3 : Dapur Embun

2.8K 351 56
                                    

DIMARAHI Regas adalah salah satu tracking buruk Embun selama menaruh hati pada cowok itu. Sudah 2 hari dia gak main ke rumah Tante Tika karena takut sama Regas. Cowok itu pun terlihat masih menyimpan dendam padanya. Selebar apapun Embun memamerkan senyum ramahnya saat berpapasan, Regas akan langsung buang muka. Parahnya cowok itu langsung menutup kaca mobil dan melajukan mobilnya lebih kencang.

Dengan suasana hati yang buruk, Embun jadi malas melakukan aktivitas seperti biasa. Tidur susah, makan gak enak, apalagi kuliah malas. Gak dimusuhi Regas saja dia sudah malas kuliah, ditambah tanpa penyemangat begini. Seruni bahkan terang-terangan mengungkapkan kalau muka Embun sepet banget untuk dipandang. 

"Kalo emang Masnya itu gak ada niatan damai, lo usaha duluan dong. Jangan malah ikut ngambek," kata Seruni disela kunyahan batagornya.

"Ya abisnya gue capek, senyum sampai gigi kering Mas Regas malah melengos. Jawab sapaan gue aja nggak," kata Embun sambil mengaduk-aduk bubur kacang bikinan Mbak Yuyun.

Seruni menyedot es tehnya berisik, lalu gadis itu menyeka bumbu kacang yang tertinggal di sudut bibirnya membuat Embun menggeliat jijik.

"Lo sadar gak sih, yang lo lakuin itu sudah termasuk dalam merusak kehidupan orang lain. Mas Regas bisa bangkrut karena lo Mbun!" Embun cemberut, matanya langsung berkaca-kaca. Dia sadar kok kalau tingkahnya kemarin sudah kelewat batas. Bahkan Bunda sampai memarahinya begitu tahu kejadian tersebut dari Mbak Yuyun.

Dia sudah kena batunya kok, tapi Mas Regas tetap saja gak mau melihatnya. Padahal Embun sudah bersiap dengan segala bujuk rayunya untuk bisa kembali ngobrol sama Mas Regas.

"Coba, bayangin kalo Mas Regas bangkrut! Jatuh miskin, gak punya duit buat jajan, dia jadi gak sekece sekarang! Susah dapat jodohnya! Emang lo mau tanggungjawab?" ucap Seruni berapi-api.

"Ya gue sih mau aja tanggungjawab. Toh gue emang cinta mati sama Mas Regas, soal miskin tenang aja warisan gue banyak. Bang Arga gak akan mau nerusin usaha Bapak Juanda, dia kan emang cita-citanya jadi dokter! Otomatis harta Bapak Juanda bakalan jatuh ke tangan gue!" Kata Embun.

"Tapi masalahnya Mas Regas ngelirik lo aja gak mau!" Embun cemberut, dadanya kembali sesak memikirkan pujaan hati yang awet mogok bicara. 

"Setidaknya lo kasih gue ide dong, apa yang harus gue lakuin supaya Mas Regas mau ngomong lagi?" Seruni berpikir sebentar.

"Kata orang cowok itu bisa kita taklukan melalui perutnya. Coba deh lo masakin Mas Regas sesuatu!" Embun terdiam berusaha mengingat masakan apa yang sekiranya akan diterima dengan senang hati oleh Regas dan lambungnya.

Sekilas memori status pagi Regas terlintas di benak Embun, senyumnya langsung melebar.

"Oke gue tahu harus apa!" Kata Embun seraya memainkan sendok dalam buburnya.

Keduanya kembali melanjutkan makan siang, sampai getaran di kantong celana jeans Embun mengusik gadis itu. Seruni menghentikan suapannya, menatap sahabatnya yang dengan malas menjawab panggilan telepon itu.

"Iya Bun, langsung pulang gak main." Seruni menahan tawanya saat Embun menggerakkan bibirnya, seperti mengikuti ucapan seseorang di seberang telepon. 

"Ish iya Bun! Aku gak main, kenapa gak percayaan sih." Embun makin cemberut. 

Seruni terus memperhatikan sampai gadis dengan rambut panjang itu meletakkan ponselnya dengan kasar ke atas meja cafetaria kampus.

"Kenapa?" Tanya Seruni.

"Disuruh Bunda pulang habis ini." Seruni meringis, sahabatnya itu memang termasuk golongan remaja yang terus diawasi orang tua. Bahkan Seruni harus rela namanya dijual saat Embun akan bertingkah di luar rumah. Entah apa yang Embun katakan ke orangtuanya, sampai Bapak Juanda yang posesifnya kebangetan bisa percaya sama Seruni.

Embun Paginya RegasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang