"Bu Rathore, tidak bisa begitu!" protes Mohit sambil mengejar wanita tersebut.
Ayesha berhenti dan berbalik menatap Mohit sambil melipat tangannya di dada. "Ada apa?"
"Bu, Sonali tidak bisa masuk ke dalam daftar tersangka, karena bagaimanapun dia adalah keluarga korban," kata Mohit dengan jelas.
Ayesha dengan santai beralih menatap Raghav di sebelahnya. "Raghav, jelaskan," titahnya.
"Pak, seperti yang kukatakan padamu, aku yakin sekali dengan huruf SM di tubuh korban itu merupakan inisial dari Sonali. Lalu, Sonali memiliki seorang kekasih yang mana Kanika tidak merestui hubungan mereka. Bisa saja, kan? Katanya semua akan dilakukan demi cinta, seperti kasusmu yang kemarin itu," jelas Raghav sekaligus seperti menyindir Mohit.
Mohit berdecak. "Banyak orang di dunia ini yang berinisial SM, bukan hanya Sonali saja. Dan baiklah, di tubuh korban kedua, apa ada lagi tanda SM yang kau sebut-sebut itu?"
"Proses autopsinya masih berjalan, Pak. Kita segera tahu setelah semua itu selesai," jawab Raghav.
"Kalau begitu kita hubungi Abir sekarang. Hanya menemukan sebuah tanda, itu tidak butuh waktu lama," kata Mohit. Tanpa persetujuan Ayesha, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Abir, si dokter forensik.
"Iya, Pak Mohit, ada apa?"
"Abir, apa kau menemukan tanda berupa emoji senyum dan huruf SM di tubuh korban itu?"
"Tanda seperti yang ada di tubuh korban kemarin?"
"Ya, benar. Apakah ada?"
Terjadi keheningan sesaat. Baik Mohit maupun Ayesha dan Raghav, semuanya sangat tidak sabar mendengar jawaban dari Abir di seberang sana.
"Tidak ada, Pak. Lukanya memang terlihat sama, tapi kami tidak menemukan tanda itu."
Mohit langsung memutus sambungan teleponnya dan menatap kedua orang di hadapannya itu. "Dengar sendiri? Tanda yang kalian maksud itu tidak ada."
Raghav dan Ayesha saling tatap. Bertepatan saat itu, ponsel Mohit kembali berdering. Abir kembali menelponnya.
"Apa lagi, Abir?"
"Ralat, Pak. Tanda itu ternyata ada. Di telapak kaki korban. Ada emoji tersenyum yang dibuat dari sayatan pisau ditambah dengan cap besi panas, juga huruf S dan M."
Sekarang Ayesha dan Raghav yang tersenyum miring, seolah-olah menang karena berhasil membuat Mohit kalah.
"Kita pergi ke rumah Kanika Mukherji lagi, Raghav," kata Ayesha.
Mohit hampir menendang meja yang ada di dekatnya. Hanya karena dua buah huruf, seseorang yang seharusnya menjadi korban malah tertuduh. Oke, Sonali memang menghilang, tapi itu bukan berarti dia pembunuhnya. Dan bagaimana jika sebenarnya Sonali tidak menghilang, tetapi diculik oleh bajingan itu? Mohit benar-benar tak habis pikir dengan cara kerja polisi itu.
***
"Shaad Mathur,"
Shaad yang semula tertunduk melihat ke arah wanita yang menyebutkan namanya. Bosnya. Wanita itu tersenyum melihat file yang baru dia serahkan.
"Aku selalu suka hasil kerjamu. Kau memang genius," puji Samaira.
Shaad tersenyum kecil. "Terima kasih, Bu."
Samaira diam memperhatikan wajah Shaad yang lagi-lagi tak menatap padanya. "Kau masih memikirkan dia?"
Shaad memberi anggukan kecil masih tanpa melihat Samaira.
"Sudah hampir dua bulan, dia pasti sudah bahagia di sana. Ikhlaskan, kau juga berhak bahagia, Shaad," tutur Samaira. "Maafkan aku yang sudah memintamu cepat masuk, masalahnya perusahaan ini sangat membutuhkanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brides Killer
Mystery / Thriller[Villain Series #2] --- Malam mencekam itu belum berakhir. Pembunuhan seorang calon pengantin membuat Mohit terpaksa dikembalikan ke pekerjaannya setelah sempat diberhentikan. Pembunuh ini selalu dan hanya mengincar calon pengantin yang akan menika...