Benar ternyata perkataan Pak Adif semalam tentang mengantar Kara ke bandara jam 5 pagi. Buktinya saat Anjani bangun pukul 6 pria itu sudah tidak ada di rumah. Anjani berangkat ke kampus naik motor dan tak mengindahkan kata-kata Pak Adif, enak sekali dia menyuruh-nyuruh Anjani buat ini itu sedangkan dia pergi kemana-mana tanpa minta izin Anjani.
Selesai sudah waktu perkuliahannya, Anjani bertemu dengan Mbak Gita di sebuah kafe di tengah kota.
"Keadaan kamu udah membaik, Anjani?"
"Alhamdulillah udah, Mbak. Makasih banyak ya Mbak udah bawa saya ke rumah sakit."
"Iya sama-sama. Kamu gausah kaku gitu dong, anggap aja aku ini Kakak kamu."
"Bener ni, Mbak? Kalo gitu aku nggak sungkan ya, Mbak."
"Iya gitu dong. Ngomong-ngomong cowo yang datang waktu kamu masuk rumah sakit itu suami kamu ya, Jani?"
"Ohh, Mas Adif ya Mbak? Iya Mbak gitu deh..." ucapnya sembari menyeruput coffe latte.
"Kenapa? Kamu ada masalah apa sama suami kamu?"
"Bukan hal besar sih Mbak, Cuma miss komunikasi aja."
"Kamu tau gak? Adif itu satu alumni sama aku waktu kuliah dulu, kita dulu seangkatan dan sejurusan juga. Walau nggak sekenal kamu tapi aku tau sedikit sifatnya. Adif itu memang pendiam, dia jarang ngungkapin perasaannya sama orang lain, walau pendiam bukan berarti dia kuper, justru dia bisa gaul dengan gayanya sendiri, dia bisa gunain kata-katanya dengan indah, cocok jadi penyair. Aku pikir dulu dia bakal jadi penyair, rupanya sekarang dia jadi dosen..."
Anjani merasakannya, sesuatu yang berbeda dari mata Mbak Gita ketika membicarakan tentang Pak Adif. Mungkin dulu Mbak Gita pernah suka sama Pak Adif, atau mungkin masih hingga sekarang.
"Aduh ya ampun, aku jadi lupa nih mau ngobrolin hal penting gara-gara sibuk nostalgia. Anjani, kamu mau gak jadi editor aku? Aku gaji nih."
"Tapi Mbak, aku belum berpengalaman jadi editor," ucap Anjani.
"Tapi kamu berpengalaman jadi novelis, aku udah baca novel kamu sampe setengah. Cuma ada 2 typo dari yang aku baca. PUEBI nya udah tepat, mungkin karna kamu anak sastra jadi sekalian belajar. Karna itu kamu pasti bisa, selain itu kalo kamu udah pernah jadi editor aku kamu bisa-bisa dilirik penerbit."
"Emang boleh, Mbak? Aku kan belum lulus kuliah..."
"Kalo ada anak yang belum lulus kuliah tapi kemampuannya menyerupai seorang sarjana. Kenapa nggak? Ayo Anjani, kalo kamu setuju kontak aku ya. Kamu boleh mikir dulu kok."
Anjani tersenyum sembari mengangguk dan kembali menyesap minumannya. Setelah minuman mereka habis keduanya berpisah di depan kafe. Mbak Gita pergi dengan mobil pribadinya dan Anjani dengan motornya.
Anjani tersenyum melihat Mbak Gita, ia ingin menjadi sukses seperti Mbak Gita di umur semuda itu, masih 28 tahun tetapi sudah memiliki rumah, mobil, bahkan ia sudah merilis puluhan buku miliknya sendiri. Walau ia masih belum menikah, tapi apa salahnya?
Anjani kembali ke kampunya karena hendak ke perpustakaan, namun di parkiran ia melihat sesosok yang dikenalnya. Pak Adif dengan Kara?
"Tapi Mas bilang dia mau ngantar sepupunya itu ke bandara, kok malah ada di sini?" batin Anjani. Kemudian Anjani memarkirkan motornya agak jauh dan bersembunyi untuk menguping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Mr. Adif
Romancegadis ini menikahi dosen yang tiba-tiba melamarnya? UPDATE SETIAP HARI JUM'AT