Rumah

3 0 0
                                    

Hai aku adalah anak kecil yang tumbuh diantara 3 bersaudara, aku paling kecil dan aku perempuan sendiri disini. Apa kalian ada yang sama denganku, anak bungsu dan itu perempuan sendiri di keluarga. Ya walupun ada ibukku yang sama-sama perempuan.

Aku tumbuh di keluarga yang sangat amat sederhana, bisa dibilang sederhana tapi lebih sederhana lagi.
Rumah yang beralas tanah, rumah yang bertembok kayu, ada banyak jendela tapi tidak ada kaca. Rumah yang jauh dari kata sempurna menurutku tapi membuatku nyaman.

Ada suatu kejadian dimana batu besar di samping rumah mengenai tembok kayu rumah. Ah... Itu kacau, batu itu membobol masuk tembok dan membuat tembok patah walau tidak secara keseluruhan.
Bahkan jika hujan, air dari belakang rumah akan masuk kedalam dan udara akan jadi dingin. Bisa di bilang tempatku itu dataran tinggi, bukan gunung bukan juga bukit tapi tidak akan terkena banjir.

Aku masih ingat keseluruhan bentuk dan rupa rumahku sampai saat ini, dulu masih minim yang punya handphone. Hanya beberapa orang terbilang mampu yang punya barang tersebut, jadi aku tidak bisa mengabadikan rumahku. Ada rasa sedikit kecewa du lubuk hatiku karena tidak bisa mengabadikannya. Rumah ini terbagi beberapa ruangan tapi tidak ada pembatas, pembatas hanya ada di antara dapur dan ruang tamu, ah tidak kamar tidur pasti ada tentunya. Untuk kamar mandi, itu agak jauh tidak berdekatan dengan rumah. Jadi aku harus jalan kebawah untuk sampai ke kamar mandi umum.
Tapi jangan salah, kamar mandi ini air nya langsung dari sumber mata air jadi segar dan dingin, jadi setiap pagi atau sore jika ingin pergi mandi harus di temani karena aku takut. Sekitaran sangat luas, sunyi, dan banyak kebun bahkan belakang rumah adalah hutan.

Bahkan saat itu masih menggunakan kayu bakar, walaupun saat ini juga masih menggunakan kayu bakar juga tapi saat itu kompor belum pakai meskipun tetangga mungkin sudah menggunakan alat praktis itu. Bahkan jika sedang memasak, asap kayu bakar bisa sampai kamar dan ruang tamu. Apa aku mengeluh?

Pastinya iya, itu sangat perih di mata. Tapi keluhan ku bukan keluhan aku kecewa dengan keadaan ku, aku hanya mengeluh seperti rengekan anak-anak pada masanya karena terkena asab kayu bakar.

Apa kalian ada yang sama dengan ku?


My Childhood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang