Budayakan FOLLOW sebelum membaca.
Update next week kalau rame yang VOTE, deal?
🏌🏻
Di tengah-tengah rapat, Vigo berusaha memojokkan Sydney berkali-kali, tapi hampir menyerupai Vigo, Sydney juga menunjukkan integritas dan kerinciannya saat bekerja. Dia hampir selalu bisa menjawab pertanyaan Vigo dan jika kebetulan tidak bisa, Sydney akan menggunakan taktik marketing dengan meyakinkan Vigo mengenai berbagai peluang dan alternatif lain jika caranya tak berhasil. Dia selalu punya plan B yang disiapkan dengan cukup matang.
Jujur saja, semua ide Sydney memang bagus. Vigo bahkan bisa melihat orang-orang di ruangan itu terpukau dengan keterampilan dan kerja sama bisnis yang ditawarkan Sydney. Di akhir rapat, ketika tiba waktunya untuk mengambil suara, semua orang di ruangan itu, termasuk Mary bersedia memberikan Sydney kesempatan.
Tak ada cara Vigo untuk menolak Sydney. Maka, dengan menahan kejengkelan, Vigo pun menutup rapat dan langsung keluar dari ruangan, meninggalkan orang-orang yang sigap berdiri memberinya hormat.
"Vigo!" panggil Sydney yang mengikuti Vigo berjalan sampai Vigo ke dekat elevator.
Vigo mendengar, tapi tak mau buang-buang waktu untuk menoleh. Sydney sampai harus setengah berlari dengan high heels-nya demi mencapai Vigo.
"Rayn, tungguin aku!" tahan Sydney.
Suara Sydney tertahan. Vigo tahu dia pasti menjaga sikap untuk tak berteriak di kantor. Dia selalu begitu. Dengan citra terangnya.
"Vigo!" panggil Sydney lagi. Dia sudah berhasil mencapai Vigo, tapi begitu ingin menyentuh Vigo, Vigo sontak berbalik membuat langkah Sydney otomatis terhenti.
"What the fuck are you up to now, Syd?" sergah Vigo geram.
Sydney menatap Vigo polos. "Maksud kamu apa?" tanyanya lembut.
Vigo nyaris mendesis melihat wajah Sydney itu. "Lo pura-pura nggak ngerti atau emang lo dungu? Gue nggak mau dijodohin sama lo, itu sama artinya dengan gue nggak mau ketemu lo lagi walaupun dalam ruang lingkup bisnis!"
Sydney tersenyum tipis. "Nggak profesional banget, ya? Aku pikir kamu pebisnis kompeten. Nggak seharusnya pebisnis kompeten mencampurkan masalah pribadi dengan urusan kerjaan."
"Shut the fuck up, Syd!" sahut Vigo. Dia benar-benar muak dengan wanita ini. Entah kenapa sulit sekali untuk wanita ini mengerti.
"Apa lo belum bicara sama Gammy kenapa gue nggak dateng ke pesta lo waktu itu?" tanya Vigo.
Sydney hanya bergeming.
"Gue sibuk sama calon tunangan gue."
Tepat seperti dugaan Vigo, Sydney mendelik. Raut skeptis terpampang jelas di wajahnya yang membuat Vigo semakin ingin menambahi cerita.
"I'm about to get engaged," tambah Vigo.
Sydney menggeleng. Tatapannya kosong. "Bohong."
"Apa coba yang bikin lo mikir gue bohong?"
"Kita baru aja dijodohin yang itu artinya kamu belum punya pacar. Gimana bisa hanya dalam waktu sesebentar itu, kamu udah punya calon tunangan?"
"Kenapa nggak? Gue bisa dapetin cewek mana pun yang gue mau, bahkan dalam waktu sehari," ujar Vigo.
Sydney terpekur.
"Gue udah ingetin lo, kan? Jadi, bagusnya lo berhenti karena gue tau apa yang lo mau. It's not doing business with me. It's something else. Berhenti mikir langkah apa selanjutnya karena gue pastiin lo bakal gagal sebelum ambil langkah," tutup Vigo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire's Caddy
RomanceNothing personal, just business. Tapi, bagaimana jika kau menandatangani kesepakatan dengan 'psikopat' dalam dunia bisnis? He lives fast and plays dirty. Menghalalkan segala cara untuk mematikan persaingan bisnis berhasil menempatkannya pada daftar...