Bab 12 - Ego dan Penyusupan

1 0 0
                                    

Edwin pun berjalan keluar gerbang desa, ia menebak pasti Angelina di sandera dan ditangkap oleh Jubah bertopeng tersebut, namun Edwin sendiri tidak tahu arah pergi dan jejak dari sosok pemimpin bulan sabit tersebut,sebelum dia pergi desa, dia dicegat oleh 2 bandit bulan sabit, dengan mudahnya Edwin menyabet satu bandit menggunakan pedang sabitnya hingga terkapar lumpuh pingsan dan tersisa satu bandit lagi, Namun edwin tidak langsung membunuhnya, ia malah menjadikan bandit itu sebagai bahan introgasi.

"dimana pemimpinmu"

Bandit itu tidak menjawab

Dengan terpaksa edwin pun menodong ujung pedang tersebut dan memaksanya membuka suara.

"Aku hanya membutuhkan beberapa saat lagi untuk menebas kepala mu ini" ancam Edwin.

"Baiklah kumohonnn...jangan bunuh aku, aku akan memberitahu mu" Ujar bandit tersebut dengan ekspresi penuh dengan ketakutan dan gemetar.

"Katakanlah"

"Pemimpin kami, yaitu sosok berjubah dan bertopeng itu, pergi meninggalkan kami, kami disuruh menggempur dan menahan sementara militer desa dan orang yang membuntuti bos kami, dan kami hanya ditugaskan menghadang dan menutup jejak bos kami"

"lalu dimanakah arahnya dia pergi"

"Bisa kupastikan dia sekarang pergi menuju daerah kerajaan Es nya yang berada di pinggir laut glasial utara, yaitu dataran waffen, sambil meminang istri matahari terbit dari desa Archimes ini "

"Siapa matahari terbit tersebut itu?" tanya Edwin karena nalurinya mengatakan bahwa orang dengan gelar matahari terbit tersebut adalah Angelina.

"Aku tidak mengenalnya, namun jika kau minta ciri cirinya, wanita tersebut berambut pirang bersarung tangan, dengan muka bulat serta gaya rambut pirang pendek...."

Edwin pun tersentak, sudah dipastikan bahwa itu adalah Angelina kekasihnya, edwin sudah menduga bahwa manusia matahari terbit tersebut adalah Angelina sendiri, namun Angelina tidak pernah mengatakan bahwa ia adalah satu satunya yang tersisa dari ras matahari terbit.

"kumohon biarkan aku pergi, turunkan ujung pedang tersebut dari leher ku" ujar bandit tersebut

Edwin pun menurunkan pedang tersebut, namun ia tidak membunuh nya, ia langsung bergegas menuju utara desa Archimes dan datang sendirian menuju kerajaan glasial utara yaitu dataran waffen.

Edwin pun berlari dengan cepat kebetulan dia menemukan mayat ksatria militer desa Archimes, ia pun mengenakan baju zirah tersebut dan beruntung nya disamping mayat tersebut masih ada kuda tumpangan prajurit malang yang tumbang tersebut.

*

Tanpa memakan waktu banyak lama ia pun sampai pada dataran waffen, memang benar yang dikatakan bandit tersebut, suasana dingin bersalju dikombinasikan dengan beku membuat Edwin sedikit kehilangan tenaga karena kedinginan, tinggal beberapa langkah lagi pun sampai, istana megah bergaya es dan batu itu pun sudah terlihat dari kejauhan sambil dilihat dari lembah glasial.

"Aku tidak yakin akan menyusup kerajaan megah dan besar ini"

Edwin pun turun dari kudanya, hanya berbekal baju zirah dan pedang sabit miliknya, ia berjalan menuju belakang kerajaan dengan menyelinap,

"aku tidak tahu apakah kemampuan diriku yang terbatas ini mampu menyelamatkan Angelina"

Edwin pun berusaha menghancurkan Es tersebut menggunakan tangan kosong, namun diluar dugaan, ini bukan es biasa

"aaarghhh..sial kenapa pondasi pagar setipis ini bisa kuat sekali, kurasa ini bukanlah es biasa, bentuknya malah mirip seperti kristal dicampur obsidian"

Edwin pun mencoba dan terus mencoba namun hasilnya nihil, ia mulai pasrah dan patah semangat ia tiduran sejenak sambil menatap langit.

*

"Kurasa aku hanya menuruti ego ku saja sampai lupa bahwa setengah perjalanan ini semua juga berkat dari teman temanku"

Edwin pun pasrah, ia melihat langit biru yang membentang disertai dengan awan, awan mendung tersebut sangat besar namun masih bisa ditembus dengan matahari nya

"Awan yang bagus"

"Tunggu?...matahari menembus awan"

...

"Oh iya pedangnya...."

Edwin pun mencoba menarik pedang sabit di punggungnya, dan seperti biasa logo energi api di pedang tersebut menyala layaknya bara api, lalu menusukan pedang itu di pagar kristal tersebut, dan benar saja, pagar yang berpondasi es setengah kristal tersebut langsung meleleh mengenai pedang sabit api milik Edwin.

Satu persatu pagar ia jebloskan, Pedang yang diberi Angelina ternyata bukanlah pedang biasa melainkan adalah sebilah pedang sakti yang mewakili elemen api sehingga mampu melelehkan bongkahan es walaupun seberapa dingin es tersebut. Edwin pun sampai pada belakang pojok istana itu, ia menyelinap dibalik bebatuan es dan salju yang tebal, Ternyata pertahanan milik kerajaan topeng bulan sabit sangatlah ketat, para guardian dan prajurit hampir mendominasi seluruh wilayah yang mencakup halaman kerajaan, hampir tidak ada celah untuk masuk.

"Aku jelas tidak mungkin menyelinap dan membunuh nya satu persatu dengan senyap, itu beresiko tinggi" jelas edwin dalam benaknya

"Pasti ada jalan lain"

Edwin mencoba keluar dari halaman kerajaan dan sedikit menjauh dari arah kerajaan dan kembali ke lembah glasial tadi dimana ia meletakkan kudanya, Edwin melongo melihat betapa megah dan begitu tinggi hingga menjulang ke atas kerajaan Es tersebut, membentuk tabung disertai tangga dipinggirnya.

"Istana yang begitu megah, aku yakin Angelina sedang berada di pusat di atas istana tersebut"

Edwin pun masih memikirkan sejenak bagaimana ia agar bisa sampai pada tengah tengah kerajaan tersebut dan menyelamatkan Angelina.

"Bagaimana jika aku menyusup melalui atap ya?...lagian kerajaan ini diapit oleh dua tebing.....jadi mungkin saja aku bisa menyusup dengan menuruni bukit menggunakan tali lalu menyusup melalui atap..."

Benak Edwin yang terlintas sebuah ide untuk melewati atap dengan mendaki tebing terlebih dahulu

*

Edwin pun sampai pada tebing yang terjal ini, ia pun menuruni menggunakan tali yang ia gunakan untuk berkendara menggunakan kuda tersebut.

"Kurasa ini akan mudah"

Edwin pun menuruni menggunakan tali dan pada akhirnya ia sampai pada genteng kerajaan.

"Siapa arsitek bodoh yang merancang istana megah ini"

Dengan kehati hatian Edwin pun sampai pada balkon istana, disitu terdapat satu penjaga menggunakan panah, namun dengan sigap saja Edwin membunuh tanpa suara, iapun berjalan penuh dengan kehati hatian, namun masih ada 4 herombolan penjaga lagi menggunakan kapak.

"Gawat.."

Pasrah Edwin tak punya cara lain, dan akhirnya ia menghadapi nya dengan melemparkan pedang sabitnya.

"Jrekkk"

Pedang tersebut tepat mengenai kening dari salah satu gerombolan tersebut.

Melihat temanya mati para prajurit itu malah menolong temanya yang sudah jelas mati, Edwin pun memanfaatkan emas ini untuk kabur.

Namun sayang, saat dia akan menuruni tangga tiba tiba seorang prajurit mengenakan baju hitam melemparkan sebuah belati tajam, dan dengan akuratnya belati tersebut berhasil mengenai paha Edwin, membuat Edwin tak tersadarkan diri lalu tergeletak di tempat.

.......

Dimen SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang