9; Weekend.

751 130 16
                                    

Bunyi gemericik air mulai terdengar dari arah wastafel. Di depan wastafel, nampak seorang pria tengah berdiri dengan tangan nya yang sibuk berkutat dengan spons yang di penuhi busa sabun.

Taeyong; sedang mencuci piring. Setelah jaehyun selesai dengan sarapan nya, taeyong langsung mencuci piring kotor nya. Agar tidak semakin menumpuk saja. Jika sudah semakim menumpuk, maka akan semakin malas untuk mencucinya.

Taeyong mematikan keran air pada wastafel, ia mengelap tangan nya dengan kain kering yang bersih. Berjalan mendekati lemari es, taeyong mengambil sesuatu dari sana.

Mochi yang tadi ia bawa, taeyong sengaja memasukkan nya ke dalam lemari es sebelum di santap. Agar lebih segar saja, begitupun dengan buah persik yang ia bawa.

Taeyong meraih satu botol penuh jus buah persik, bersama dengan makanan lain. Ia akan menghampiri jaehyun, mengantarkan makanan ini. Mungkin setelah ini taeyong akan beres-beres dapur, makanan kemarin juga belum ia keluarkan. Harus segera di keluarkan, jika tidak nanti akan mengeluarkan bau yang tidak enak.

Setelah di cari-cari hingga beberapa saat, akhirnya taeyong menemukan jaehyun yang sedang duduk terdiam di atas kursi roda. Jaehyun pergi ke taman belakang rumah. Taeyong bahkan baru tahu jika disini ada taman, sangat sejuk karena area nya tidak terlalu terpapar sinar matahari.

"Tuan," panggil taeyong. Sontak, jaehyun menoleh ke arah datangnya juara. Menatap taeyong yang datang dengan camilan yang ia nantikan sejak tadi. "Sedang apa?" tanya si lelaki yang lebih muda. Meletakan piring di atas meja di sana. Membukakan botol berisi jus buah persik dan memberikannya kepada jaehyun.

Jaehyun menerimanya, meminum jus segar itu. Merasakan sensasi dingin yang menyentuh telapak tangannya kala mana ia meraih botol jus dari taeyong.

"Terimakasih," ujar nya, lempeng sekali. Dan dengan segera, pria itu meminum jus persik segar itu hingga tinggal setengah nya. Taeyong menatap jaehyun yang nampak bahagia dengan jus buatannya. Sudah taeyong duga, jaehyun akan menyukai nya. Lagi pula, siapa yang tidak suka jus buah persik? Cita rasa segar nya membuat semua orang merasa bahagia selalu, termasuk taeyong.

"Anda menyukai nya?" tanya taeyong, ia tersenyum kala melihat jaehyun nampak menikmati jus nya. Merasa senang ketika melihat pria itu selalu antusias dengan setiap makanan atau minuman yang ia berikan. "Iya, aku suka. Aku suka buah persik." jaehyun menoleh ke samping, menatap beberapa makanan berbentuk bulat di atas piring. Jaehyun menipiskan bibir nya sambil menarik pandangan nya pada taeyong.

Pria Jung itu menatap wajah taeyong dengan tatapan meminta, manik elang nya mengerjap perlahan-lahan. Seakan tatapan itu bersuara dan mengatakan 'Mau mochi.'

Astaga, berapa umur nya? Taeyong merasa kurang percaya jika jaehyun lebih tua dari nya. Pria itu cukup menggemaskan juga rupanya.

Taeyong mengambil piring berisi mochi tadi, mengarahkan nya kepada jaehyun. Supaya pria itu lebih mudah menjangkaunya.

"Ambilah, semuanya milik anda, Tuan." taeyong tersenyum, lagi-lagi ia mengingat jika jaehyun itu maniak makanan. Maka, taeyong harus lebih sering membawakan pria itu sarapan dari rumah.

Jaehyun mulai menggigit mochi itu dengan gigitan yang cukup besar, pipi nya mengembang akibat makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Menatap mochi yang ia gigit barusan, sensasinya manis dan asam. Isian nya meluber keluar, sangat lezat!

"Bagaimana? Anda menyukainya?" tanya taeyong dengan tatapan berbinar, menunggu respon yang jaehyun berikan setelah memasukkan mochi ke dalam mulut nya.

Jaehyun mengangguk, ia juga pecinta buah pantat. Dahulu, saat kedua kaki jaehyun masih berfungsi dengan baik, jaehyun sering kali mampir ke toko buah sepulang bekerja, untuk membeli buah tersebut. Terkadang juga jaehyun menyimpan nya di lemari es, hingga membusuk dan berakhir di buang.

"Kau membeli buah persik?" tanya si pria berlesung, sembari menatap taeyong yang mengoleskan krim untuk luka nya yang ada di lutut. Itu ia dapatkan di hari dimana ia terjatuh saat sedang membersihkan serpihan kaca dari pecahan botol wine.

"Iya, saya membeli buah persik tadi pagi. Saya juga membawakan buah persik nya, anda mau?" tawar nya sambil mendongak, membantu netra bulat nya menangkap rupa si pria bermarga Jung.

"Aku mau, tapi nanti saja. Aku masih cukup kenyang." jawab nya, sambil memasukkan mochi di tangan nya ke dalam mulut. Jaehyun merasa senang dengan satu mochi. Jaehyun akan makan mochi lagi nanti.

Taeyong meniup-niup lutut jaehyun. Menunggu krim untuk mencegah peradangan pada luka itu agar cepat kering. Taeyong tidak tahu apakah perih atau tidak, namun jika di lihat dari respon jaehyun, seperti tidak perih. Krim ini ia beli di apotik, dan di kotak nya terdapat tulisan bahwa krim nya tidak menimbulkan sensasi perih, justru malah terasa dingin.

"Apa nyonya sudah bangun?" taeyong menutup luka jaehyun dengan kapas. Memasangkan perban juga tidak lupa di beri plester. Sejujurnya taeyong tidak terlalu mengerti tata cara memasangkan perban, namun ia berusaha sebisa mungkin. Ia tidak mungkin membiarkan luka jaehyun terpapar begitu saja, tergesek-gesek oleh celana, itu menyakitkan.

Jaehyun menunduk; menatap wajah taeyong yang nampak begitu serius merawat luka nya. Padahal, jaehyun tidak apa-apa jika luka nya hanya di diamkan saja. Nanti juga akan sembuh sendiri. Sebelum taeyong hadir, jaehyun sudah sering mendapat luka berupa luka memar atau bahkan lecet karena terpentok sesuatu. Dan jaehyun tidak peduli, luka nya akan hilang sendiri nanti nya.

Tapi, kali ini ia membiarkan luka nya di rawat oleh taeyong. Membiarkan taeyong melakukan apapun yang diinginkan. Sesekali saja, boleh kan jaehyun merasakan bagaimana rasanya di rawat dengan penuh perhatian?

"Dia tidak pulang, Taeyong."

Taeyong menghentikan pergerakan tangan nya pada perban yang sedang ia pasangkan kepada jaehyun. Taeyong menatap wajah jaehyun, pria itu memang hanya menampakkan raut biasa saja. Namun, nafas serta bola matanya tidak akan pernah bisa membohongi taeyong. Pria Jung itu sedang merasa kecewa.

"Ini weekend, saya kira nyonya belum bangun. Maafkan saya, Tuan." taeyong menyesal telah bertanya kepada jaehyun, niat hati taeyong hanya ingin mengetahui nyonya nya itu. Bilamana belum bangun, taeyong akan menyiapkan sarapan. Namun ternyata bukan belum bangun, melainkan belum pulang.

Jaehyun mengulas senyum tipis pada bibir tebal nya, ia menatap bunga dandelion yang berada tidak jauh dari tempat mereka sekarang. Bunga dandelion itu perlahan kepas dari tangkai nya, dan berterbangan mencari jalan sendiri-sendiri.

"Tidak apa-apa, kau tidak perlu minta maaf. Aku... sudah terbiasa." jaehyun menunduk di jeda ucapan nya, masih dengan senyum tipis yang semakin membuatnya nampak begitu menyedihkan. Apa? Jaehyun memang begitu, ia tidak akan marah jika ada yang menyebutnya dengan sebutan itu. Nyatanya dirinya memang pria menyedihkan.













TBC;

HAIIII

HOW ARE YOU?

0-10/10??

KOMEN YANG BANYAKK, BAKAL AKU KELUARIN DRAFT DRAFT KU YANG LAINNYA KALO KALIAN PADA RAJIN KOMEN😼

SEE YOUU💕

Title (JAEYONG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang