[16]

645 39 2
                                    


Selamat membaca~

16. Simfoni



Arka memasuki ruang musik banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini membuat dirinya ingin kembali coba melakukan bunuh diri kembali. Entah apa yang terjadi dengan dirinya semenjak Arka terbangun di tubuh ini dia belum pernah mencobanya kembali,padahal dulu itu menjadi rutinitas bulanan.

"Bian.."

Kembali mengingat kejadian dikehidupan sebelumnya membuat dadanya terasa sesak, setelah banyak hal terjadi di kehidupan sebelumnya kenapa dia harus dihadapi masalah rumit lagi disini?

"Ya Allah apa ini karma darimu Karna hambamu ini bunuh diri untuk cepat bertemu dengan mu?"

Perasaan mencekik membuatnya kesulitan untuk sekedar bernafas mungkin ini memang karmanya.

"Apa aku harus berhenti? Kau tau hambamu ini melewati jurang dalam? Apa benar kau tidak menyayangiku sehingga kau tidak mengambilku kembali?"

Arka kembali mengingat banyak kejadian yang dia lupakan.

"Sayang lepaskan Bian mungkin Tuhan lebih menginginkannya berada disini nya"

"Mary" Mary mengangkat alisnya tanda bertanya. "Ya?"

"Kenapa tuhan begitu menyayanginya?" Mery tersenyum."begini Arka tau kan bahwa Bian adalah anak yang baik dan sabar? Mungkin itulah sebabnya tuhan ingin Bian disisinya "

"Tapi aku juga membutuhkannya " Mery hanya tersenyum melihat wanita yang begitu menyayangi keponakannya. Tiba-tiba seorang wanita setelah baya datang masih dengan air mata diwajahnya.

"Sudah kukatakan seharusnya kalian tidak berhubungan, hiks.. seharusnya kalian tidak pernah dekat, hiks.. ini salahmu tapi kenapa anakku yang dihukum"

Arka bukan orang bodoh yang tidak mengerti dengan ucapan wanita setengah baya didepannya ingat dia sudah 22 tahun. Pertama ibunya mempermasalahkan kasta selanjutnya dia bilang hubungan antara Bian dan Arka tidaklah sehat, Karna perbedaan dalam menganut kepercayaan.

"Hiks.. INI SEMUA SALAH KAMU!!"

Cairan bening tanpa sadar keluar dari sudut matanya,dia mengangkat kedua tangannya menutup wajahnya "maaf hiks.. maaf"

Terus berulang mengeluarkan kata yang sama dari bibirnya dengan lirih disela tangis. Arka mengatur nafas mencoba untuk berhenti menangis, setelah beberapa saat dia berhasil mengendalikan dirinya.

"ya Allah kenapa kau menciptakan hambamu ini dengan hati yang begitu lemah dan rapuh"

Dia duduk didepan sebuah piano."aku merindukanmu.."

Memandang piano didepannya apa dia harus memainkannya? Tapi dia terlalu malas Karna habis menangis. Arka kembali berfikir mungkin memainkan lagu kesukaan Bian akan membuat dirinya lebih baik.

Arka mulai memainkan piano dengan penuh kelembutan jarinya yang lentik bermain dengan lihat dan tanpa kesulitan, menarik nafas dia mulai membuka mulutnya dan bernyanyi.

FIGURAN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang