Chapter XV

1.2K 187 39
                                    

"Aku mau ketemu Doyoung." Ucap Junghwan begitu sampai ke kediaman sementaranya di Seoul, tapi lagi-lagi Ibu dan Ayahnya menggeleng.

"Dia belum keluar dari rumah sakit, kamu boleh dateng kalau dia udah di rumah."

Junghwan menghela napas, sebelumya orang tuanya tidak memperbolehkannya untuk pulang dan berkata bahwa Junghwan harus menunggu hingga sahabatnya itu sadar, tapi hari ini lagi-lagi Junghwan tidak diberi izin dengan alasan lain.

"Kemarin Ibu bilang kalau aku harus nunggu Doyoung sadar?"

"Gak enak kalau kamu ke rumah sakit sekarang, Junghwan. Lagian kamu masih banyak urusan di sini."

"Aku bisa daftar ulang besok, setelah itu aku mau langsung pulang ke Iksan."

"Gak bisa, orang tuamu di sini tapi kamu mau pulang?"

"Lagian kenapa sih Ibu sama Ayah ikut aku segala?"

"Kamu anak kita satu-satunya, dipikir gampang ngelepas kamu sendirian di Seoul yang sebesar ini?"

Junghwan berdecak kesal, ia mengacak rambutnya frustasi sebelum berjalan keluar dari sana, meninggalkan Ibunya yang hanya bisa mengusap dada karena kelakuan anaknya.

Kenapa setiap orang tua selalu merasa dirinya benar? Kenapa mereka bertingkah seolah dirinya memiliki hak penuh atas tiap pergerakan anak mereka? Padahal jika ada sesuatu yang salah terjadi, banyak dari mereka yang lepas tangan dan membiarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri.

Ya walau orang tua Junghwan tidak berpikir demikian, karena mereka menyalahkan Doyoung atas kecelakaan yang terjadi satu bulan lalu.

Mereka berkata bahwa Doyoung tenggelam karena kesalahannya sendiri, dan justru membuat Junghwan terdistraksi padahal ia harus fokus dengan ujian yang akan diadakan sebentar lagi.

Delapan belas tahun Junghwan merasa dunia tidak adil karena orang tuanya yang selalu mengikuti kemana pun dirinya pergi.

Delapan belas tahun Junghwan harus menanggung rasa bersalah di tiap langkah karena tidak kunjung mendapat kesempataan untuk minta maaf pada sahabatnya sendiri.


***

"Kamu tau gak sih kalau kamu tuh bukan sekedar polos, tapi bego banget." Ucap Doyoung begitu mendengar penjelasan Junghwan soal insiden sebelas tahun lalu.

Keduanya berjalan di atas pasir pantai, posisi mereka cukup jauh dengan laut karena Doyoung yang masih takut jika harus dekat dengan tempat yang hampir membunuhnya waktu itu. Dengan tangan yang saling bertaut dan mata memandang lurus ke langit luas tanpa cela di depan, menunggu matahari yang akan terbenam sebentar lagi.

Mereka memutuskan untuk menginap satu hari lagi karena orang tua Junghwan yang terus memaksa dan berkata bahwa mereka merindukan anaknya.

"Kok bego?" Tanya Junghwan, sedikit tidak terima atas ejekan suaminya.

"Kamu padahal bisa kirim aku pesan atau sekedar telfon, gak harus dateng dan ngejelasin semuanya di depanku langsung."

Langkah Junghwan berhenti, ia menoleh dan menatap Doyoung yang berdiri di sebelahnya. "Iya ya? Kenapa aku gak kepikiran itu ya?" Ucapnya dengan raut kebingungan.

Doyoung terkekeh pelan, ia berjinjit dan membawa sebelah tangannya yang bebas bergerak untuk mengacak pelan rambut Junghwan. "Itu karena kamu bloon." Ucap Doyoung.

Keduanya tertawa sampai tiba-tiba ombak yang lumayan tinggi datang, membuat air mengalir sampai ke tempat mereka berdiri, Doyoung terkesiap dan tanpa sadar ia memeluk erat tubuh Junghwan.

Buttercup [Hwanbby]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang