○ eight : Muntah

121 14 0
                                    

Cahaya masuk menembus sebuah gorden putih di sebuah kamar. Kamar seluas 4x6 meter yang semulanya gelap kini menjadi lebih terang akibat cahaya yang masuk. Wanita yang sedari tadi tidur menggeliat karena tak nyaman. Kelopak mata yang terpejam perlahan terbuka sebab terganggu dengan cahaya yang masuk. Dibukanya kelopak matanya memperlihatkan atap putih. Ia terdiam menatap atap putih tersebut sebelum mengangkat tubuhnya untuk bangkit dari kasur. Namun tubuhnya yang masih terlalu lemas dan terasa berat untuk bangun membuatnya bertahan untuk berlama-lama di atas kasur. Karena masih enggan untuk bangun ia kembali menutup kelopak matanya. Matanya yang terpejam perlahan mulai memasuki kembali dunia mimpi. Namun alarm yang berbunyi mengganggu tidurnya.

Diana datang masuk dengan mengetuk pintu. "Izin masuk, Nyonya" hanya dibalas deheman keras oleh wanita tersebut. Pintu kamarnya terbuka membuat cahaya dari luar kamar masuk ke dalam kamar. Ia yang semakin terganggu akhirnya membuka matanya lebar. Ia bangkit perlahan dari kasurnya, lalu mematikan alarm.

"Apa Anda ingin saya siapkan air hangat untuk mandi?" Tanya Diana dibalas anggukan (name). (Name) yang duduk di ujung kasur sedang terdiam mengumpulkan nyawanya. Ketika ia berdiri ia merasa pusing. Ia memijit kepalanya mencoba menahan rasa pusing yang melandanya. Kakinya mulai melangkah namun ia mulai kehilangan keseimbangannya, agar ia tak kehilangan keseimbangannya ia berpegangan pada meja di sampingnya. Ia melihat ruangan berasa berputar. Ia memejamkan matanya agar tak merasa berputar-putar namun walau ia memejamkan matanya ia merasa di ombang-ambing.

"Nyonya!, Apa Anda perlu bantuan?" (name) membuka matanya melihat Diana sudah berada di depannya. (Name) mengangguk, Diana membantu (name) dengan menahan tubuhnya ketika berjalan agar tidak terjatuh.

Setelah mandi, (name) turun ke ruang makan bersama Diana. Sesampainya di ruang makan sudah tersaji sup ayam hangat, nasi, buah-buahan juga susu. Ia duduk di kursinya dan memandangi makanan-makanan tersebut.

"Nyonya, silakan dimakan" ujar Diana. Ia merasa tidak begitu nafsu saat melihat makanan yang tersaji. Rasanya perutnya sedang tidak ingin diisi apa pun. Ditambah lagi perutnya sedari tadi terasa tidak nyaman.

"Apa Anda tidak suka makanannya, Nyonya? Saya akan memasak makanan lain yang Anda inginkan jika Anda tidak suka.." (name) menggeleng. Ia merasa gejolak tidak enak dari perutnya. Kepalanya terasa berat dan ruangan terasa berputar.

Ia merasa sesuatu cairan dari dalam perutnya naik ke tenggorokannya. Namun karena ia menahannya cairan tersebut kembali turun. Gejolak aneh pun kembali terasa lalu tubuhnya memberikan refleks mengeluarkan isi perutnya dari jalur esofagus. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. (Name) langsung berlari menuju toilet. Ia memuntahkan semua yang tertahan di mulutnya ke dalam kloset. Ia terus mengeluarkan isi perutnya.

Diana datang dan membantunya. Selesai muntah-muntah Diana membawa (name) duduk bersandar di kursi dapur. Diana memberikan segelas air putih kepada (name) agar lebih membaik.

***

Siang ini tubuhnya menjadi lebih baik setelah ia muntah-muntah pagi ini. Jika sebelumnya pagi ini ia merasa begitu lemas di tambah kepalanya yang terus terasa berputar. Saat ini tubuhnya sudah lebih bertenaga setelah makan siang walau porsinya sedikit. Juga pagi ini ia sempat melewati sarapan karena tidak begitu nafsu. Saat ini suhu tubuhnya sudah tidak panas lagi.

(Name) kini sedang berkutat dengan sebuah laptop. Ia sedang membuat naskah sebuah buku untuk ia kirim kepada penerbit. Ini memang salah satu hal biasa ia lakukan sebagai seorang penulis. (Name) juga sering membuat berita-berita daring, namun membuat berita hanya biasa dia lakukan saat kuliah saja kalau sekarang ia sudah jarang sekali.

Tangan lentiknya dengan lihai ia mengetik naskahnya di laptop. Sepuluh jari-jemarinya terlihat seperti menari-nari di atas keyboard. Suasananya yang tenang membuat pikirannya menjadi lancar untuk menulis. Terdengar suara pesan masuk dari ponsel genggam miliknya. Ia melirik ke arah ponselnya, sebuah pesan dari Sae. Dengan cepat ia membuka pesan tersebut.

Wanita itu langsung melempar asal ponsel genggam miliknya di atas kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu langsung melempar asal ponsel genggam miliknya di atas kasur. Ia mendengus kesal, setelah ini ia berniat ingin perang dingin dengan Sae.

"Awas aja ya, kalau pulang nanti, aku bakalan cuekin, nanti kalau dia ajak ngobrol, aku bakal diam" Ucapnya bermonolog sendiri. Ia mendengus dan kembali melanjutkan naskahnya. Ketika ia ingin mengetik ia terdiam.

"Tuh kan!, gara-gara Sae aku lupa mau tulis apa di bagian ini!"

***

Akhirnya setelah beberapa hari Sae kembali pulang. Mobil hitam miliknya kembali terparkir di pekarangan rumah mereka. Sae sampai rumah ketika langit sudah mulai terbenam. Sae yang baru turun dari mobil dan mengeluarkan barang bawaannya langsung di serbu oleh (name). (Name) memeluk tubuh Sae dengan erat.

I miss you, love” ujar (name) mengecup pipi Sae. Padahal, sebelumnya ia sudah berencana untuk bersikap dingin jika suaminya pulang ke rumah. Ia sepertinya telah melupakannya dalam waktu semalam.

“Bukannya kemarin ngambek?" singgung Sae. (Name) menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.

“Ayo masuk" (Name) menarik Sae masuk ke dalam rumah. Pintu terbuka di dalam sudah ada Diana juga yang berdiri menyambut, mengucapkan selamat datang kembali.

“Bi Diana terima kasih telah menjaga istriku, Pasti kerepotan" ucap Sae berterima kasih kepada Diana.

“Terima kasih kembali Tuan, dan juga menjaga Nyonya tidak merepotkan" jawab Diana. “Tuh kan Sae, memangnya aku anak kecil" ujar (name) menyikut pinggang suaminya karena tersinggung di bilang merepotkan.

“yes i know, Darling” Balas Sae, “padahal banyak tingkah begitu" gumamnya.

“Sudahlah sana pergi mandi dan bersiap lalu kita akan makan malam" ujar (name) mendorong tubuh suaminya. “Iya” Sae lalu berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya di atas. Ia melempar tas besar yang ia bawa ke salah satu arm chair di kamarnya. Ia juga merebahkan dirinya di arm chair lainya yang ibatasi satu meja pendek. Ia berniat beristirahat sejenak setelah perjalanan yang cukup memakan waktu. Ia menatap pintu kaca besar di hadapannya yang langsung menghubungkan dengan balkon. Gordennya tak di menutup kaca bening tersebut memperlihatkan pemandangan luar. Pemandangan di luar memperlihatkan sebuah rumah lainnya yang berpenghuni namun sekarang lampunya rumahnya bercahaya. Sae mengernyit. Ia berdiri dan berjalan menuju pintu kaca dan membuka pintu tersebut.

“apa sudah ada penghuninya?” gumamnya bermonolog sendiri. Sebuah mobil lewat dan berhenti di depan rumah yang dikiranya kosong. Di depan rumah itu keluarlah seorang wanita dari dalam mobil. Sae mengerjap merasa wanita yang turun dari mobil itu mirip dengan seseorang.

"Mirip dengannya" gumamnya lagi bermonolog sendiri. Lalu (Name) datang membuka pintu kamar. Ia melihat pintu kaca tersebut terbuka.

“Sae? Kamu di balkon?” (name) berjalan menuju balkon melihat suaminya yang memerhatikan sebuah rumah.

“Sedang apa?” Tanya (name) menepuk pundak Sae. “Ah, aku hanya melihat rumah di depan. Apa ada penghuninya?”

“Oh, Ada. Sepupuku dari pihak ayahku baru saja pindah rumah kesini bersama istri dan anaknya"

"Oh begitu"

"Kenapa memangnya Sae?"

TBC

Minggu, 10 Desember 2023. 13:13

PERFECT FAMILY [SAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang