12. The Glory

541 70 311
                                    

Budayakan FOLLOW sebelum membaca.

COMMENT yang banyak, deal?

🏌🏻

Fezy tersentak. Fezy bahkan tidak sadar dia sepanik itu mendengar pertanyaan Vigo sampai refleksnya mengambil alih suaranya hingga terdengar sumbang ketika berkata, "B-boleh, Mister?"

Vigo mengangkat sebelah alis. "Mau?" tanyanya.

Fezy mengerjap. Pikirannya blank.

Vigo melanjutkan, "Itu nggak ngelanggar norma asusila versi kamu?"

Fezy mendelik. Begitu otak lemotnya berhasil mencerna situasi, Fezy langsung bisa merasakan darah memompa menuju pipinya. Dalam hitungan detik, pipi Fezy sudah semerah kepiting rebus. Demi apa pun, Fezy ingin berlari kabur sambil memukuli mulutnya yang bodoh ini.

"M-maksud saya, bukan begitu, Mister!" pekik Fezy panik.

Ketika menyadari suaranya melengking di depan atasannya sendiri, Fezy langsung tertunduk dalam-dalam. "M-maksudnya, b-boleh saya keluar, Mister?" tanya Fezy sambil memicingkan mata.

"Ya, keluar," kata Vigo tanpa basa-basi.

Tidak butuh menunggu sedetik untuk Fezy langsung melaksanakan perintah itu sebelum Vigo berubah pikiran. Bukan saja berjalan cepat. Fezy bahkan langsung ngacir begitu dipersilakan pergi.

Begitu keluar kamar, Fezy langsung menutup mulutnya dan menahan pekikannya. Apa-apaan itu tadi? Bagaimana bisa Fezy bersikap sememalukan itu dan Vigo justru dengan santainya malah menanggapi Fezy?

Ah, rasanya Fezy ingin menjerit sekeras-kerasnya sambil mencubit mulutnya frustrasi. Wajahnya bahkan masih memerah ketika dia turun untuk menemui Megan.

"Semua berjalan lancar, Nona Fezy?" tanya Megan begitu Fezy menghampirinya.

"Ah, tense," kata Fezy sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan. "And I'm feeling hot!"

Megan mendelik.

Sadar omongannya bisa membuat Megan salah kaprah, Fezy cepat-cepat menambahkan, "Oh, enggak. Bukan begitu maksud saya, Bu Megan. Maksud saya, dia..., eh, mak-maksudnya beliau... s-sangat mengintimidasi dan perfeksionis."

"Oh." Megan tersenyum. "Bayangkan saja saya yang bekerja dengan beliau dan segala kesempurnaannya setiap hari."

Fezy tiba-tiba merasa lega. Dia langsung tersenyum cerah. "Ibu Megan merasa seperti saya juga?"

"Tidak," jawab Megan tegas yang seketika melenyapkan senyuman Fezy. "Saya menyesuaikan diri dan saya harap Anda juga akan melakukannya."

Well, obviously. Dengan cemberut, Fezy pun kemudian mengikuti Megan ke halaman belakang untuk menunggu Vigo di dekat mobil golf di bawah tangga besar.

 Dengan cemberut, Fezy pun kemudian mengikuti Megan ke halaman belakang untuk menunggu Vigo di dekat mobil golf di bawah tangga besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Billionaire's CaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang