Bab 9 - Pencarian

2 0 0
                                    

Mereka bertiga pun berangkat, sebelum meninggalkan desa dia membeli beberapa suplai makanan untuk perjalanan nya nanti, Ia membawa beberapa roti gandum dan beberapa lusin buah anggur untuk persediaan kedepanya,

Edwin memulai perjalanan melewati gunung yang dinamakan evolved itu, karena kemarin Edwin sempat dicegat dan dieksekusi oleh bandit di gunung tersebut, maka lokasi nya seharusnya tidak jauh dari gunung tersebut.

"Apakah kau yakin jejak bandit itu disini?" tanya Marcell

"kau lihat luka di kaki kanan ku itu? Itu adalah sayatan ulah dari mereka"

Sesampainya di gunung ia masih belum menemukan jejak bandit tersebut, nampaknya bandit tersebut memang cukup cerdik dalam mengakali jejak.

Edwin dan teman teman pun sampai pada jalan yang terbagi menjadi dua jalur, ia tahu jika jalur pertama didepanya adalah jalur menuju rumah dan desa Archimes yaitu tak lain dan tidak bukan adalah desa tempat lahirnya Angelina, sedangkan jalur yang belok adalah jalan yang masih misterius di kepala Edwin, Edwin pun berhenti sejenak.

"Kenapa berhenti di jalan sini edwin?" tanya Zion

"Mungkin kita bisa istirahat sejenak sambil memakan perbekalan kita" Dalih Edwin

"hei Edwin disini ada dua jalur yang membentang, mana yang kau pilih?" Tanya Marcell

"Kita akan belok" Edwin mencoba mencari bandit itu menuju jalan yang dipikirkannya asing itu.

Mereka pun cukup menikmati makanan nya sebelum melanjutkan perjalanan yang cukup panjang tersebut.

*

Mereka pun sudah menyelesaikan makanan nya, dengan bergegas dan penuh kehati hati an mereka bertiga pun beranjak pergi.

Hari menunjukan siang terik perjalanan melewati beberapa medan yang cukup sulit ditaklukan, mengingat perjalanan yang dilalui Edwin adalah pegunungan, maka doktrin mendaki dan menuruni bukit harus dilakukan, tanah yang cukup curam dan menanjak adalah sahabat fisik mereka bertiga.

"Hei kurasa ini adalah jalan yang salah, tidak ada siapapun disini, bandit tidak akan berniat disini" terang zion.

"jangan menyerah dulu, sampai kau menjumpai apapun hasil ujung dari usaha yang kita lewati, semua itu memiliki konsekuensi dan hikmah sendiri" ucap Edwin

Cuaca terik dan terbatasnya minum membuat mereka bertiga ingin menyerah, namun mereka bertiga bahagia akhirnya nampak dari kejauhan terlihat desa yang kelihatnya sepi namun berpotensi untuk dicari petunjuk disitu.

"Akhirnya ada desa, ayo sedikit lagi kita bisa istirahat sejenak", ujar Edwin dengan nada yang sangat gembira.

Mereka bertiga pun sampai namun anehnya desa tersebut nampak sepi tak berpenghuni, layaknya desa terkena musibah,

"Apa yang terjadi sebelumnya pada desa ini?" tanya Marcell

"Mungkin saja ini desa yang diinvasi oleh kekaisaran" Terus Edwin.

"ayo kita lihat lihat sejenak seperti apa bangunan di daerah sini"

Edwin pun berkeliling menelusuri puing puing genteng dan dinding yang hancur, insting nya berkata bahwa mungkin saja ini adalah desa biasa lalu mungkin saja desa ini telah di rusak oleh bandit bulan sabit putih tersebut

"aku rasa para bandit itu menjarah daerah disini" simpul Edwin.

"Darimana kau ta...."

*Dek... dek ....dek.....

Suara pintu terdengar dari salah satu didalam rumah reruntuhan bangunan yang ada di desa itu.

*Dek....dek "Apakah ada seseorang disana...?"

"Siapa kamu?......." teriak Edwin

"Buka dulu puntunya, tenang saja aku tidak akan menyerang mu, kumohon bukakah..." *Dek.. dek

Edwin pun mendatangi rumah terbengkalai tersebut.

"Zion pinjamkan aku kapakmu"

Edwin pun memegang sebuah kapak dan langsung menghujamkanya ke pintu tersebut, dia berharap pintu tersebut terbuka dan siapakah sosok dibalik pintu tersebut.

*Jlekkk... Krekkkk...

Akhirnya Edwin pun berhasil membuka pintu tersebut dan ternyata adalah seorang wanita yang berpakaian lusuh,

"Siapa kau?" tanya Edwin

"Yaa Kamu sendiri siapa?ini dulu adalah rumahku"

"Namaku edwin dan yang membawa panah di belakang ku adalah Marcell sedangkan di sebelahku yang membawa kapak ini adalah Zion" jelas Edwin.

"Salam kenal namaku yaejin"

"Apa yang terjadi di desamu?" tanya Edwin

"Kemarin desa ku diserang oleh sekelompok bandit"

Edwin sudah menduga, memang benar para cecunguk itu datang kemari entah apa tujuanya

"Kenapa mereka mengobrak abrik desa ini?" tanya edwin

"Aku sendiri tidak tahu tapi katanya temanku sebelum mati kehabisan darah dia mengatakan bahwa kelompok itu ingin mencari manusia matahari terbit, namun karena tidak menemukanya maka sekelompok tersebut langsung merusaki pondasi dan fasilitas di desa kami" timpal yaejin.

Edwin, pun sudah mulai muak dengan komplotan tersebut, mereka telah membuat onar beberapa kali di berbagai teritorial desa lain.

"Kalian sendiri mau kemana, sambil membawa tas dan senjata di belakang punggung kalian?" tanya Yaejin.

Edwin pun terlintas ide di otak untuk merekrut Yaejin menjadi kelompoknya, karena Yaejin sendiri memang terpukul atas kehilangan temanya dan sudah jelas Yaejin ingin balas dendam terhadap kelompok bandit tersebut.

"Hei maukah kau bergabung dengan kami?, kami ingin memburu para bandit itu, dan kami juga butuh satu orang lagi agar terasa lengkap dan cukup kuat" ajak Edwin.

"Kau serius ingin mengajak wanita ini bergabung dengan kita?" tanya Marcell

Situasi tiba tiba hening, angin berhembus, gersang dan panas terik membakar ubun ubun Edwin dan teman temannya,

"Begini..."

"Aku bukanya tidak mau, tapi di desa kami, memiliki sebuah tradisi yaitu tidak diperbolehkan bagi siapapun yang ingin keluar desa ini, jika ingin keluar di desa ini maka harus izin kepada sesepuh desa atau pemimpin desa" Terus terang Yaejin.

Edwin pun bingung, mengapa yaejin masih menaati peraturan desa, padahal desanya sendiri sudah porak poranda dan hanya Yaejin sendiri yang masih bertahan.

"Tapi desa ini sudah hancur, tinggal kamu saja yang bertahan hidup di desa ini, mengapa kau masih menaati aturan itu?" tanya Edwin

"Aku berpegang teguh terhadap aturan tempat lahirku" Jawab Yaejin dengan wajah yang datar dan terlihat bersikeras.

*

Hari pun sudah terlihat agak agak sore, Edwin, Marcell dan Zion pun berangkat untuk melanjutkan perjalanan

"Hei aku akan pamit, kami tidak bisa berlama lama disini" pinta Edwin terhadap Yaejin.

"Baiklah, tapi Hari sudah mulai sore, apa kau serius ingin melanjutkan perjalanan? Bagaimana dengan gemerlap malam?" tanya Yaejin dengan melihat Edwin dan teman temanya berkemas kemas, dan beranjak pergi.

"Kami akan tetap melakukan perjalanan" Jelas Edwin.

"Baiklah, jaga dirimu Yaejin". Ujar Edwin.

"Kau juga" Saut edwin

Mereka bertiga pun berpisah dengan yaejin dan melanjutkan pembalasannya

Dimen SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang