Sebagai penyanyi, mengadakan konser adalah sebuah bentuk pencapaian diri bisa bertahan di industri musik, 8 tahun bukan waktu yang singkat.
Sekarang dia sudah tidak mencari kepopuleran lagi, selama 8 tahun semua sudah didapatkan, yang sekarang dia inginkan hanya tetap bersama penggemar, memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang masih menunggunya.
Bertemu dengan pengemar membuat dia merefresh hidupnya lagi, bukan hanya penggemar yang mendapat energi, tapi dia juga begitu.
Lampu yang menyala, suara seruan berteriak tak rela karna sekarang sudah berada di lagu terakhir, tiga jam sudah dia berada diatas panggung, dalam diamnya, lewat cahaya lampu yang redup dia memandang jauh ribuan orang yang terus berteriak, dia selalu bersyukur masih banyak orang yang mencintainya.
Tiba-tiba Sana memeluknya, tentu aksi Sana ini membuat beberapa penggemar berteriak, dia yang berdiri jauh dari yang lain jadi terkejut, dia tidak melihat Sana datang dari mana, dia hanya diam mematung, membiarkan Sana terus memeluknya, saat kamera tak lagi menyorot mereka, Sana malah melengos pergi sambil sedikit tertawa.
Oh rupanya Sana main-main~
Dia mencoba merasakan apa yang Sana rasakan lewat lagu yang Sana tulis, dia menutup matanya saat Sana menyanyikan bagiannya. Kemudian dia melanjutkan suara Sana.
Dengan saling pandang dia mengatakan benar, tidak ada yang namanya alasan untuk saling menyukai, dia juga percaya, karena dia tahu bagaimana rasanya.
Rasanya takut kehilangan.
Konser berakhir, akhirnya dia bisa menenggak kaleng soda dingin, tak ada yang lebih baik dari sekaleng soda setelah menyanyi berjam-jam.
Dia belum melihat Sana, saat matanya mencari, Sana datang bersama Dahyun, saling merangkul satu sama lain. Soda kaleng kedua yang dia biarkan terbuka, menghilangkan bulir-bulir soda yang menguap keudara. Sana sama sekali tak melihatnya berjalan melewatinya.
Dia sangat percaya pada Dahyun, tapi terkadang dia sulit percaya dengan Sana.
"Kalau udah mantan jangan cemburu."
Dia lirik seseorang yang kini duduk disebelahnya, sudah membawa makanan saja, padahal nafas masih naik turun, kok bisa dia sudah menguyah, apa perutnya sudah siap bekerja?
"Ngaku aja deh, cemburu kan?"
Lagi, dia tak menggubris ucapan Momo, memilih menghabiskan minumannya lalu ingin beranjak pergi dari Momo.
Tapi tangan Momo menghentikannya. "Mau kemana ih" Kata Momo sedikit menarik tangannya, dia jadi duduk lagi.
"Ini aku udah bawaiin makan juga."
"Sana trus.. "Kata Momo lagi.
"Sana lagi ganti baju doang."
"Gausah disusul, udah diem disini, makan nih."
Momo terus menggrutu, padahal dia sama sekali tak berniat menyusul Sana, dia juga ingin mengganti bajunya. Mina yang sejak tadi berada dihadapan mereka jadi mengeluarkan suara tawanya, walau kecil tapi masih bisa didengar.
Dia mulai memakan burger yang diberikan Momo, kalau dipikir-pikir memang perutnya terasa lapar juga, dia memang selalu mengosongkan perutnya saat konser mungkin yang lain juga, karna akan terasa aneh jika perut terisi penuh tapi dia harus bergerak kesana kemari.
Suara Sana selalu membuat perhatiannya teralihkan, dia melihat Sana yang tertawa, kini bukan hanya Dahyun tapi ada Nayeon juga.
Siklus pertemanan Nayeon dan Sana mamang terlihat aneh, mereka sering terlibat adu mulut atau beda pendapat, perkara kecil saja bisa besar, tapi semenit kemudian mereka akan akrab lagi seperti tidak terjadi apa-apa.