○ seven : Hujan

118 16 1
                                    

Seorang wanita berdiri di depan teras rumahnya yang bergaya modern klasik. Ia adalah (name), yang sedang menunggu sang suami pulang. Ditemani segelas teh hangat di tangannya sambil merasakan angin sore.

Wanita itu menaruh gelas teh miliknya di atas meja di dekatnya. Ia berjalan melewati teras dan mendongak menatap langit. Awan terlihat gelap dan menutupi matahari sore. Awan-awan yang sudah tidak kuat menahan beban menurunkan rintik-rintik air yang ditanggungnya. Setiap tetesan terjatuh semakin deras. Tetes-tetes air yang menyatu dengan tanah menciptakan aroma yang hangat-petrichor. Suara tetes air bagai melodi di pendengaran (name). Aromanya sejuk, dan nyaman bagai aroma terapi di hidung (name).

Ia mengulur kan tangannya merasakan setiap tetes yang jatuh mengenai telapak tangannya. Sambil memandangi setiap tetes air yang jatuh dari langit terbesit di pikirannya untuk bermain dengan hujan. Ia menyeringai tipis. Kakinya melangkah maju membiarkan tubuhnya basah terkena rintik hujan. Merasakan setiap tetes yang jatuh ditubuhnya.

Wanita itu berlari tanpa alas kaki menginjak-injak air yang menggenang sambil melompat-lompat seperti anak kecil. Ia mulai menendang-nendang air yang menggenang di rerumputan depan rumahnya.

Tak peduli dengan suara petir yang sesekali menggelegar wanita ini masih terus bermain dengan air-air yang jatuh. Hingga mobil hitam mewah Sae masuk ke pekarangan rumah. Sae yang baru sampai dan memarkirkan mobilnya mendelik terkejut melihat (name). Sae keluar dengan payung biru ditangannya. Sae memicing kan matanya melihat (name) yang bermain genangan air tanpa alas kaki, dan tubuhnya benar-benar basah kuyup.

Sadar akan kedatangan Sae (name) langsung berteriak memanggil suaminya,
"Sae!" teriak (name) memanggil nama suaminya sambil melambai-lambai kan tangan ke atas. Sae buru-buru mengambil payung di belakang jok mobilnya dan keluar dari mobil. Sae berlari mendekat langsung menarik lengan (name) membawanya ke dalam payung yang ia genggam.

"Kau ini sedang apa? kau bisa sakit, kenapa malah main hujan" mata Sae memicing tajam menatap (name). Wanita itu malah menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"aku tidak akan kenapa-kenapa" (name) melepas genggaman tangan Sae darinya. Wanita tersebut kembali berlari sambil tertawa.

"(name)!"

"tangkap aku kalau bisa Sae" (name) menjulurkan lidahnya meledek Sae. Sae hanya menggelengkan kepalanya. Lalu (Name) menendang air yang menggenang hingga terciprat ke wajah Sae. Gadis itu terkikik sambil terus melancarkan aksinya. Merasa jengkel dengan tingkah (name) Sae mengejar wanitanya. Lalu terjadilah aksi kejar-kejaran.

"Sae masa pakai payung! Hujan-hujanan dong kayak aku!" Protes (name). Sae hanya memutar bola matanya malas.

"Sae lelet mengejar diriku saja tidak bisa" (name) kembali menjulurkan lidahnya lagi mengejek. Wanita itu tergelak melihat wajah dongkol Sae kepadanya.

"Huh?, Kau mengejekku" Sae menyeringai. Sae berlari cepat menangkap lengan wanitanya menariknya dalam dekapannya.

"aku menangkapmu, jadi berhenti bermainnya" ujar Sae menatap (name) intens. (name) menggeleng tidak mau mengakhiri permainannya.

"aku tidak mau" ujar wanita itu dengan mengembungkan pipi, membuat Sae ingin tertawa gemas. Bisa-bisanya (name) masih mau bermain sementara tubuhnya sudah menggigil. Sae melepaskan dekapannya dan meminta (name) memegangi payungnya itu. Ia melepas jaket yang tengah dipakai olehnya. Ia langsung memakaikannya kepada (name).

"padahal sudah menggigil kayak begitu masih saja mau main" Ujar Sae mengangkat tubuh (name). Sae menggendong tubuh (name) ala bridal style.

PERFECT FAMILY [SAE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang