Kembalinya Junghwan dan Yedam kemansion di sambut seorang pemuda yang memiliki umur tidak beda jauh dari keduanya.
"Doyoung apa yang kau lakukan disitu."
Pertanyaan Yedam menjawab siapa pemuda itu, pasti salah satu kakaknya.
Junghwan jalan dengan pelan lalu duduk di pangkuan doyoung yang langsung tertegun padahal belum ada dia berbicara dengan Junghwan tapi anak ini?
Doyoung menatap Yedam lalu melihat wajah datar kakak yang beda satu tahun dengannya itu dan smirk mengerikan doyoung terlihat.
Bagaimana tidak siapa yang mengajak jalan siapa tempatnya bermanja-manja kan doyoung senang dia jadi tidak perlu bersusah payah mendekatkan diri pada adiknya ini.
Yedam memberi perintah pada bodyguard yang membawa belanjaan Junghwan yang tidak seberapa itu kekamar Junghwan.
Kemudian Yedam bergabung lalu duduk di hadapan doyoung dengan Junghwan yang makan biskuit di meja.
Sepertinya biskuit itu milik doyoung karena anak ini memang terlihat sedang santai.
"Aku tidak tau jika kau seluang ini."
Doyoung menolehkan kepalanya padahal lagi asik menyuapi Junghwan makan jadi urung tangannya menggantung didepan mulut kecil Junghwan yang menganga.
Junghwan memegang tangan doyoung lalu menuntun biskuit itu kemulutnya, Yedam tersenyum tipis sedangkan doyoung menggigit bibirnya ini terlalu menggemaskan.
Lalu fokus kembali pada pertanyaan Yedam barusan.
"Tentu saja, aku orang hebat karena itu bisa menyelesaikan semua dengan cepat."
Yedam hanya merotasikan matanya malas dia benci mengakui fakta yang satu ini.
...
Kebetulan Jam makan siang sudah tiba, ada pelayan yang memberi tau bahwa makanan sudah siap.
Mendengar kata makan Junghwan ingat dia tidak pernah makan di meja makan.
Melihat Yedam berdiri lalu memberi tangannya untuk di gapai tentu Junghwan tidak menolak hanya saja dia tidak menerima uluran tangan itu melainkan merentangkan tangan seperti ingin di gendong.
Tentu tanpa di minta Yedam langsung mengerti di ambil tubuh kecil itu dan menggendongnya ke arah meja makan dengan doyoung yang mengikuti di belakang.
Sesampainya di sana, sudah ada Jaehyuk, Jeongwoo dan Haruto yang akan segera makan.
Melihat kedatangan kedua saudara dengan Junghwan di gendongan niat untuk makan mereka urung.
Yedam mendudukan Junghwan di kursi miliknya, di setiap kursi sudah ada nama masing-masing pemilik, Junghwan bisa melihat dengan jelas namanya tertera di kursi tersebut.
Dan meja makan ini punya 12 kursi yang mengelilingi, artinya mereka ada 12 orang dengan dirinya.
Junghwan tersenyum tipis, melihat Jaehyuk, Haruto dan jeongwoo di meja makan terasa cukup menyenangkan karena ekspresi mereka yang berbeda-beda.
Ada Jaehyuk yang tersenyum manis, Haruto yang datar tapi masih sempat menyapa dirinya dengan Jeongwoo yang terlihat kesal.
Apa dia masih kesal karena kejadian waktu itu? Entahlah Junghwan tidak perduli.
Karena yang ia pedulikan adalah makanan di meja makan.
Sebagai yang tertua di acara makan siang kali ini, Jaehyuk memulai ulang untuk menuntun doa yang tadi sudah dia ucapkan saat bersama Haruto dan Jeongwoo.
Di berbicara sedikit lalu semua dengan serempak menundukkan kepala berdoa, setelah beberapa detik berlalu mereka selesai dan menyantap makanan yang ada.
Sudah di bilang Junghwan tidak pilih-pilih makanan banyak sayur di atas meja dan semua sudah di coba Junghwan.
Melihat itu Haruto mengernyit dan ide menarik muncul di kepalanya.
"Kau seperti babi Junghwan."
Otomatis Junghwan berhenti makan, matanya langsung tertuju pada Haruto yang pas sekali ada di depannya.
Semua orang yang awalnya makan jadi terlihat menikmati suatu keributan yang akan datang.
"Tidak, kenapa kakak mengatakan hal itu saat makan. Tidak baik tau."
Haruto mengangkat bahunya tidak perduli.
"Melihat cara makanmu kau terlihat seperti babi yang rakus."
"Dari pada babi aku rasa dia seperti sapi." Kali ini Jeongwoo ikut mengompori.
Kenapa mereka jadi menyamakan dirinya dengan hewan sih? Ini jadi semakin menyebalkan tau.
"TIDAK."
Suara Junghwan agak tinggi saat ini karena kesal.
"Memangnya kenapa kalau aku makan banyak, kalian tidak akan miskin hanya karena aku makan banyakkan?"
"Siapa yang mengatakan itu?"
Baru saja akan menjawab seseorang datang dan langsung duduk di bangkunya.
Dalam sebuah rumah, mansion atau istana sekalipun pasti ada sajakan orang yang di segenai dan di takuti pada akhirnya orang inilah salah satunya.
Semua orang di sana tidak ada yang berani menjawab sedangkan Junghwan bingung siapa orang asing satu ini?
Dia tampan dan keren hanya saja auranya sangat mengerikan apalagi kata yang terucap setelahnya membuat Junghwan seperti lupa bagaimana cara untuk berbicara dan bernafas.
"Aku melihat, mendengar, bahkan berteriak saat makan? Aku rasa Kalian semua butuh hukuman atas kesalahan yang kalian perbuat."
Hukuman? Memangnya mereka salah apa, walau takut dia tetap harus taukan apa yang menjadi kesalahannya.
"Hukuman, untuk apa? Aku rasa aku tidak mempunyai salah."
Pemuda itu langsung melirik Junghwan dengan ekor matanya.
Sedangkan sisanya hanya bisa pasrah, bagaimana bisa Junghwan berbicara seperti itu pada orang yang mereka hormati di rumah ini?
"Mati kau bocah setelah ini."-Travis
"Semoga tuhan selalu menyertaimu adikku."- Yedam
"Aku rasa kematianmu lebih cepat dari anak-anak sebelumnya."- Jeongwoo
"Padahal baru aja dekat tapi udah mau mati aja."- Doyoung
"Apa aku harus panggil kak Jihoon? Atau kak Hyunsuk atau kak Mashiho saja? Bagaimana ini padahal belum waktunya anak ini mati."
....
Tbc...