Decakan kesal keluar dari mulut Daniya ketika ia sudah duduk di tempat duduknya. Matanya menatap keliling kelas, mendapati pemandangan beberapa anak-anak kelas yang sibuk mencari jawaban tugas untuk disalin.
Daniya membuka buku tugasnya sendiri dan mendapati bahwa ia belum mengerjakan tugas juga. Daniya menggeleng, buru-buru membuka buku paket untuk sekadar mencari jawaban.
"Mampus," gumamnya pelan.
"Pagi, Daniya." Daniya melirik ke samping ketika Dito meletakkan tas di kursinya.
"Pagi," balas Daniya. Setelah meletakkan tas, Dito langsung pergi, bergabung bersama teman-temannya yang lain. Sepertinya, Dito juga ikut menyalin tugas. Huh, kegiatan yang amat normal di kelas ini.
Di seberang sana, Dito sudah merebut buku tugas dari Alvaro yang kebetulan mengerjakannya. Dito mencatat tugas itu ketika Kevin datang dan bergabung. Ia menepuk bahu Dito. "Bagi, bego. Lo mainnya sendiri aja."
Dito menggeleng lantas menutup jawaban Alvaro dengan tangannya seakan enggan membagi ke siapapun termasuk Kevin atau Doni.
"Heh, anjing, lo kalau enggak mau bagi, gue pacarin kakak lo," timpal Doni membuat Alvaro langsung menggeplaknya. Bukan Dito sendiri yang memukulnya, tetapi Alvaro.
"Enak aja, gue lempar lo ke kandang macan," seru Alvaro membuat Doni tertawa.
Dito yang sedang mencatat juga tertawa. "Eh, si anjing, jangan ditutupin. Gue mau lihat juga!" Kevin mendorong Dito membuat Dito terhuyung, jatuh ke lantai.
Akhirnya, buku tugas Alvaro berhasil direbut oleh Doni dan Kevin, dengan tawa jahat yang keluar dari mulut mereka berdua.
"Doni babi, Kevin anjing, bawa buku si Al sini! Gue laporin Bu Marina kalau kalian nyontek, yaa!" Dito berteriak membuat hampir seisi kelas memperhatikan mereka. Mulut Dito langsung dibekap oleh Kevin sementara kepalanya disentil oleh Doni.
Dito memberontak dan melepaskan dirinya dari perbuatan biadab mereka. "Sialan, teman babi," umpatnya. Ia menepuk-nepuk seragamnya. "Ibu gue udah setrikain ini seragam bagus-bagus, main kusutin aja. Gue maki kalian lagi boleh nggak?"
Doni, Kevin, dan Alvaro tergelak. Mereka menarik Dito dan mengelus kepalanya pelan, penuh kasih sayang. "Utututu adik ipar, jangan marah-marah gitu, dong," hibur Doni.
"Adik ipar apaan, jangan sembarangan lo." Alvaro menarik tangan Doni dari kepala Dito dan ganti mengelus kepala Dito.
"Apa, sih. Kalian aja nggak jadian. Jadi, gue bebas, bos, deketin Kak Maura." Doni mengulurkan lidahnya membuat Alvaro makin kesal.
"Udah anjing, diem. Kek anak kecil aja rebutan cewek." Kevin menengahi sembari mencatat tugas. "Kalian enggak salin tugasnya lagi, nih?"
Doni dan Dito langsung tersadar mendengar petuah bijak dari Kevin, mereka-pun buru-buru menyalin lagi.
"Eh, Dit, itu temen sebangku lo ternyata kerja di cafenya sepupu gue tau." Kevin memecahkan keheningan yang mereka buat karena sibuknya menyalin jawaban.
Dito mengangkat kepalanya sebentar, menatap Kevin. "Yang bener lo?" Lalu kembali mencatat jawaban nomor terakhir.
Kevin mengangguk, meskipun ia tak yakin Dito melihat anggukannya. "Iya, itu loh café Bean and Brew. Punyanya Bang Bayu," tambah Kevin.
Dito yang sudah selesai mencatat jawabannya, kini mengalihkan tatapannya kepada Daniya, yang sedang mencatat juga. Dia sendirian, sesekali membolak-balikan buku paketnya lalu mencatat di buku. Dito mengernyit, ia tau pasti Daniya sedang mengerjakan tugasnya juga. Kenapa tak menggunakan ponsel atau cari di internet saja? Begitu Dito bertanya dalam hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/342371680-288-k728681.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LARA
Novela JuvenilHidup Daniya datar-datar saja, malah berat karena masalah keluarganya yang tak pernah habis. Ketika semester baru, dia ditempatkan sebangku dengan Dito, membuat hidupnya yang datar dan berat tadi menjadi nano-nano. Di tahun akhir sekolah, ia merasa...