15. Unintentional Coincidence

478 63 218
                                    

Budayakan FOLLOW sebelum membaca.

VOTE + COMMENT, deal?

🏌🏻

Hanya tinggal dua hari menuju Sabtu dan Vigo masih belum mendapatkan jalan keluar. Seandainya dia tidak tahu sifat Mary, Vigo pasti akan menurunkan ego sedikit untuk membujuk Mary. Tapi, satu-satunya orang paling keras yang pernah Vigo kenal selain dirinya sendiri adalah Mary.

Tak peduli betapa mudahnya Mary menunjukkan kasih sayang pada Vigo dan senang memanjakan Vigo, jika Mary sudah mengambil satu keputusan final, tak ada yang bisa mengubahnya. Tidak bahkan oleh orang yang paling dicintai Mary di dunia ini.

Lihat saja Vabian! Mary tega membuat putra kandungnya itu menderita hidup di bawah kuasanya tanpa kebebasan sampai Vabian sekarang sudah mulai berumur. Vigo harusnya bersyukur masih diberi kebebasan, bahkan diperbolehkan tinggal sendiri di usia semuda ini.

Vabian sendiri tak bisa pindah dari rumah kediaman Diavel atau Vabian takkan pernah diizinkan kembali. Sekejam itulah Mary jika sudah membuat keputusan.

Vigo yang salah. Seharusnya sejak awal Mary memperingatinya, Vigo tak menganggap remeh neneknya itu. Selama ini, Mary selalu dengan sabar dan lembut mengajarkan Vigo. Mary memberi Vigo kesempatan berkali-kali saking Mary berusaha menahan diri mengambil keputusan mutlak yang dapat menyakiti Vigo.

Namun, Vigo terus-terusan mendorong Mary untuk mengambil tindakan, sementara Vigo sendiri tahu jika Mary sudah bertindak, tak ada yang bisa menghentikan, terlebih karena Mary biasanya sudah memperhitungkan segala sesuatu agar keputusannya tak bisa digugat. Jadi, agar nantinya Mary tak punya alasan untuk menyesal.

Mary memang bukan orang untuk dipertanyakan dan sekarang Vigo mulai kelabakan menghadapi Mary. Tapi, bukan Vigo namanya kalau tak bisa menghadapi tekanan.

Vigo melirik Megan dari balik tirai kaca ruangannya dan meneguhkan hati. Ya, Megan. Selain karena dia orang terdekat Vigo yang hampir setiap jam bersama Vigo, Megan juga sepertinya wanita baik-baik. Jenis wanita yang bisa berumah tangga, mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan Vigo, tidak rewel dan banyak bicara, tidak menuntut, juga penurut. Lebih tua beberapa tahun dari Vigo, tapi itu bisa diatur. Dengan perawatan tepat dan mahal, Megan bisa terlihat belasan tahun lebih muda. 

Jadi, di jam istirahat, Vigo ke luar ruangan, mendapati Megan tengah dikelilingi heboh oleh karyawan-karyawan lainnya. Mereka segera membungkuk hormat begitu menyadari kehadiran Vigo.

Vigo mengabaikan mereka dan langsung melirik Megan. "What is this?" tanya Vigo.

"Ah, maaf, Pak. Kami cuma lagi diskusi soal di mana saya akan mentraktir mereka makan siang," kata Megan menjelaskan keributan kecil itu dengan wajah berseri.

Vigo mengangkat sebelah alis, sementara Megan menunduk malu, lalu mengangkat jari-jarinya. Vigo memandangi tangan Megan tak mengerti sampai Megan menunjuk cincin di jari manisnya.

"Saya baru dilamar pacar saya kemarin malam, Pak," kata Megan. Suaranya terdengar bahagia dan matanya terlihat berbinar cerah.

Vigo mengumpat dalam hati. Sial! Bagaimana bisa Vigo tidak tahu Megan punya pacar?

Ah, tentu saja. Kenapa tidak? Tiap kali Megan berusaha izin pada Vigo untuk hal pribadi, Vigo selalu berkata, "Don't tell me about your life. I don't wanna know. I need your brain and your skill, not the story of your life."

Begitulah. Ternyata ada risikonya juga Vigo bersikap apatis selama ini.

"Oh," kata Vigo pelan. "Selamat, ya," ucapnya.

Billionaire's CaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang