[10]

696 114 64
                                    

"Kalian berdua kapan nih ngasih Ibu sama Ayah cucu?"

Riona dan Devano yang tengah makan di buat kaget dengan pertanyaan yang di ajukan tiba-tiba itu.

"Iyaa, Ayah juga udah kepengen banget gendong cucu dari Vano sama Rona"

Devano melirik Riona yang tampak gugup kemudian mengusap tangan perempuan itu dari bawah meja.

"Kita berdua udah ada rencana buat mulai program anak Bu, sabar bentar lagi"balas Devano. Membuat kedua orang tua Riona yang mendengarnya tersenyum senang dengan balasannya. Berbanding terbalik dengan ekspresi Riona yang langsung masam.

"Nah ini yang Ibu tunggu, lima tahun udah cukup lah buat kalian nikmatin waktu berdua. Sekarang sudah saatnya nambah anggota baru di rumah.. Jadi gak sabar ibu mau nimang cucu nihh"ujar wanita itu senang. Mendapatkan cucu pertama dari anak perempuannya satu-satunya.

Devano mengangguk sementara Riona tak memberikan balasan apapun. Percakapan di meja makan masih terus berlanjut soal momongan yang membuat Riona tak lagi berselera makan.

"Hati-hati di jalan, Vano nyetirnya gak usah ngebut-ngebut. Bahaya apalagi ini udah malem"

"Iya bu, kalau gitu Vano sama Rona balik dulu"ucap Devano berpamitan dan bergantian mengecup pungung tangan mertuanya. Riona juga berpamitan dengan kedua orang tuanya kemudian menyusul Devano masuk ke dalam mobil.

"Kita gak ada rencana buat program anak. Kamu kenapa harus kasih balesan kayak begitu ke orang tuaku sih"ujar Riona begitu mobil Devano meninggalkan rumah orang tuanya.

"Ya Aku harus kasih jawaban apa Ron? Mau bilang kalau Kamu masih belum siap? Mau kayak gitu?"

"Hhh.."Riona membuang nafas kasar kemudian melirik keluar jendela.

"Orang tuaku juga nanyain hal yang sama terus-terusan. Kalau Aku kasih jawaban jujur ke mereka soal alasannya apa yang ada ntar bakalan tambah ruwet. Aku pernah bilang bakalan nungguin Kamu siap, dan Aku berharap Kamu bisa siap tahun ini Ron"

"Ck. Itu bukan nungguin namanya tapi sama aja Kamu ngedesak Aku kayak yang lain!"ujar Riona kesal.

"Hh, apa yang buat Kamu sampai sekarang masih ragu Rion? Kasih tau Aku alasannya apa"ujar Devano. Sejujurnya dia juga tidak paham apa masalah Riona selama ini. Sejak awal menikah perempuan itu sudah membuat keputusan sepihak agar mereka menunda memiliki momongan dulu. Devano mengiyakan karena dia pikir hal itu tidak akan berlangsung sampai selama ini. Tapi nyatanya, ditahun kelima rumah tangga mereka Riona masih saja belum memiliki keberanian. Itu yang Devano pikir.

Sementara itu, Riona yang mendengar pertanyaan Devano hanya diam. Kalau saja dia bisa mengatakannya dengan jujur sekarang di hadapan Devano, Riona ingin bilang kalau Dia tidak ingin memiliki anak bersama seseorang yang dia tidak cintai.

"Aku gak berpikir kalau Aku udah siap buat punya anak. Jadi jangan paksa Aku Vano"balasnya yang kemudian langsung menatap ke arah lain. Perempuan itu menghela nafas dan menelan ludahnya. Dia berbohong, lagi.

Setelahnya gantian Devano yang terdiam cukup lama usai mendengar balasan Riona. Lelaki itu memfokuskan diri untuk menyetir dan melihat jalanan di depannya. Di kepalanya penuh dengan pertanyaan untuk Riona, tapi Devano memilih menyimpannya untuk sekarang. Tak ingin membuat Riona akan berakhir mendiamkannya lagi. Cukup.

"I'm sorry"ucap Devano begitu mereka berhenti di lampu merah. Riona tak memberikan balasan apapun atas ucapannya, Devano mengambil tangan perempuan itu dan menggenggamnya membuatnya menyetir dengan satu tangan sepanjang jalan Mereka pulang.

******

"Hh Kamu lama banget dandannya. Mending Kita gak usah dateng aja sekalian dari pada datengnya telat"

[GS]Je te Veux••Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang