17. Gurih Asin Manis Cinta

2.4K 309 48
                                    

BAHAYA untuk Regas, karena ternyata candaannya soal pernikahan itu malah membuatnya sulit tidur. Bibirnya terus tersenyum lebar, jantungnya berdegup cepat hanya dengan membayangkan kehidupannya saat menikahi Embun. Mungkin kalau sampai Pak Juanda tahu dia akan dihajar habis-habisan, tapi seriusan Regas tiba-tiba kepikiran bagaimana serunya dia dan Embun tinggal serumah. Gadis itu terlalu ajaib sampai Regas selalu menanti-nanti keajaiban apa yang akan dia rasakan bersama Embun nanti.

Dampak dari sulit tidur jelas bangun siang, untungnya ini hari Minggu. Tapi Regas terlalu malas untuk keluar, ditambah hujan gerimis yang mengguyur komplek sejak pukul 3 menambah kesyahduan suasana untuk tetap bergelung malas di dalam selimut. Sepertinya Papa Mamanya pun belum keluar kamar. Sialnya, di saat sedang nikmat-nikmatnya menikmati kehangatan selimut perutnya mendadak berisik minta diisi. Terakhir kali Regas hanya makan ketoprak di jam makan malam kemarin bersama Bara. 

Ia melenggang keluar menuju dapur Mamanya yang bersih, saking bersihnya isi kulkasnya pun kosong tak ada bahan makanan sama sekali. Belum patah semangat, Regas membuka lemari makan bibirnya tertekuk lesu, hanya ada tempe mendoan yang sudah layu dan pasti rasanya gak enak. Regas memilih kembali ke kamarnya setelah meneguk air sebotol, ya setidaknya lambungnya diisi air.

Mau balik tidur perut keburu meronta-ronta, sebagai manusia dengan naluri berburu Regas memilih keluar rumah siapa tahu tukang bubur langganan sudah keliling. Namun alih-alih tukang bubur, Regas malah menemukan Pak Juanda yang sedang pemanasan di depan gerbang rumahnya seakan bersiap untuk lari pagi. 

Terlalu lama sering bertemu sepertinya mereka punya magnet yang membuat keduanya saling tarik menarik satu sama lain. Kedua mata mereka bertemu dan sangat tidak memungkinkan untuk Regas hindari, terlebih ada kilat angkuh di mata tajam pria itu. Regas tersenyum tipis, tak mau mendapat penilaian buruk dari pria itu. Pak Juanda melengos terlihat tak peduli namun saat Regas menjauh matanya bergerak mengikuti langkah Regas yang perlahan menjauh.

Regas segera menyelesaikan urusan beli sarapan, perutnya sudah berisik minta diisi dan makan di tempat tak terlalu nyaman untuknya. Setelah mengulungkan uang sepuluh ribuan, Regas kembali sambil menenteng kresek berisi bubur yang dibungkus dengan sterofoam. Wajahnya cerah tak sabar menikmati perpaduan gurihnya bubur nasi dicampur kuah kaldu ayam, apalagi tadi dia sempat membeli beberapa tusuk sate-satean menambah nafsu makannya meningkat.

Wajah sumringahnya itu tertahan ketika Pak Juanda ternyata kini sudah berpindah di dekat rumahnya. Masih pemanasan sambil mengangkat satu kakinya dan Regas terpaksa memelankan laju jalannya. Senyuman ramah ia sajikan untuk pria itu masih dengan tujuan enggan dicap sebagai orang sombong. Tapi tatapan Pak Juanda jatuh pada kresek putih di tangan kirinya, terlihat menginginkan apa yang Regas bawa.

"Sarapan Om," kata Regas menanggapi tatapan ngiler Pak Juanda. Pria itu berdehem, mengangguk pelan lalu melengos seakan tak peduli pada ucapan Regas barusan. Tapi Regas cukup peka saat buburnya masih ditatap dengan tajam oleh pria itu.

"Om mau?" Pak Juanda terlihat sumringah, kaki kiri yang tadi ia angkat tinggi kini melangkah menghampiri Regas.

"Ya udah kalo kamu maksa, kita makan di rumah saya aja. Kamu beli dua, kan?" Regas meringis, ya dia mana tahu kalau pria itu juga mau. Lagipula bukan tanggungjawab Regas untuk memikirkan perut Pak Juanda, tapi ini adalah kesempatan emas untuk bisa mendekatkan diri pada pria galak itu.

"Buat Om aja, saya nanti beli lagi," jawabnya disertai kekehan sumbang. Alis Pak Juanda bergerak, nyaris tertaut sampai Regas takut sendiri kalau pergerakan alis itu atas dasar ketidaknyamanan dari jawaban Regas. Sumpah, Regas sudah memasang wajah sepolos mungkin lengkap dengan senyum malu-malu seolah dia adalah anak baik yang tulus merelakan bubur ayamnya.

Tapi deheman Pak Juanda yang serasa dibuat-buat itu melunturkan segala image yang sedang Regas bangun, pasti raut wajahnya terlihat aneh sehingga pria di hadapannya tampak tak senang. Segera Regas meluruskan garis bibirnya, sepertinya lebih baik jika dia memasang wajah datar.

Embun Paginya RegasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang