○ six : bakung dan tulip

108 14 0
                                    

Seperti biasanya suara alarm pagi mengusik (name) yang masih terlelap. (Name) perlahan membuka matanya. Tangannya meraba di mana sumber suara alarm itu berasal yaitu ponsel genggam miliknya. Ia mematikan alarmnya. (Name) terdiam sejenak dan mengubah posisinya menjadi setengah duduk.
 
Setelah berdiam cukup lama ia turun dari kasur. Memperlihatkan tubuhnya tanpa sehelai benang. Bisa terlihat bahwa ia habis menjalani malam yang panas dengan Sae. Ia berjalan gontai mengambil asal piama Sae yang tergeletak dan mengenakannya.
 
(Name) membuka pintu kamar mandi terlihat Sae yang bertelanjang dada. Sae yang sedang menggosok gigi menengok, di lihatnya (Name) diambang pintu. (Name) berjalan masuk kamar mandi menuju westafel.
 
“pagi" Sapa (name) memeluk Sae. “iya pagi" balasnya setelah berkumur-kumur. Sae mengecup puncak kepala sang istri.
 
“tidurmu nyenyak?” tanya Sae basa basi dengan tangannya mengelus-ngelus kepala (name). “iya" jawab (name) lalu melepaskan pelukannya.
 
“hei ini piamaku” ujar Sae menatap serius istrinya
 
“kenapa piamamu?” tanya (name) bingung
 
“tidak, kau terlihat lucu" Jawabnya Sae tertawa kecil. (Name) jelas bingung dengan rambut awut-awutan dan piama yang kebesaran ditubuhnya apa yang terlihat lucu.
 
“Apanya yang lucu?” Tanya (name) lagi. Sae hanya tersenyum dan mengangkat tubuh (name) ke atas westafel. Sae berbisik pelan di telinganya. Semburat merah muncul di antara kedua pipi (name). Sae menempelkan kedua hidung mereka. Ia menyatukan kedua bibir mereka dengan lembut. Ia melumatnya semakin dalam, menikmati setiap detik yang mereka lakukan. Keduanya melepas ciuman yang mereka lakukan, membuat benang saliva di antara keduanya.
 
Ia mengecup pelan bibir istrinya. Bibirnya turun mengecup tengkuk lehernya. Ia  menghirup aroma tubuh istrinya lamat-lamat. Sae menempelkan bibirnya pada kulit istrinya. Menciumnya dan menghisapnya lamat-lamat, membuat tanda merah di sana.
 
“lucu sekali melihat tubuhmu dengan piamaku” Sae tersenyum jahil dan membuka kancing piama yang dikenakan (name). Wajah wanita itu memerah malu. Hidungnya menelusur setiap jengkal pundaknya. Perlahan turun membuat bekas merah lainnya di dada (name).
 
“Sae kita harus bersiap pergi" ujar (name) menghentikan aktivitas Sae.
 
“maka dari itu kita lakukan sebelum pergi" Jawabnya santai. “aku janji ini tidak akan lama" lanjutnya.
 
***
 
Mobil hitam milik Sae terparkir di depan rumah yang terlihat sederhana. Rumah tersebut terlihat asri dengan tanaman-tanaman hijau menghiasi pekarangan rumah tersebut. Sae dan istrinya keluar dari mobil. Sae langsung menggandeng tangan istrinya. Wanita itu berjalan sedikit tertatih-tatih karena ulah suaminya di pagi hari.
 
Sampai di depan pintu rumah tersebut (name) mengetuk pelan pintu tersebut. Tak lama pintu tersebut terbuka memperlihatkan seorang wanita bertubuh kurus dengan keriput di wajahnya. Ia adalah bibi Adella.
 
Wajah wanita itu berbinar ketika keponakan satu-satunya ini datang bersama suaminya. (Name) langsung memeluk Adella di ambang pintu.
 
“Ya ampun anak manja ini" ujar Adella terkekeh dan membalas pelukan (name).
 
“aku kangen bibi" ujar (Name) melepaskan pelukannya.
 
“iya, bibi juga" ujar Adella mengelus puncak rambut (name). “Ayo (name) dan Sae masuk dulu" lanjutnya membuka pintu lebar mempersilahkan keduanya masuk ke rumah miliknya.
 
“terima kasih bibi” ucap keduanya masuk bersama. Adella memperhatikan (name) berjalan agak tertatih-tatih.
 
“kamu kenapa berjalan seperti itu (name)?” tanya Adella. (Name) sedikit tertegun dan menjawab, “keseleo saat mau berangkat tadi bi"
 
“banyak tingkah ya kamu" Adella terkekeh dan kembali berjalan membawa kedua pasutri itu ke ruang tamu. Ketiganya berbincang hangat di ruang tamu ditemani oleh secangkir teh dan kopi. Lalu setelah perbincangan hangat ketiganya Sae dan (name) pamit untuk pergi lagi.
 
Sebelum pergi Adella memberikan sebuah tanaman di pot kecil untuk (name). Ia memberikannya sebagai hadiah kecil karena telah mengunjungi dirinya hari ini.

Sae dan (name) lalu masuk ke dalam mobil. Sae melajukan mobilnya dan membelah jalanan. Perjalanan keduanya cukup lama dan jauh.
 
Setibanya di tempat tujuan keduanya turun dari mobil. (Name) turun dengan membawa satu buket bunga bakung dan satu lagi buket bunga tulip merah.

Mereka sampai di sebuah pemakaman umum. Sae menggandeng (name) berjalan. Mereka berjalan melewati beberapa makam dan sampailah mereka di sebuah makam. Pemilik makamnya ialah Andres. Yang mana saat hari pemakamannya (name) tak hadir. Karena saat pemakaman ayah dan ibunya ia sedang dirawat dengan kondisi kritis. Ia tahu kematian Ayah dan Ibunya setelah beberapa hari kepulihannya. Sejak saat itu ia menjadi rutin setiap bulan mendatangi makam Ayah dan Ibunya. Namun semenjak pindah Ia sangat jarang kesini.

(Name) menaruh bunga bakung tersebut di atas makam ayahnya. Bunga bakung sendiri adalah bunga yang selalu ia bawa untuk Ayahnya. Ibunya akan selalu ia beri bunga tulip merah.
 
“Halo Ayah, selamat ulang tahun” tutur (name) tersenyum.
 
“selamat ulang tahun" ucap Sae.
 
Benar saja hari ini adalah hari ulang tahun Andres. (Name) mengelus pelan nisan milik ayahnya tersebut. Lalu kedua pasutri itu memanjatkan doa untuk Ayahnya. Setelahnya (Name) menyapa makam ayahnya dan sedikit bercerita tentang beberapa hal yang terjadi. Ia juga memperkenalkan Sae sebagai suaminya. Walau ia tahu ia hanya berbicara pada makam tapi ia harap Ayahnya dapat mendengar suaranya di alam sana.

"(Name) sudah bahagian Ayah, (name) jiha sangat bahagian memiliki Sae" tuturnya. Sae tersenyum dan mengelus kepala (name).
 
Tak lupa setelah ia menyapa makam ayahnya ia menghampiri juga makam ibunya. Tidak jauh-jauh makamnya terletak bersebelahan dengan makam ayahnya. Ia melakukan hal yang sama pada makam ibunya seperti ayahnya.
 
Setelah selesai dengan urusan mereka (name) dan Sae kembali ke rumah. Sae kembali menggandeng istrinya dan membawanya kembali ke mobil.

Selama perjalanan pulang istrinya terlelap di mobil sambil memegangi pot kecil itu ditangannya. Sae yang melihatnya menatap lucu apalagi dengan mulutnya yang terbuka. Ia ingin sekali memotret komuk istrinya ini. Lalu ia akan menjahili istrinya dengan menunjukan foto komuk istrinya.

Sae terkekeh melihat kepala istrinya yang yang berusaha tidur tegak. Kepalanya terus miring-miring ke samping. Lalu ia akan tersentak dan mengubah posisinya dan menutup mulutnya rapat-rapat.

"Lucu" ucapnya menepuk-nepuk pelan pundak wanitanya dengan satu tangan.

TBC

Min, 19 nov 2023

PERFECT FAMILY [SAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang