Bab 4 ( teman pertama )

3.7K 188 25
                                    

🔪

Libur akhir semester pun sudah ia lewati dengan kegiatan berdagang sekaligus mengumpulkan uang tabungan untuk membantu sang ibu.

Dan sekarang merupakan masa ajaran baru kelas sebelas di SMA Premier Global. Dengan antusiasnya, ia menyiapkan seragam sekolah, sepatu, dan tas dengan segala perlengkapannya. Ia akan menjalankan peraturan basic disekolahnya, yakni tidak boleh terlambat.

"Aku harus siapin sarapan pagi untuk ibu" gumamnya sambil berlari kecil sembari mengancing seragam sekolahnya.


"Des, makananmu sudah siap nakk ayo sarapan" ucap sang ibu dari arah dapur.

"Lho ibu.. kenapa ibu yang masak sih? biar Desvia aja sini."

"Gak apa sayang. Duduk sana. Dimakan uhuk! itu nasinya."

Desvia pun menurut. Keliatannya sang ibu tidak mau dibantah. Ia duduk seraya memperhatikan ibunya. Namun setelah beberapa menit berlalu, ia rasa seperti ada yang tak beres. Berulang kali ia melihat sang ibu memegang keningnya dan terbatuk.

Ia pun segera menghampiri sang ibu yang sedang berdiri didepan kompor.

Alangkah terkejutnya ia melihat ibunya yang masih pucat dan lemas sudah memasak makanannya untuk sarapan. Didapur, sang ibu memegang dadanya sesekali batuk hinggal mengeluarkan tetesan darah dari mulutnya.

"Ibu, kan udah aku bilang ibu istirahat aja. Ibu masih sakit, jangan dipaksa bu.." ucap Desvia panik menuntun sang ibu yang berdiri gelempangan.

"Ibu hanya ingin menyiapkan sarapan untuk pertama kalinya. Uhuk! nanti kalau kamu masak malah berantakan.."

Desvia hanya bisa tersenyum tulus. Ia sungguh terharu. Pengorbanan sang ibu itu sungguh luar biasa. Disaat ibunya sedang lemas begini, ia tetap memasakkan makanan untuknya.

Pada akhirnya mereka pun makan bersama. Desvia berbicara dan memberitahukan sang ibu betapa indahnya sekolah barunya nanti. Sesekali sang ibu terkekeh tipis mendengar ocehan dari bibir putrinya.

***

Menit demi menit, Desvia sudah selesai dengan sarapannya. Begitu juga ibunya. Ia hendak berangkat kesekolah dan tidak lupa mencium tangan sang ibu.

"Ibu, aku sudah selesai. Aku berangkat dulu yaa. Ibu gak boleh kemana-mana dan istirahat aja.Oke?"

Ibunya mengangguk "Iya, hati hati nak."

Ia melambaikan pada Desvia hingga dirinya sudah hampir tak nampak dari pandangannya.

Desvia berangkat dengan berjalan kaki dari rumahnya, lalu berhenti di pemberhentian bus untuk menaiki bus untuk kesekolah. Ia bersenandung ria saat melewati jalanan dengan udara pagi yang masih segar. Sesekali tersenyum kepada orang-orang lewat yang ada di kampung halamannya.

Setelah sampai di halte, dengan segera dirinya menduduki kursi yang tersedia. Menolehkan kepalanya kesana kemari guna menunggu bus yang akan datang.

Sudah tiga puluh menit lamanya, namun tak ada tanda-tanda bus datang di jalanan ini. Ia memutuskan berdiri seraya berfikir untuk ke sekolah secepatnya.

"Aduh gimana nih, lama banget bis nya, kenapa sepi ya? tumben bgt.. apa aku jalan aja ya?"

Ia tak ingin terlambat, dengan segera ia memutuskan untuk berjalan kaki ke Sekolah. Namun, sebelum dia beranjak dari halte, ia bertemu dengan laki-laki yang menghampiri tepat didepannya.

Perfection Psychopath [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang