HAPPY READING!
Pia memijat kakinya setelah dirinya sampai di kamarnya dan sudah melakukan ritual mandi. Jadwal hari ini sangat padat, dari pagi hingga malam. Area telapak kakinya keram sesaat. Untung besok kuliahnya siang jadi dirinya bisa mengerjakan tugas-tugas dan bangun lebih lama daripada biasanya.
Ponselnya bergetar karena nada dering ponselnya dia matikan, Pia membuka ponselnya dan melihat sebuah pesan yang masuk di dalam sana. Perempuan itu diam, kemudian mengetikkan balasan di sana dengan cepat. Kasus termometer itu sudah usai, dirinya sudah membeli dengan harga yang bisa membuat kantong Pia menjerit. Dirinya akan berhemat agar tidak mati di bulan tua nanti.
Sejak saat itu, Haikal jadi terus menghiburnya, kadang Pia tertawa sendiri ketika melihat pesan yang dikirimkan Haikal, begitu menghibur. Pia merenggangkan badannya kemudian membuka laptop miliknya, masuk ke website kampusnya dan melihat mata kuliah yang memberikan tugas. Segera mengerjakan tugasnya dan naik ke atas kasur pada akhirnya, tidak lupa juga menghidupkan alarm agar dirinya bangun tidak terlalu siang.
***
Alarm Pia belum berbunyi tetapi, perempuan itu sudah terbangun karena ponselnya yang terus berdering. Pia memijit dahinya dan segera meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menganggu tidurnya.
Pi ! Kelasnya dua puluh menit lagi bakal mulai. Lo enggak lupa, kan ? Ada kelas pengganti, oi.
Mata yang tadi redup ini terbelak sempurna. Pia benar-benar lupa kalau ada mata kuliah pengganti hari ini, segera saja dirinya mencuci mukanya dengan sabun cuci dan berganti pakaian tanpa mandi, sudah tidak sempat. Dengan kelimpungan, bahkan tali sepatunya ada yang belum terikat saking buru-burunya. Berdasarkan waktu yang tersisa Pia akan terlambat sekitar sepuluh menit, entah dosennya memperbolehkan dirinya masuk atau tidak.
Pia keluar dari kos-kosan dan mencari Bang Naka, salah satu penghuni di kos Bu Endang yang bekerja menjadi tukang ojek di sana. Berharap Bang Naka muncul di sana dan bisa mengantarkannya dengan cepat. Namanya juga sial, Bang Naka tidak ada di sana, kemungkinan sudah pergi untuk mengantar penumpang ataupun penghuni kos lain seperti Yoyo.
"Tukang ojek mana lagi yang harus aku percaya," ujar Pia ketika tukang ojek tersebut menolak orderannya dengan alasan tidak tahu bahwa aplikasi ojek itu sudah dia hidupkan.
Terbesit di pikirannya untuk menelepon Haikal, cowok yang pasti dengan suka rela menghampirinya. Tiba-tiba Pia tersadar akan sesuatu, dirinya tidak boleh membuat orang lain berkorban padahal dirinya yang salah.
"Apa coba chat aja? Basa basi tanya udah sampai kampus atau belum?" Pia berbicara sendiri kemudian benar-benar mengirimkan pesan tersebut ke Haikal, hanya centang dua tanpa dibaca.
"Lah, biasanya juga gercep kalau jawab. Tumben banget," ucap Pia marah sendiri kemudian masuk ke dalam aplikasi pencari ojeknya itu, masih mencari driver. Pia sudah hampir telat dan bahkan aplikasi ini tidak memihaknya, sial.
Baru saja dirinya mendumel, sebuah motor dengan kecepatan tinggi berhenti di depan gerbang depan kos-kosan. "Ayo, PI. Buruan." Seorang laki-laki kelihatan kalau dirinya ngebut dengan napas yang menderu.
Pia yang terkejut akhirnya langsung mengambil helm yang ada di jok belakang motor dan memakainya. Segera naik dan berpegangan di tas laki-laki tersebut. Pikiran mereka hanya satu, segera sampai ke kampus dan tidak terlambat. Dengan kecepatan tinggi, akhirnya mereka sampai di kampus dengan waktu yang mepet. Mereka sampai di area parkir motor, segera Pia turun dari motor Haikal dan menunggu Haikal untuk turun. Agar lebih cepat Pia langsung berlari ke arah lift dan menekan tombolnya terlebih dahulu.
Haikal sendiri hendak mencegah Pia untuk pergi, karena helmnya masih bertengger sempurna di kepala. Tidak mau berteriak, akhirnya Haikal ikut memakai helmnya dan menyusul Pia yang sudah berada di tengah-tengah pintu lift mencegah untuk liftnya tertutup.
"Makasih, Kal. Lo nolongin gue kali ini," ujar Pia yang masih ngos-ngosan. Begitu pintu lift terbuka, segera saja Pia berjalan cepat dan membuka pintu kelasnya. Haikal menyusul di belakangnya.
"Maaf, Pak ! Kita terlambat," ujar Pia begitu membuka pintunya perlahan. Ekspresi guru tersebut terdiam, Pia jadi takut dimarahi.
"Buru-buru sekali, ya kalian? Tapi, kalian bisa lepas dulu helm kalian itu. Apa ada acara helm date atau semacamnya?" Dosen tersebut tertawa dan diikuti dengan gelak tawa kecil dari teman-temannya. Pia dengan malu membuka helm tersebut dan menatap Haikal yang juga sama, bedanya dirinya tidak malu karena sebenarnya dirinya sengaja agar Pia tidak malu sendirian.
"Nah, silahkan masuk. Kalau begini, kan enak dilihat. Saya bisa tau wajah mahasiswa saya. Nanti, di presensi saya tulisnya cewek helm dan pacarnya, loh." Dosennya kembali melucu dan tertawa. Pipi Pia merah padam dirinya sudah duduk di bangku yang agak belakang menghindari teman-temannya. Dia masih ingat bahwa dirinya belum mandi karena bangun kesiangan.
Haikal sendiri malah mendekati Pia, duduk di sebelahnya dengan santai. Pia jadi tidak enak, takut kalau bau badannya tercium sampai ke hidung Haikal. "Kal, lo ada cium bau sesuatu enggak?" Pia berbisik kemudian Haikal menggelengkan kepalanya.
"Bagus, deh!" Pia menghela napas, merasa aman. Haikal diam-diam tersenyum, usahanya kali ini tidak sia-sia.
Haikal sebenarnya tadi sudah sampai di kampus dan mengobrol dengan teman-temannya. Saat mengobrol dirinya mendengar suara Kiranna, selaku teman dengan Pia yang mengatakan bahwa Pia belum masuk ke kelas bahkan dirinya chat sama sekali tidak dibalas.
"Bolos kali, si Pia." Komentar salah seorang menjawab celotehan dari Karinna. Haikal langsung pergi dari kelas, pamit kepada teman-temannya dan berkata bahwa dirinya akan terlambat nanti. Haikal langsung buru-buru pergi dan menuju ke kos-kosan Pia dan terjadi insiden yang baru saja terjadi, helm yang masih bertengger di kepala.
Haikal jadi yakin kalau Pia lupa tentang jadwal mata kuliah yang diganti ini. Dapat dilihat dari penampilannya yang terbilang berantakan daripada biasanya, Haikal yakin kalau Pia juga belum mandi karena baru saja dirinya ditanya tentang bau. Haikal tersenyum kemudian menatap layar yang ada di depan dan mendengarkan dosennya menjelaskan. Dirinya juga tetap harus jadi rajin dan pintar bukan untuk memikat hati Pia melainkan untuk dirinya sendiri.
Pia sendiri berusaha untuk mendengarkan penjelasan dosen tersebut, dirinya diam-diam melirik ke arah Haikal yang tampak fokus mendengarkan penjelasan dari dosen yang ada di depan. Di dalam hati, Pia mengucapkan terima kasih dan tersenyum tipis.
Setelah kelas selesai, Pia dan Haikal jadi mendapat julukan baru, pasangan helm oleh dosennya. Biasanya, Pia bakal marah minimal dirinya akan menatap Haikal tidak suka, sepertinya efek dari rasa terima kasih yang masih ada dari hati Pia membuat dia hanya tersenyum tipis tanpa pembelaan apa pun.
"Kal, mau gue traktir makan?" tanya Pia membuat Haikal jadi berekspresi malu-malu sekaligus senang.
***
Lanjut ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampus BakPia
Teen FictionPia bisa gila kalau Haikal terus-terusan mengganggunya. Mengirimkan pesan yang membuat bulu kuduk Pia merinding dan terus-terusan melontarkan kata-kata cinta bahkan sampai datang ke kos-kosan miliknya dengan alasan tugas kelompok. "Pi, lo tau engga...