Serendipity; ten

873 133 18
                                    

Bandung, 2021

Tega - Tiara Andini🎵

Should I Die?

Shani mengelah napasnya dengan berat, dengan tatapan kosong memandang langit yang gelap. Pikirannya itu sepertinya sekarang sangat bercampur aduk, omongan Jinan terus terngiang dikupingnya.

Apa perkataan Jinan benar? benar kalau Gracia menyimpan sesuatu yang Shani tidak ketahui.

"Gausah terlalu dipikirin, ntar lo pusing sendiri." Itu Feni yang baru saja memasuki balkon rumahnya, melihat wajah Shani yang pucat dan juga lemas.

"Udah kepikiran, percuma lo bilang kayak gitu." Ucap Shani tanpa melirik Feni.

Cewek berambut pirang itu menepuk pundak Shani. "Shan, gue tau lo udah mikir yang nggak-nggak tentang Gracia sama Jinan tapi tolong sebelum pikiran negatif lo itu menyerang, lo cari tahu dulu kebenarannya." Saran dari Feni sedikit membuka pikiran Shani.

"Bisa aja kan, yang lo denger itu cuma akal-akalan Jinan, lo tau dia manusia brengsek, manipulatif dan pengecut. Jangan karena ini, lo jadi salah nilai pacar lo sendiri."

Ntah kenapa Shani berusaha untuk berpikir yang sama dengan Feni tapi didalam dirinya selalu menolak, seperti memang ada sesuatu yang dirahasiakan dari Gracia.

"Gue ragu Fen... Gue takut."

"Perkataan Jinan tadi ngeyakinin gue kalo ada yang Gracia tutupin dari gue, ntah itu tentang dia dan Jinan atau mungkin yang lain..."

"Gue nggak tau, Fen." Kepasrahan Shani membuat Feni prihatin, rasa sedih dari sahabatnya itu seakan menular juga ke dirinya.

"Lo harus cari tahu Shan."

Shani menatap Feni. "Gimana caranya?"

"Lo kan sekarang lagi jadi setan, lo bisa buntutin tuh si Jinan brengsek kemanapun dia pergi begitu juga Gracia, bukan?" Pinter juga Feni.

"Iya juga sih, cuma gausah lo sebut gue sebagai setan dong, monyet!" Wajah kesal dari Shani itu membuat Feni bereaksi yang sama. "Anjir, ngatain gue monyet." Mulai lagi saling menyerang, padahal baru saja Feni merasa kasihan pada Shani.

"Ya itu panggilan paling cocok buat lo, Fen."

"Sialan lo Shani!"

"Udah dikasih saran yang bagus, selalu nggak bersyukur lo mah." Feni merasa dirugikan disini.

"Ya sorry sorry deh." Kali ini Shani harus mengalah karena sebenarnya Shani pun tidak lagi dalam mood yang baik. Daripada semakin panjang.

Feni tidak menyahut lagi, dia mengerti Shani yang sedang dalam kebingungan dan perasaan kacaunya itu.

Tiba-tiba suasana menjadi hening, langit malam pun berubah semakin gelap, tanda hujan sepertinya akan datang.

"Gue bantu lo, Shan. Don't worry." Ucap Feni.
Shani hanya membalas dengan senyum tipisnya.

Permasalahannya, Shani yang tidak siap.

Ya, tidak siap mengetahui hal yang tidak dia inginkan. Selama ini Shani selalu menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap Gracia, dia percaya bahwa pacarnya itu tidak akan pernah mengecewakannya, dengan janji dan omongan Gracia yang selalu diucapkannya.

Serendipity; Butterflies & Flowers • GreshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang