kembali

232 13 1
                                    

                                      --estRella--

Setelah satu tahun lebih bungsu dari empat bersaudara itu bertugas di negara orang, kini dia dapat menghirup udara Korea dengan bebas. Diikuti oleh banyak tentara lainnya yang mulai berhamburan keluar dari pesawat dan mulai masuk kedalam bandara menemui sanak saudara yang telah ditinggalkan mereka bertugas.

Senyum gadis yang masih berciri khas sama, yaitu berponi merekah. Namun untuk saat ini poni gadis itu tertutup oleh topi baretnya. Mendapati kedua kakaknya sedang terdiam menunggu diambang pintu masuk bandara itu, membuat lisa berlari terburu-buru.

“Eonnie—” panggil seseorang. Suaranya tidak asing terdengar di sayup-sayup mereka.

Dengan antusias tangan mereka bergantian terlentang untuk menangkap rengkuh adik bungsu nya.

“Letnanku tinggi sekali ternyata. Saat kau bertugas dikorea tubuhmu tidak menjulang tinggi seperti ini, kau diberi asupan apa selama Perang?” cibir jennie.

Gadis bermata kucing itu masih lengkap dengan blazer panjangnya, karena sehabis menangani kasus jennie terburu-buru menyusul kakak sulung nya yang sudah lebih dulu sampai di bandara.

“Sambutan mu jelek sekali eonnie, tidak ada yang spesial. ” balas lisa.

“Kau terlihat gagah dengan seragammu, poni kematianmu juga tertutupi oleh topi kebanggan negara itu. ” kini giliran jisoo yang meledek adik bungsunya.

“Aku tidak akan marah, aku punya janji pada chaeyoung unnie untuk dewasa— sudahlah apa kalian hanya akan meledek ku? Ayo pulang, waktuku tidak banyak dikorea minggu depan aku sudah harus kembali ke Ukraina. ” gerutu pelan lisa.

Jennie langsung merangkul adiknya lalu memulai perjalanan untuk pulang ke Mansion. Kerinduan lisa pada tempat tinggal peninggalan orang tua angkat nya itu sangat besar. Tidak hanya banyak kenangan bersama dengan jisoo ataupun lisa, melainkan banyak kenangan bersama chaeyoung yang hanya berangsur sekejap.

Mereka tidak langsung pergi ke Mansion melainkan menyempatkan waktu menemui mendiang sosok adik dan kakak dari mereka. Dua mobil berwarna hitam dan merah itu terparkir di gerbang pemakaman.

Lisa yang masih lengkap dengan seragamnya kini membiarkan salah satu kakinya menekuk ke tanah dan salah satunya menjadi tumpuan tangannya. Kedua tangannya melepas topi baret yang sedari tadi dia kenakan.

Topi baret itu diletakkan diatas nisan milik kakaknya. Tidak terasa airmata menetes begitu saja pada tulisan nama mendiang yang sudah lima tahun meninggalkan mereka.

“Aku menepati janjiku chaeyoung, aku menjadi dewasa bahkan aku menjadi seorang letnan sekarang. Kupersembahkan gelarku untukmu, kau bahagia? Maaf aku menangis, aku hanya sedang merindukanmu.” ucap lisa.

Kedua gadis kim itu ikut berjongkok menemani adik bungsunya. Jisoo yang mengusap pundak lisa, dan jennie yang menggenggam tangan lisa. Gadis dengan gelar letnan itu menggenggam kuat tangan jennie, entah kenapa seperti menahan sesuatu. Sesak, itu jawabannya.

“Menjadi dewasa bukan berarti kau harus menahan tangis, kau harus bekerja keras. Dewasa itu perihal sikap, namun begitu kau tetap sudah menunjukan yang terbaik untuk chaeyoung. ” tutur Jennie.

Gadis sulung kim itu berhenti melakukan aktivitas nya mengelus pundak lisa, dia beralih membawa kembali topi baret milik lisa yang adiknya simpan diatas nisan chaeyoung.

“Kau sudah dewasa, bahkan tidak bergelar seorang letnan sekalipun. Bukan begitu chaeyoung-ah? Adikmu ini sangat gagah bukan? Dia menjadi seorang letnan, bahkan dia meninggalkan kami selama satu tahun. ” tutur jisoo menambah kan.

estRellasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang