7. Ancaman pertama

27 11 37
                                    

HAPPY READING!

Haikal jadi terus-terusan muncul di segala aktivitas Pia. Pia menikmatinya, laki-laki itu memang membuat dia merasa aman. Dari mulai mengantar jemput Pia, mengajaknya makan siang sesekali di luar dan mengobrol ketika diskusi kelas intinya mereka jadi lumayan dekat walaupun masih belum ada status pacaran di sana.

"Kal, lo ngedeketin Pia mulu enggak capek?" tanya temannya sembari memberikan botol minuman bersoda ke tangan kanan Haikal.

"Enggak. Setiap usaha pasti ada hasil." Haikal berbicara lagi kemudian melihat ke arah genangan air yang ada di depannya, bekas hujan kemarin.

"Daripada lo ngejar Pia. Mending buka mata lo lebar-lebar tuh, ada cewek yang ngelihatin lo." Kepala Haikal di putar, menghadap ke arah perempuan yang sedaritadi menatapnya dengan malu-malu.

"Cewek banyak, bro. Lo Enggak perlu ngejar-ngejar cewek sampai kayak gitu," ujar temannya sebelum meneguk minuman bersodanya sendiri.

"Sekarang gue tau kenapa lo enggak punya pacar lagi sampe sekarang." Haikal menjawab dengan jawaban menusuk membuat temannya bungkam seketika, merasa hatinya dilukai Haikal.

"Dengerin, menurut gue ini bukan waktunya kita main-main sama hal yang kayak gitu." Haikal kembali meneguk minumannya, memberikan jeda dari pembicaraannya.

"Coba Ger, lo pikirin mantan lo yang dulu. Kalian putus karena lo merasa ada cewek yang lebih cantik dari cewek lo. Padahal mantan lo yang dulu, dia tulus sayang sama lo sementara yang dulu deketin lo ternyata cuma pengen manfaatin lo doang." Haikal berbicara dengan belibet agak jengkel ketika memikirkan kembali cerita Gerry dulu.

"Terserah, deh." Gerry hanya berkomentar sekenanya kemudian meneguk minumannya hingga kandas dan membuangnya ke tempat sampah terdekat.

Haikal menggelengkan kepalanya heran. Kemudian ikut meneguk minumannya hingga kandas dan menghampiri temannya yang masih berdiri di dekat tempat sampah.

"Oh, Haikal yang ini, ya?" Seseorang tiba-tiba muncul di depan Haikal, menghalanginya untuk mendekat ke arah temannya itu.

"Iya, ada apa mas?" tanya Haikal dengan ramah, menatap orang yang tampak garang dengan beberapa orang di belakangnya.

"Gue kasih peringatan kecil hari ini. Jauhi Pia." Pria dengan aura yang dapat membuat nyali Haikal ciut mulai mengancam. Haikal menaikkan alisnya heran, kenapa orang tidak dikenal ini tiba-tiba memintanya menjauhi Pia?

"Kenapa ya? Kita enggak kenal, loh mas sebelumnya kok main ngancam?" tanya Haikal tidak takut sama sekali membalas tatapan laki-laki itu dengan tatapan tidak suka.

"Hari ini peringatan, gue ulangi sekali lagi. Jauhi Pia." Pria itu kemudian berbalik tanpa ingin mendengar jawaban Haikal sama sekali.

Haikal berjalan mendekati pria yang tadi sudah berbalik dan mulai berbicara. "Pia anak om ya?" tanya Haikal dengan sopan membuat orang itu berhenti dan melihat kembali ke arah Haikal.

"Sialan juga ini bocah," pikir pria itu dengan tatapan sudah mulai emosi.

"Saya tulus, Om sama Pia." Haikal kembali melanjutkan membuat pria itu jadi kesal.

Brandon, laki-laki yang tadi awalnya hanya ingin mengancam jadi emosi dan langsung memukul wajah Haikal dengan tangannya. Haikal yang tidak menyangka akan dipukul langsung mundur seketika karena pukulan Brandon.

Kampus BakPiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang