Seseorang yang menjabat sebagai CEO tempat dia bekerja, yang biasanya selalu terlihat ramah, kali ini sebaliknya.
Ini kedua kalinya dia dipanggil, padahal dia hanya tiga hari disini tapi hampir setengah nya hanya untuk mengurusi hal seperti ini. Dia sama sekali tidak takut. Menurutnya apa yang dia lakukan memang tidak salah. Dia dan Sana pantas memilih apa yang menjadi pilihan mereka sendiri.
"Kalian ini mikir ga pas begini?!"
Dia tidak sendiri, ada mba Inka yang menemaninya bertemu dengan Pak Jae Dia melihat beberapa foto yang baru saja Pak Jae serahkan padanya dengan sangat kasar.
Dia pikir hanya akan ada foto saat dia dan Sana di bandara, tapi dia salah, dia tidak menyangka kalau foto saat dia, Sana dan kedua orang tua mereka makan siang juga ada. Dia berusaha tenang, dia tidak ingin kalah akan situasi seperti ini. "Ini saya sama Sana cuma makan siang aja."
Dia tidak berbohong. Walau dalam acara makan siang itu ada obrolan-obrolan mengenai hubungan mereka, Ntah bagaimana ceritanya bisa ada, dia merasa dia dan Sana sudah sangat hati-hati. Tapi kenapa bisa tertangkap kamera juga.
"Kamu pikir media bakal segampang itu?" Helaan nafas Pak Jae seakan menahan segala emosi yang membuldak, Tzuyu termasuk artis nya yang tidak neko-neko, Pak Jae tidak habis pikir bagaimana dia bisa seberani ini, mengumbar hubungannya dengan Sana.
Foto-foto makan siang nya dengan Sana sudah tersebar di publik, semua orang jadi berpikir kalau Sana dan dirinya memang memiliki hubungan spesial bukan hanya sekedar rekan kerja. Ini yang membuat Pak Jae jadi marah besar, karna berita ini juga jadi berimpact pada saham perusahaan.
Mengenai hubungan seperti ini memang masih menjadi pro dan kontra. Pak Jae sendiri sebenarnya tidak pernah melarang talent nya untuk memiliki hubungan dengan siapapun. Tapi memang sangat dihindari untuk memiliki hubungan seperti yang dilakukan Sana dan Tzuyu, mungkin Pak Jae merasa lengah lima tahun dia jaga hubungan Tzuyu dan Sana agar tetap terkontrol tapi tahun ini, dia merasa kecolongan, yang membuatnya kaget, Tzuyu lah yang menjadi seberani ini.
Pak Jae memang tidak tau kalau Sana dan Tzuyu sempat putus dan baru saja kembali, yang dia tahu Sana dan Tzuyu memiliki hubungan sampai sekarang. Hubungan Sana dan Tzuyu memang sangat diatur oleh perusahaan, semua orang yang tau kalau Sana dan Tzuyu berpacaran pasti tidak akan pernah menyangka kalau Sana dan Tzuyu sempat putus.
"Kamu udah disini 8 tahun, kamu masih belum paham alur media gimana? Yang bener aja belum tentu dibenerin, apalagi ini."
Tzuyu mengepalkan tangannya, dia sudah muak mengikuti semua aturan yang ada, karna aturan itu juga dia jadi kehilangan Sana.
Mungkin memang sudah saatnya dia memperjuangkan apa yang semestinya menjadi hak dan pilihan nya. "Tapi disitu saya sama Sana memang hanya makan siang. Apa yang salah?" Nada bicaranya cukup tinggi untuk Tzuyu yang biasanya berbicara dengan pelan.
Mendengar ucapan itu, mba Inka yang berada disebelah Tzuyu langsung menoleh, dia tidak menyangka Tzuyu bisa membantah ucapan seorang Pak Jae.
Pak Jae memberikan satu amplop lagi, terlihat lebih tebal dia membuka dengan perasaan yang berdebar, dalam hatinya yang paling dalam sebenarnya dia takut. Dia berusaha kuat untuk Sana. Dia melihat foto-foto saat dia dan Sana di taman kota beberapa minggu yang lalu, Foto dia yang menemani Sana belanja, Foto Sana yang menemani dia mengantar kaya dan butter ke dokter. Foto Sana yang baru saja keluar dari unit apartementnya. Apa media benar-benar segila ini?
Dia merasa kebebasan hidupnya sudah tidak ada. "Trus maksud foto-foto itu apa? Kamu sengaja? Kamu emang mau semua orang tau kalau kamu sama Sana punya hubungan?"