suasana di perpustakaan menjadi lebih tenang, tapi di hati Amora, segala macam perasaan berkecamuk. Dia mencoba memecah keheningan, tapi kata-kata sulit keluar.
“Lo beneran serius mau urusin ini, Gev?” tanya Amora pelan, masih menatap buku yang tak terbaca di depannya.
Geva mengangguk. “Gue nggak bakal tinggal diam, Mor. Mereka bawa-bawa nama abang lo juga. Gue tahu gimana lo ngerasa soal keluarga lo. Ini nggak bisa dibiarkan.”
Amora menghela napas berat. “Mereka ngomong seolah-olah gue dan abang gue... Gue nggak ngerti dari mana mereka dapet pikiran kayak gitu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevamora
Teen FictionJadwal update RABU, JUMAT DAN SENIN (akan berubah seiring waktu) Kenalin, si kembar dengan kepribadian saling bertolak belakang ini --Amora dan Amira. Amora Callisya Denandra si cuek, yang bodo amatan, dan cenderung agak dingin adalah cewek yang pal...