Chapter 12

391 123 10
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka, semua yang ada didalam cerita ini hanya karangan dari penulis saja.

🤍🤍🤍

Akhirnya hari ujian pun tiba. Dan selama hari-hari itu Aaron sama sekali tidak mengganggu Lara. Mereka bahkan tidak bertemu sama sekali, mungkin hanya saling melihat, tapi tidak saling menyapa.

Lara tidak tahu apa yang terjadi, tapi dengan begitu ia akhirnya bisa belajar dengan tenang.

Sebagai murid yang pernah mengikuti olimpiade pun, Lara berkecil hati bisa mendapat nilai sempurna dalam semua mata ujian kali ini. Dan ia sedikit khawatir jika Aaron juga mengalami hal yang sama.

Satu hari setelah ujian. Dua hari. Tiga hari bahkan satu minggu setelah ujian selesai, dan hari itupun tiba. Pengumuman hasil ujian akan ditempel di papan informasi. Setiap murid mungkin sudah menerima email hasil ujian mereka, tapi tetap saja hasil peringkat dan nilai lengkap seluruh siswa akan ditempel di papan pengumuman tersebut.

Lara sudah tidak sabar melihat hasilnya, sebab satu minggu ini Aaron sama sekali tidak terlihat. Liam bilang Aaron sedang ada acara keluarga. Entah acara apa hingga memakan waktu satu minggu untuk tidak sekolah.

Lara harap kali ini Aaron berhasil menepati perkataannya. Mendapat nilai sempurna dalam semua mata ujian yang ada agar mereka bisa berkencan.

Mendapat perhatian Aaron dan tingkah unik pemuda itu setiap hari membuat Lara merasa terbiasa. Ia merasa ada yang kurang setelah tidak melihat Aaron sama sekali seminggu ini.

"Pagi sekali kau sudah siap?" Ejek Selma ketika melihat Lara datang ke rumahnya pagi-pagi sekali.

"Tidak sabar ya melihat keputusan apakah kau jadi berkencan atau tidak." Tambahnya membuat Lara melengos kesal.

"Kau sudah siap atau belum? Kalau belum aku tinggal."

"Jahatnya." Ujar Selma menggoda. Ia mempercepat persiapannya dan ikut berangkat bersama Lara ke sekolah dengan berjalan kaki.

Mereka pikir mereka lah yang berangkat lebih pagi, tapi ternyata begitu sampai di sekolah, sudah banyak murid yang datang dan bergerombol di depan papan informasi.

Semuanya menggumamkan kata impossible. Tidak mungkin. Dia pasti curang. Dan masih banyak lagi.

Membuat Lara sedikit berdebar, benarkah jika Aaron Kingston bisa membuktikan perkataannya?

Dengan pelan dan berusaha terlihat tenang, Lara menyibak kerumunan agar bisa sampai di depan papan informasi. Tanpa perlu bersusah payah mencari namanya maupun nama seseorang, Lara mendongakkan wajahnya untuk melihat nama siapa yang ada di posisi paling atas.

"Aaron Kingston?.... Wow...."

Seorang gadis berambut pirang mendesah bangga dan tak percaya saat membaca nama Aaron yang kini berada di puncak teratas. Kurang lebih apa yang Lara rasakan sekarang adalah sama.

Aaron Kingston? Wow...

Tapi bukannya bergumam aneh, impossible, tidak mungkin, dan Aaron pasti berbuat curang. Lara justru mengabsen satu persatu nilai ujian yang Aaron dapat.

Seratus.... Seratus.... Seratus...

Hampir semua mata ujian Aaron mendapat nilai seratus.

"Woow." Desah Lara tanpa sadar, dan bibirnya mulai menyunggingkan senyum kecil.

"Waah... Ada yang jadi kencan setelah ini." Gumam Selma yang sejak tadi berdiri di sebelah Lara dan ikut melihat hasil perjuangan Aaron.

Lara berdiri sebentar disana, masih mengagumi nilai yang Aaron dapat. Dan lama kelamaan ia merasa kepanasan sendiri, bukan karena ia berada di tengah kerumunan banyak orang. Tapi entah kenapa ia merasa bahwa dadanya menghangat bangga serta bahagia. Lara pernah merasakan hal ini dulu ketika untuk pertama kalinya ia mendapat nilai seratus. Atau ketika untuk pertama kalinya ada yang menyebut dia pintar bahkan jenius. Dan ia juga pernah merasakan hal ini saat ia memenangkan suatu pertandingan olimpiade.

INTERLUDE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang