Taeyong menarik gagang pintu dari rumah dengan pintu masuk yang besar, menjulang begitu tinggi dan berat. Tidak pernah taeyong menyangka akan datang ke rumah seperti ini, walaupun hanya untuk bekerja, jujur taeyong cukup di buat kagum.
Saat taeyong masuk ke dalam, tidak lupa ia mengucapkan kalimat permisi dan sebagai nya agar terkesan lebih sopan. Taeyong menarik pintu yang menjulang tinggi nan besar itu, menatap bagian dalam nya yang nampak redup saja.
"Sial, seperti tidak ada kehidup-Astaga, Ya Tuhan!" taeyong memegangi dada nya karena kelewat terkejut, taeyong menatap sosok yang duduk di atas kursi roda. Tengah menatap nya di balik kegelapan rumah ini.
Sosok itu, menatap nya dengan alis berkerut seperti tidak suka. Taeyong yang merasa aneh dengan keadaan nya sekarang, dan sekarang yang mampu taeyong lakukan hanyalah tersenyum kikuk sambil menunduk.
"H-halo... a-aku, m Lee Taeyong, saya di utus untuk mengurus suami dari-
"Ya, selamat datang."
Pria itu, menatap taeyong dengan tatapan biasa saja. Setelah mengucapkan kata sambutan, pria itu kembali mengayuh kursi roda nya dengan menggunakan tangan. Ia berlalu begitu saja meninggalkan taeyong.
Taeyong terdiam, kini di dalam otak nya, taeyong mencerna apa maksud dari majikan ten-sekarang juga majikan nya, mencari orang untuk merawat sang suami. Alasan sudah di dapat, namun sepertinya nya taeyong salah. Bukan tanpa alasan pun, semua orang pasti mengerti.
Taeyong kembali melangkahkan kaki nya pelan-pelan, seperti pencuri. Taeyong hanya tak ingin jika saja langkah nya menganggu seseorang, taeyong akan menjadi anak baik kali ini.
Sudah berjalan, semakin ke dalam, tak jarang juga sepasang mata doe nya menelisik setiap sudut serta isi dari rumah ini. Isinya besar besar dan mewah, wangi. Wangi uang, semua nya pasti di beli dengan uang yang tidak sedikit.
Di saat dirinya sedang sibuk di buat kagum dengan isi dari rumah yang serba mewah ini, telinga nya yang tajam kembali menangkap sebuah suara. Suara seperti sesuatu yang terjatuh keras.
Taeyong segera berlari, ke arah manapun, sesuai naluri nya karena memang rumah ini sangat besar dan ada banyak ruangan. Taeyong bingung juga harus kemana, tapi ia mengikuti darimana datang nya suara tersebut.
Taeyong berdiri menegang, menatap ke depan dengan tatapan membeku. Menatap nyalang si sosok yang tersungkur dengan telapak tangan menyangga berat tubuh yang nampak rapuh itu. Taeyong berlari, menyentak sosok itu dengan kehadiran nya yang di iringi angin beraroma manis.
"Ya ampun... bangun bangun, bangun dulu, mari aku bantu." taeyong memapah berat tubuh dari si pria, berusaha untuk mengangkat nya meski bobot pria itu lebih berat dari bobot taeyong sendiri.
Pria itu di bantu duduk kembali di kursi, meninggalkan sapu kecil serta serokan sampah kecil di bawah sana. Lantai nampak sedikit basah, karena percikan darah kental dengan warna lekat di sana. Nampak sekali darah itu tergores ke sana kemari di atas dingin nya lantai.
"Kau berdarah, harus segera di obati!" taeyong menarik gagang pedorong kursi roda yang pria tadi duduki, lalu taeyong mendorong nya dan membawa pria itu ke tempat yang sekiranya aman.
Taeyong menghentikan dorongan nya pada kursi roda, genggaman erat nya juga melemas. Taeyong berdiri di depan pria tadi, lalu ia bersimpuh.
Mengambil ransel berukuran sedang dari punggung nya, ransel yang selalu ia bawa. Ini sangat berguna, taeyong selalu membawa nya kemana pun ia pergi, dan tidak pernah lupa. Taeyong akan memasukan sejumlah roti, permen, susu, bahkan power bank hingga obat merah, pencuci luka, minyak angin, kapas, dan beberapa bungkus plester.
Semua itu taeyong bawa, karena menurut nya semua itu penting. Kesialan bisa menimpa kapan saja, tanpa permisi, dan tanpa tahu tempat. Setidaknya, itu bisa mengatasi untuk sementara.
"Maafkan aku, karena aku sudah berbuat lancang. Tapi, tangan mu terluka." taeyong menghela nafas, sebelum akhirnya ia menarik tangan yang size nya lebih besar dari nya. Dan, urat nya tak kalah banyak dan menonjol itu. Terdapat gelang titanium di sana, serta cincin cantik yang tersemat di jari manisnya.
Si pemilik tangan tersebut hanya diam, membiarkan taeyong mengobati luka nya. Sentuhan nya sangat lembut, seakan tak membiarkan tangan yang terluka itu kembali merasa sakit.
"Ini akan sedikit perih, tidak apa-apa. Ini supaya luka nya cepat kering." taeyong menaruh kapas bekas, yang sudah penuh akan noda darah kemerahan. Taeyong selesai membersihkan luka di tangan si pria, dan beralih ke obat merah.
Taeyong menuangkan obat merah ke kapas, pelan-pelan. Menyalurkan cairan berwarna coklat kemerahan itu ke kapas, hingga menyerap di setiap lapisnya. Mengarahkan kapas ke tangan yang terluka, satu tangan memegangi tangan yang terluka, ia menekankan kapas tersebut dengan pelan, dan lembut. Takut jika seandainya gerakan tangan nya akan menyakiti.
Sesekali juga ia akan memberikan tiupan, hangat. Menghilangkan rasa perih walau hanya sekilas. Si pria sedikit memberingsut, ia akan reflek menarik tangan nya seperti orang yang terkejut, menahan rasa perih di area tangan nya. Ia juga menggigit pipi dalam nya, hingga meninggalkan lecet.
"Sakit, ya?" taeyong tersenyum samar, ia mengambil plester dan sedikit kapas, memasangkan nya di sana dengan rapih dan hati-hati. "Luka nya lumayan dalam, tapi tuan tidak perlu khawatir. Saya sudah membersihkan nya dengan antiseptik, jangan banyak bergerak, saya akan membuka luka nya ketika hendak di bersihkan lagi nanti." taeyong menaruh tangan pria itu dengan perlahan. Memasukan kembali peralatan medis milik nya ke dalam ransel.
"Jaehyun."
Taeyong menghentikan kegiatan nya mengemasi barang, begitupun dengan laju pupil mata nya yang bergerak rusuh mencari tempat untuk barang-barang obat nya. Taeyong melajukan pupil mata nya ke arah pria yang baru saja ia obati.
"Jung Jaehyun."
Si pria kursi roda itu menatap ke arah lantai, meremat pengayuh kursi roda nya dengan tangan lain yang baik-baik saja.
Taeyong mengerjap, hanya untuk beberapa saat. Lalu ia mengangguk, di iringi senyum tipis yang terbit di sana. "Baik lah, Tuan Jung. Saya Lee Taeyong, nice to meet you, Mr. Jung!" taeyong mengacungkan jempol tangan nya, yang nampak sedikit kotor karena obat obatan tadi.
Tanpa banyak bicara, taeyong meninggalkan jaehyun yang masih menatapi lantai. Taeyong berjalan menghilang dari balik tembok. Hingga saat itu juga, jaehyun mulai mengangkat wajah nya. Menatap tembok yang menelan sosok Lee itu.
Sedangkan untuk taeyong, di sini ia berdiri sekarang. Dengan lantai yang penuh pecahan botol di mana-mana. Ia harus membereskan ini, atau jika tidak, akan ada korban selanjutnya selain Tuan Jung.
Taeyong berjongkok di depan serokan kecil, tangan nya dengan hati-hati juga mulai memunguti serpihan serta pecahan-pecahan di sana. Bahkan ada yang terpental jauh. Cipratan minuman beralkohol itu juga terdapat di beberapa tempat, sepertinya taeyong juga harus mengepelnya. Sekaligus, dengan bercak darah dari pria Jung itu.
Dan, sosok di balik tembok itu, mengintip kegiatan taeyong. Menatap nya dengan tatapan biasa, namun dengan segala isi pikiran nya yang tak biasa.
TBC;
koreksi yahh kalo adaa typoo, soalnya aku suka sliwer😞👎
BABAYYYY💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Title (JAEYONG)
RandomJung Jaehyun, pria dengan paras rupawan nyaris sempurna, fisik nya yang selalu di puja-puja, wajah nya yang mampu menghipnotis ribuan mata, serta kasih nya yang di idam idamkan setiap wanita yang melihat nya, walau dalam sekali tatap. Naas, di umur...