BAB 42 : LUKISAN ANGSANA

5.6K 581 14
                                    

Sementara itu, hubungan Jonathan dan Cendana mulai membaik selang beberapa bulan kemudian, walau masih terbilang masih malu-malu kucing dan hari-hari yang mereka habiskan bersama masih terkesan kaku, namun mulai terlihat perkembangan daripada masa awal pernikahan. Untuk mencairkan suasana, seperti pada malam ini, Jonathan mengajak Cendana pergi melihat pameran lukisan yang baru saja dibuka di pusat kota.

"Mi tesoro, suka?" Kata Jonathan sambil mengamati lukisan abstrak di depannya.

Cendana terlihat manggut-manggut karena memang tidak mengerti kebiasaan orang-orang kaya yang memandangi lukisan.

"Pfft. Ekspresimu berbanding terbalik mi tesoro. Sepertinya kamu tampak tidak paham." Kata Jonathan sambil tertawa kecil memandangi istrinya itu.

Cendana tersenyum kikuk.

Mereka berdua menyusuri lorong galeri pameran yang serba putih dengan lampu backdrop kekuningan itu perlahan. Terlihat Jonathan sangat menyukai lukisan milik pelukis terkenal itu. Mata hazel Jonathan nampak berbinar ketika melihat beberapa lukisan yang menarik perhatiannya.

"Dana, bisakah kau lihat itu?" Kata Jonathan sambil menunjuk lukisan paling besar di ujung lorong.

Cendana mengangguk patuh, karena ia memang tidak terlalu paham. Ia selalu berjalan di belakang Jonathan, namun dengan sigap Jonathan menggandeng tangan Cendana dengan erat.

"Ssh.. Jangan kemana-mana, nanti mi tesoro hilang." Kata Jonathan.

Terlihat Cendana memanyunkan bibirnya. "Bukan gitu Jo. A..aku hanya gugup."

Jonathan terkekeh.

🪴🪴

Ketika Jonathan dan Cendana asyik memandangi lukisan dengan tajuk 'Hope' di ujung lorong itu, nampak Jonathan terkesan dengan lukisan yang digambarkan dengan apik. Sekumpulan rantai yang mengikat sesosok boneka teddy bear robek dengan banyak darah di sekelilingnya. Jonathan nampak heran, karena lukisan itu tidak sinkron dengan judulnya.

"Jo, kau suka melihat darah seperti ini? Creppy sekali lukisannya." Kata Cendana sambil menampakkan raut muka tidak suka.

Tiba-tiba dari belakang, ada seseorang yang berbicara kepada Cendana.

"Lukisan itu saya lukis, ketika saya berhasil kabur dari seseorang yang mengurung saya hampir satu tahun lamanya. Ia menyiksa dan menganggap saya hanya sebagai boneka pemuas hasratnya saja hingga mental saya terganggu."

Cendana dan Jonathan menengok secara bersamaan.

"Perkenalkan saya Angsana. Pelukis utama di pameran galeri ini, atau bisa disebut 'Ana' nama panggung saya." Kata pria itu tersenyum lembut.

Jonathan terkejut bukan kepalang. Angsana adalah mantan Jonathan yang kabur dan selingkuh.

Angsana, lelaki manis yang mempunyai lesung pipi dan rambut berwarna hitam kecoklatan itu juga terbelalak kaget, ia kemudian menjabat tangan Jonathan dengan kaku.

"Eh, Jo ada apa?" Kata Cendana bingung dengan tingkah suaminya itu.

Jonathan menggeleng singkat, lalu menggapai pinggang ramping Cendana.

"Eh," Cendana tambah terkejut.

Angsana yang melihat tingkah dua sejoli itu tidak kalah terkejutnya. Ia mengatupkan mulutnya dengan tangannya. Terlihat ada bekas luka yang timbul melingkar di kedua tangannya.

Angsana kemudian mendekati Cendana dan sedikit berbisik.

"Hati-hatilah dengan Jonathan." Bisik Angsana dengan sedikit takut dan mulutnya gemetaran parah. Ia sampai tidak berani melihat Jonathan.

[BL] Sebelum Matahari Memeluk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang