BAB 41 : IMPERATA CYLINDRICA

5.8K 544 19
                                    

"Bipolar dissorder?" Kata Mama Karas terkejut.

"Gak mungkin, dok. Dia sudah minum obat rutin! Kemarin anxiety, sekarang bipolar? Apa-apaan ini?" Kata Mama Karas berdecak kesal.

Sudah beberapa bulan sejak kejadian Karas menenggelamkan kepalanya di bak mandi, kondisinya menjadi tidak stabil dan perlu penanganan dokter spesialis kejiwaan secepatnya. Beberapa kali Mama Karas telah menemani Karas berkonsultasi ke psikiater.

"Dari tes terakhir yang kami lakukan, Tuan Karas memang mengalami bipolar dissorder. Tanda dan gejala Tuan Karas yang bisa tidak tidur selama berhari-hari, berperilaku impulsif, bersemangat sepanjang hari, beberapa tanda berikut menunjukkan gejala manik. Kemudian diwaktu setelah gejala manik selesai, muncul gejala depresi yang biasanya ditandai dengan munculnya keinginan kuat untuk bunuh diri, tidur berlebihan dan emosi yang tidak stabil.

Mama Karas menghela napasnya panjang.

"Saya sarankan, untuk sementara waktu ia harus rehat atau resign dari pekerjaannya, Bu. " Kata Dokter itu dengan seksama.

"Dia bekerja di kepolisian! Mana bisa, arrgh!" Mama Karas menggerutu.

"Anda sebagai orang tua nya, harusnya bisa mengambil keputusan di saat ini. Apalagi kesehatan mental menjadi salah satu syarat di kepolisian. Jika anak Ibu memang tidak lagi mampu untuk bekerja..."

"Bagaimana bisa saya nanti bilang bahwa anak saya jadi pengangguran, huh! Saya akan malu dok!" Kata Mama Karas dengan nada yang tinggi.

🪴🪴

"Pak Rei, anda akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, dengan denda sebesar xx karena telah menghilangkan nyawa seseorang dengan disengaja dan terencana."

Hakim ketua segera mengetok palu dan memutuskan perkara Pak Rei.

"Tidak! Siapa bilang saya membunuh Pak Hans? Saya tidak berdosa!" Kata Pak Rei meronta-ronta ketika kedua tangannya dipegangi oleh dua polisi.

Karas yang hadir menyaksikan sidang itu kemudian bangkit dan berjalan dibelakang Pak Rei.

"Sialan! Polisi kotor! Seberapa banyak kau menerima suap, huh?!" Kata Pak Rei berteriak.

Karas hanya diam saja melihat hal itu.

Mereka kemudian keluar dari ruang persidangan disambut para wartawan dengan segala cecaran pertanyaan.

Wartawan 1 : "Ada desas-desus bilang bahwa Pak Rei tidak bersalah, apakah benar komandan?"

Wartawan 2 : "Komandan Karas, bagaimana pendapat anda yang menangani kasus ini?

Wartawan 3 : "Bagaimana kronologi pembunuhan yang simpang siur seperti ini?"

Kepala Karas mulai pusing, disekelilingnya berputar dan mulai memudar, namun ia nekat masih bertahan. Napasnya mulai sesak dan berkeringat.

"Seperti yang sudah disampaikan hakim ketua." Kata Karas singkat.

Karas kemudian bergegas pergi meninggalkan kantor pengadilan dengan cepat, hingga ia bertemu seseorang yang ia kenal dari kepolisian sentral dengan pangkat yang cukup tinggi.

Sementara itu, Pak Rei telah dimasukkan dalam mobil tahanan. Untuk dibawa ke penjara.

Polisi itu berjalan menemui Karas yang masih di luar.

[BL] Sebelum Matahari Memeluk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang