Minta komennya, dong, biar semangat UP lapak ini lagi, boleh?
🏌🏻
Vigo menghela napas penuh kesabaran. Dia lalu menatap Fezy. "Arisannya di langit," katanya.
Fezy membuka mulut, tapi dia sendiri tak mengerti apa yang mau ditanyakannya.
"Mereka masukin uang di Morocco terakhir aku dengar. Terus, tiap bulan mereka bakal terbang dan cabut arisannya, but in the sky, which means di atas private jet," jelas Vigo. "Dan siapa pun yang menang berhak nentuin ke mana mereka mau mendarat untuk ngerayain kemenangan."
Fezy ternganga. "Gammy nggak jelasin kayak gitu ke aku," kata Fezy pelan.
Bukan saja Mary tak menjelaskan yang mengganggu Fezy, tapi juga kenyataan bahwa Fezy baru mendengar ada arisan semacam itu di dunia ini. Wah, kehidupan miliarder memang sangat di luar nalar.
"Makanya jangan asal percaya aja sama gammy. My gammy's quite sneaky," kata Vigo sambil melirik Mary jengkel.
Mary cemberut. "Gammy kira, kan, Fezy udah tau."
"Right, Gammy. Karena semua orang arisannya kayak Gammy," sahut Vigo sarkastis yang lagi-lagi membuat Mary cemberut, sementara Fezy masih terlalu sibuk membayangkan arisan semacam itu.
Vigo baru bisa mengembuskan napas lega ketika akhirnya berhasil lepas dari Mary. Sebelum Mary masuk ke mobil dan pulang, Mary sempat meminta Vigo agar tidak membawa Fezy ke acara soft opening itu. Mary berharap Vigo bisa menjaga perasaan Sydney yang akan hadir di sana.
"Meskipun Vigo nggak suka Sydney dan punya pilihan sendiri, bukan berarti Vigo boleh manas-manasin Sydney dengan pamerin Fezy biar Sydney ngejauh," kata Mary.
"Itu urusanku, Gammy," kata Vigo pendek dan tanpa mau mendengar lebih lanjut, Vigo menutup pintu mobil sebelah Mary dan memberi isyarat agar sopir segera menjalankan mobil, sendirinya membungkam Mary dengan cara itu.
Dan sekarang Vigo bersama Fezy sudah berada di salah satu gedung pencakar langit. Fezy langsung terkagum-kagum begitu menginjakkan kaki di penthouse-nya. Penthouse ini tidak sebesar penthouse Vigo, tapi tetaplah ruangan terbesar yang pernah Fezy injak seumur hidupnya.
Fezy masih sibuk mengagumi penthouse yang didominasi warna hitam mewah pada dindingnya dan sentuhan merah muda elegan pada sofanya sampai Vigo membuyarkan dengan berkata, "Ini tempat tinggal lo ke depannya."
Fezy seketika berbalik dan mendelik. "I'm not a slut, Vigo."
"Nobody said you are," kata Vigo.
Ya, karena memang bukan begitu maksud Vigo. Vigo memberikan penthouse sebagai tempat tinggal Fezy tak lebih untuk menjaga reputasi keluarganya. Vigo tak peduli reputasinya, tapi reputasi Mary dan Diavel Group perlu dijaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Billionaire's Caddy
RomanceNothing personal, just business. Tapi, bagaimana jika kau menandatangani kesepakatan dengan 'psikopat' dalam dunia bisnis? He lives fast and plays dirty. Menghalalkan segala cara untuk mematikan persaingan bisnis berhasil menempatkannya pada daftar...