"Junghwan gak pernah cerita kalau sekarang dia punya temen satu rumah." Ucap Jiho tepat setelah Doyoung mempersilakannya untuk duduk di sofa ruang tamu.
Doyoung tidak menjawab, ia berjalan ke dapur hendak mengambil air untuk dihidangkan kepada tamu yang baru datang, atau haruskah air ini ia pakai untuk menyiram wajah Jiho? Berkata bahwa Junghwan adalah suaminya sejak hampir satu bulan lalu? Berteriak di depan wajahnya sambil menunjukkan cincin kawin mereka berdua, juga foto pernikahan yang Doyoung simpan di folder tersembunyi di ponselnya?
Alih-alih merealisasikan semua pikiran jahatnya, Doyoung justru tersenyum sambil meletakkan gelas berisi air minum di atas meja. "Aku emang baru tinggal di sini." Jelasnya diikuti dengan senyum ramah.
Jiho mengangguk, netranya memandang sekeliling ruangan. "Cuma ada satu kamar di sini, biasanya kamu tidur di mana?" Tanya nya.
Tidak sopan sekali, pikir Doyoung.
Tapi lagi-lagi, Doyoung berusaha melempar senyum terbaiknya. "Di tempat yang kamu dudukin sekarang." Jawabnya.
"Ah pantes ada bantal sama selimut di sini."
Mata Doyoung melirik jam yang ada di ujung ruangan, masih ada waktu beberapa jam sebelum Junghwan pulang kerja, ia tidak mungkin terus menanggapi pembicaraan basa-basi tamu yang tidak diundang hingga suaminya pulang nanti.
Suami, entah apa Doyoung masih pantas menyebut Junghwan dengan titel itu karena saat ini, orang yang mengaku tunangan Junghwan sedang duduk manis di depannya.
"Udah lama temenan sama Junghwan?"
Sejak lahir pun Doyoung terus berada di sisi Junghwan.
Doyoung hanya mengangguk mengiyakan, enggan memperpanjang topik. Dalam hati ia terus memikirkan cara untuk kabur dari sana sekarang.
Akhirnya Doyoung meraih ponsel, ia menekan kontak Junghwan sebelum memutuskan untuk menghubunginya. "Bentar ya." Pamit Doyoung pada Jiho, dan Jiho mengangguk sambil tersenyum.
Doyoung masuk ke dalam ruang kerja Junghwan, menutup pintu dan mengarahkan ponselnya ke telinga setelah melihat tanda bahwa Junghwan telah mengangkat panggilannya.
"Halo? Kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Junghwan begitu terhubung dengan Doyoung.
"Tunanganmu ke rumah." Ucap Doyoung tenang, sekuat tenaga menekan amarah yang siap meledak kapan saja.
"Tunanganku? Siapa?"
"Jiho, yang tempo hari ketemu kita di supermarket."
Ada jeda cukup lama sampai Junghwan kembali bicara, sepertinya ia menjauh dari meja kerjanya karena harus menjelaskan sesuatu yang tidak boleh di dengar orang lain di sekitarnya.
"Ngapain dia ke sana?"
"Ya mana aku tau? Mungkin dia mau nyamperin tunangannya?"
"Ini weekdays, Doyoung. Dia pasti tau aku lagi kerja."
Doyoung mengangguk pelan, ucapan Junghwan ada benarnya. Tapi dengan cepat ia menggeleng, ia tidak ingin diberi kebohongan baru oleh Junghwan yang sampai sekarang masih menyembunyikan banyak hal di belakangnya.
"Kamu di mana sekarang?"
"Ruang kerjamu, aku gak mungkin masuk kamar tidur, kan dia taunya aku sahabatmu."
"Kunci pintunya, aku pulang sekarang."
Baru Doyoung akan protes tapi panggilan terlebih dulu diputus secara sepihak oleh Junghwan. Ketakutan mulai menguasai pikirannya, tubuh Jiho memang tidak lebih besar darinya tapi tetap saja, siapa tahu ia memiliki niat jahat? Tidak ada yang tahu apa motif Jiho datang ke rumah Junghwan padahal faktanya ia tahu bahwa Junghwan sedang tidak ada di rumah sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/342765517-288-k193855.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Buttercup [Hwanbby]✔
FanfictionBegitu banyak ingatan masa kecil yang terlintas di pikiran Junghwan begitu melihat Kim Doyoung, sahabatnya yang memilih untuk menetap di kampung halaman bahkan hingga umurnya sudah jauh dari kata remaja. Tapi hanya satu yang benar-benar tergambar je...