Bab 1 - Awal Mula Kejadian Itu

8 1 0
                                    

Pagi yang cerah terlihatlah Edwin yang nampak tergesa gesa menuruni anak tangga dan bergegas untuk menaiki sepeda, dia pun mengendarai sepeda dengan sangat kencang karena dia takut kalau terlambat karena jam sudah menunjukan 6.50, Edwin adalah anak kedua dari ketiga bersaudara, dia adalah seorang pelajar sekolah menengah atas, Edwin adalah anak yang ceria, hari ini dia akan berangkat sekolah seperti biasanya, sekolahnya cukup jauh, sekitar 6 kilometer dari rumah.

"Duhh panas banget hari ini" keluh Edwin saat mengayuh sepeda tua nya menuju sekolahnya, namun Edwin teringat kembali bahwa sebentar lagi dia akan lulus dari sekolah dan dia sendiri bisa mencari nafkah dan mencari kerja, setidaknya tersisa 1 bulan setelah ujian nasional dia merasakan sekolah dan menginjak dunia dewasa dimana karir dan tujuan hidup seseorang dapat dipilih.

Edwin pun sampai ke gang menuju sekolahnya, SMA Trisatya adalah sekolah swasta yang ditempati oleh banyak siswa termasuk Edwin sendiri, selain letak sekolahnya yang tidak terlalu bising dan tempatnya berada di pedesaan serta biaya nya yang bahkan masih tergolong murah dibanding sekolah sekolah negeri maupun swasta lain membuat sekolah ini cukup populer di daerahnya dan menarik cukup banyak siswa.

Edwin pun sampai pada gerbang sekolahnya, seperti biasa dia masuk ke sekolah dengan menyapa guru guru, karena Edwin adalah anak yang baik dan rutin menyapa seseorang, Edwin pun masuk ke kelas nya, yaitu kelas 12 IPA, ini adalah hari dimana Edwin melaksanakan ujian matematika untuk nilai kelulusan nya, Edwin sebenarnya tidak terlalu pintar dan cerdik namun juga tidak juga kebablasan bodoh, seperti biasa Edwin sampai ke kelas dan disapa oleh dua temanya yaitu welino dan ega, welino adalah sosok yang banyak tingkah dan juga agak cerewet, wielino adalah orang dengan postur tubuh yang tinggi bongsor, maka tak heran banyak yang tidak mau membuat masalah dengan dirinya, sehingga berteman dengan wielino adalah posisi menguntungkan bagi edwin sendiri, karena merasa dilindungi, sedangkan ega berbanding terbalik tingkah nya dengan mereka berdua, ega adalah bocah yang kurang banyak bicara dan bersosialisasi dengan paras yang dingin datar, mereka berdua adalah sahabat karib dari edwin.

"Bro.. lu belajar kagak tadi malem" ucap Edwin memulai pembicaraannya "Belajar? Haha tadi malem aja gw malah diajak main game ama ega" jawab wielino, "lagian juga mapel ujian nya matematika, gw nyerah aja kalo masalah hitung hitungan, Cuma berharap beruntung dan berdoa saja" saut ega yang mengeluh tentang pelajaran matematika, Bel pun berbunyi mereka pun segera bersiap siap, apalagi ini adalah hari terakhir ujian dan setelah ini sekolah akan libur panjang, setelah itu penerimaan rapot dan ijazah, lalu lulus dan meneruskan karir hidup masing masing, rencana edwin setelah lulus SMA dirinya mungkin akan mencari pekerjaan ringan dulu, setelah itu baru mendaftarkan diri di perguruan tinggi negeri, mengingat dirinya adalah seorang anak yang kehilangan ayahnya alias Yatim membuat edwin terhalang karir secara finansial.

Hari pun mulai sore, ujian pun selesai dan besok adalah hari libur yang cukup Panjang, karena setelah ujian nasional, edwin pun memanfaat kan situasi libur panjang ini, karena dia akan mencari pekerjaan ringan dan beberapa mata pencaharian nya sebagai penopang ekonomi dirinya sendiri, ia berniat sore ini ia menuju ke tempat bengkel milik ayah temanya yaitu ega, karena ega sendirilah yang menyarankan untuk bekerja di bengkel ayahnya, sesampai nya disana iapun disambut oleh ayah Ega yaitu pak tino, bengkel nya cukup luas dan banyak motor yang diperbaiki dan ada juga yang motornya dirubah style atau gaya nya saja seperti motor custom atau lainya, "Terimakasih pak tino, udah mau menerima saya menjadi karyawan di bengkel ini" ucap syukur Edwin, "Sama sama lagian kan edwin sendiri butuh uang buat biaya kuliah, lagipula pak tino sendiri masih sedikit karyawanya" timpal ayah Ega, Memang benar jumlah karyawan pada bengkel tersebut terbilang sedikit, pasalnya hanya berjumlah 3 orang saja dan ketambah an edwin menjadi 4 karyawan yang bekerja di bengkel yang cukup luas ini.

"Pak tapi saya sebenarnya belum terlalu lihai dalam mengutak-atik otomotif seperti ini, saya hanya mencari rezeki saja pak" tanya edwin "gak papa dek, kamu bantu bantu kecil saja sama 3 orang yang disana, masalah gaji santai saja, saya tetep bayar kamu kok, itung itung kamu sendiri sahabat dekatnya Ega", ujar pak tino "yaudah pak makasih yang sebesar besarnya ya, saya mohon izin masuk dan bantu bantu kecil sambil mempelajari mekanik mesinnya", izin Edwin, "Ya silahkan saja masuk gapapa" Edwin pun mencoba menyibukan diri dan mencoba membantu para karyawan montir bengkel milik pak tito.

hari pun sudah menunjukan malam hari, pukul menunjukan 19.00, edwin sudah merasa lelah, Edwin merasa sudah waktunya tubuhnya pulang dan beristirahat agar besok bisa bekerja dengan bugar lagi, hari yang melelahkan ini setimpal dengan upah yang diberikan oleh pak tito, Pak tito pun menberikan beberapa uang "Nih ada beberapa untuk jajan buat kamu" pak tito pun menyerahkan uang berjumlah 100 ribu, "terimakasih pak tito, besok boleh kerja disini lagi? Tanya Edwin, "sampai kamu dapat mengejar karir mu pun tidak mengapa kerja sampingan disini".

Edwin pun pulang menuju rumah sambil membawa uang disakunya, ini adalah hari yang menyenangkan bagi edwin, karena dia sendiri telah mendapatkan beberapa uang dan berhasil mengurangi beban ekonomi ibunya dirumah , karena edwin mempunyai sejumlah uang, ia memutuskan untuk pergi ke cafe untuk menyantap beberapa sajian makanan, tak beberapa lama pun ia sampai ke cafe, ia pun memesan secangkir kopi dan beberapa roti dan biskuit, malam hari dan suasana hujan deras menambah suasana dingin malam sambil menyeruput kopi dan memakan roti kukis.

"kira kira setelah ini aku mau melanjutkan karir ke mana ya" edwin pun mendadak memikirkan karir dan tujuan hidup di benaknya, namun pikiran itu disingkirkan langsung , karena menurutnya itu urusan nanti kalau sudah benar benar lulus, edwin pun memakan biskuit terakhir dan beranjak untuk pergi dan pulang, jalan yang licin serta tidak membawa payung membuat edwin harus terpaksa lari dalam keadaan jalan yang licin, serta hari yang sudah mulai gelap, dan dia harus pulang sebelum jam 22.00.

sesampainya di trotoar Edwin pun tinggal beberapa meter lagi untuk menuju apartemen nya, Edwin pun bergegas menuju apartemen, Tiba tiba tanpa disadari sebuah truk dari arah kanan menerobos lampu merah menerjang keras tubuh Edwin, edwin tertabrak sangat keras sehingga terlempar ke pinggir trotoar, tersungkur tak berdaya, darah mengalir tak karuan, orang-orang datang berbondong-bondong mengelilingi tubuh Edwin yang diam bagai benda mati, sedangkan sang supir truk melajukan truknya kabur dari masalah, pandangan Edwin kabur, tangannya dingin tak merespon, reaksi warga sekitar tentang apa yang terjadi berbeda-beda ada yang mencoba menggotong tubuh dingin Edwin ada yang menghubungi ambulan dan ada yang malah asik merekam kejadian , Edwin yang kesadarannya sudah menipis hanya diam tak dapat melakukan apapun. 

Dimen SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang