10 • Sketsa

53 6 120
                                    

Mohit dan Ayesha menatap datar Zareen yang tengah asyik makan, menghabiskan jatah makan salah seorang polisi karena katanya sangat kelaparan setelah menyelesaikan sketsa tadi.

Yang membuat kedua polisi itu kesal bukanlah porsi makan Zareen yang sangat banyak, tetapi hasil sketsa itu. Mereka benar-benar tak habis pikir, Adik Zafar itu sungguh sudah gila.

"Aku tahu kau mungkin mengidolakan Aditya Roy Kapur, tapi bukan berarti kau melihat penjahat itu sebagai Aditya," ujar Mohit.

Zareen tak peduli dan fokus menikmati paha ayam yang berada di tangan kanannya. Tangan kirinya, memegang potongan bawang bombay yang ia jadikan lalapan kari. Ayesha dan Mohit sampai terheran-heran. Sudah berapa lama gadis ini tidak makan?

"Aku tahu nama gadis itu ada Sona-nya, tapi bukan berarti Sonakshi Sinha juga," tambah Ayesha seraya meletakkan hasil sketsa di dekat piring Zareen.

Namun, Zareen tetap menikmati makanannya seolah Mohit dan Ayesha itu makhluk halus yang menggodanya atau minta jatah makanan karena ia lupa baca doa.

Raghav, Bunty, dan Manohar yang melihat adegan itu hanya bisa cekikikan. Jika dulu Inayat menjengkelkan, maka masih kalah telak kalau dibandingkan dengan Zareen. Entah terbuat dari apa gadis ini.

Sepuluh menit kemudian, Zareen baru menyelesaikan kegiatan makannya. Ia mencuci tangan, minum sampai puas, bahkan menyikat giginya terlebih dahulu. Ayesha hampir tak sabar menunggu dan ingin sekali menyeretnya, tapi tentu saja tidak ia lakukan.

"Kata Ibuku, tidak boleh mengobrol saat makan," ucap Zareen setelah kembali duduk di hadapan Mohit dan Ayesha.

Mohit sebenarnya ingin tertawa, tapi tak ia lakukan sebab Ayesha nanti pasti akan kesal padanya karena seperti berada di pihak Zareen. Sementara Ayesha, dia tersenyum paksa.

"Kak Zafar saja selalu dimarahi kalau makan sambil bicara," lanjut gadis itu.

"Aku tak tertarik dengan urusan keluargamu," sahut Ayesha datar. Dia lalu menghentakkan dua lembar kertas hasil sketsa di hadapan Zareen. "Apa maksudnya ini?"

"Ck, kau bilang aku harus mendeskripsikan pria itu dan Sonali, kan? Maka ini hasilnya," kata Zareen santai.

"Tapi yang kuminta Sonali Mukherji, bukan Sonakshi Sinha!" seru Ayesha tak tahan lagi.

"Kalau mereka memang mirip, kau mau apa? Iri?" Zareen ikut kesal juga lama-lama. Tadi dia dipaksa mendeskripsikan wajah orang, dan setelah jadi, malah diprotes.

"Dan pria itu? Dia mirip Aditya Roy Kapur?" tanya Mohit.

"Iya," jawab Zareen senyum-senyum. "Dia tampan sekali. Memang dia tadi tidak tersenyum, tapi aku tahu, dia keren!"

Mohit dan Ayesha saling tatap. Apa gadis ini gila atau terlalu terobsesi dengan para artis? Mereka bahkan tak tahu gadis ini serius atau tidak.

"Benar wajah Sonali seperti ini, Mohit?" tanya Ayesha pada Mohit. Dia sedikit merutuki dirinya karena lupa Mohit diduga kuat naksir Sonali, jadi pasti pria itu hafal bagaimana wajah Sonali, kan?

"Tunggu, Pak Mohit kenal Sonali? Astagaa, kalau begitu kenapa tidak kau saja yang mendeskripsikan? Menyebalkan," kesal Zareen.

Ayesha hanya tersenyum kecil. Kalau Mohit yang mendeskripsikan, aku takut dia akan mengada-ada, dan nanti Sonali malah tidak ketemu. Mana mungkin dia akan membiarkan Sonali ditangkap? Padahal sudah kukatakan untuk menemukannya sebagai orang hilang, bukan daftar tersangka, tapi ya, sepertinya dia takut sekali Sonali-nya terbukti bersalah, gerutunya dalam hati.

"Benar, tidak? Atau kau mau bilang Sonali mirip Deepika Padukone?" ulang Ayesha.

Mohit mengangguk sedikit gugup. "B-benar."

The Brides Killer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang