4

186 23 5
                                    

"aku tanya sekali lagi, apanya yang berakhir?"

Pemuda ini terlihat galak dengan wajahnya yang keras, Junghwan takut di buatnya.

"Bukan apa-apa aku hanya lelah."

"Lelah? Kamu membutuhkan sesuatu?"

Raut wajahnya berubah seketika, bahkan sekarang Junghwan merasa pemuda di depannya punya dua kepribadian.

"Tidak, tapi aku mau mandi saja tubuhku rasanya lengket semua."

"Mau ku mandikan?"

Junghwan menggeleng keras, yang benar saja? dia sudah besar jadi buat apa di mandikan Junghwan bisa sendiri kok.

"Baik jika kamu tidak mau, mandilah akan ku siapkan baju untukmu."

"Hemm, sebelum itu boleh aku bertanya?"

"Tentang?"

"Siapa kamu?"

"Akh iya kita belum berkenalan, aku Park Jeongwoo kita bisa mengobrol lebih banyak malam ini karena aku yang bertugas untuk menjagamu."

Junghwan beranjak dia jadi heran kenapa mereka sangat menjaganya bahkan setiap dia bangun tidur ada saja orang yang ia temui.

Mereka seperti takut meninggalkan dirinya sendiri, sebenarnya mereka ini siapa?

Junghwan tidak ingat pernah mengenal mereka.

Dari pada memikirkan hal itu, mandi adalah pilihan di saat otak terasa penuh dengan banyaknya fikiran yang datang

Walau jujur Junghwan masih belum mengerti akan keadaannya saat ini.

Hampir 20 menit Junghwan mandi, saat keluar dia mendapatkan Jeongwoo sekarang sedang berbaring di kasur yang di perkirakan bisa memuat dua orang.

"Bajumu ada di atas meja."

Junghwan kira dia tidur ternyata tidak.

"Terimakasih."

Junghwan memasang pakaian di sana, walau Jeongwoo tau dia biasa saja bahkan sekarang sudah melihat dari awal hingga akhir.

"Tidurlah, aku yakin kamu pasti masih lelah setelah di ajak berkeliling mansion."

"Tidak selelah itu kok, ouh bisa aku bertanya lagi?"

Junghwan duduk di sofa kamar itu, membiarkan Jeongwoo memonopoli kasurnya.

"Apa?"

"Kenapa bisa aku disini dan kenapa kalian begitu perduli padaku."

"Bukanya kak Hyunsuk sudah memberi tau."

"Iya tapi aku masih belum paham."

"Katakan jika kamu adalah orang yang penting dalam keluarga ini."

"Kenapa bisa begitu?"

"Tidak tau, tapi melihatmu seperti melihat dirinya."

"Ha?"

"Tidak usah di fikirkan sebaiknya kamu istirahat, tidurlah di sini."

"Tapi?"

"DIAM, aku tidak suka mengulang sesuatu yang artinya sama saja, intinya kamu itu orang yang spesial jadi terima saja."

Setelah mengatakan itu, Jeongwoo keluar dengan perasaan kesal meninggalkan Junghwan yang terdiam dengan perasaan campur aduk.

Setelah mendengar perkataan Jeongwoo, Junghwan jadi sadar sesuatu.

"Sepertinya bukan aku saja yang mendapatkan perlakuan ini, aku harus cari tau."

Demi keselamatan hidupnya, Junghwan harus cari tau kenapa dia bisa di sini, penjelasan mereka tidak masuk akal sama sekali.

Dan Junghwan tidak terima hidupnya di seperti inikan, walau yang ia dapatkan sangat baik tetap saja dia harus tau maksudnyakan?

Jadi setelah termenung beberap saat, pintu kamarnya kembali terbuka tapi itu bukan Jeongwoo melainkan entahlah dia tidak mengenalnya.

Ada banyak orang di rumah ini, dan dia tidak tau siapa saja tuan rumahnya intinya mereka semua selalu bergiliran setiap satu orang pergi akan ada lain yang datang dan Junghwan jadi kembali penasaran.

Haruskah dia mulai mengambil perannya di sini?

"Aku melihat sepertinya kamu dan Jeongwoo tidak sedekat itu dia datang padaku dengan kesal mengatakan bahwa kamu menyebalkan."

Dahi Junghwan mengernyit bukanya itu wajar? Mereka bahkan baru bertemu tidak lebih dari sejam itu wajar jika mereka tidak dekat.

"Aku Watanabe Haruto, kamu bisa panggil aku Haruto umur kita tidak beda jauh kok jadi tidak perlu ada embel-embel kakak tapi kalau kamu mau juga itu tidak papa aku suka."

Junghwan tidak menjawab dia hanya diam sambil memperhatikan Haruto dengan seksama.

"Boleh aku meminta sesuatu?"

"Ya?"

"Bisa aku memiliki kalung itu?"

Haruto melihat kearah kalung yang ia gunakan kemudian tersenyum.

"Bagaimana bisa kamu meminta sesuatu yang sudah kamu berikan?"

Kan, memang ada sesuatu di tempat ini, Junghwan berani bersumpah jika dia tidak pernah bertemu dengan mereka bahkan untuk berpapasan saja itu tidak pernah sama sekali.

Dan jika di lihat dari kalung yang di gunakan itu bukan sesuatu yang murah, itu MAHAL.

dan melihat bagaimana kondisi perekonomian Junghwan saat ini sangat di luar nalar jika dia bisa membelinya.

"Akh iya kamu benar, maafkan aku."

Senyum Junghwan baru kali ini terasa palsu dan dia kesal karena harus memerankan peran yang tidak jelas.

Aku harus pergi dari sini, ini bukan tempatku.

....

Tbc...

Not youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang