🔪
Gerbang bercat putih itu terlewat. Fauzan terus mengemudikan motornya ke dalam sebuah parkiran belakang yang benar-benar terlihat luas. Semua motor terlihat berjajar rapi.Nampaknya, semua siswa maupun siswi yang membawa sepeda motor, dapat mendisiplinkan dirinya untuk dapat mengatur jajaran atau barisan setiap bagian parkiran itu.
Desvia turun. Disaat masih melihat sekeliling parkiran untuk pertama kalinya, tiba-tiba Fauzan menuntunnya kedepan. Menarik tangan desvia sampai menuju ke koridor utama. Gadis itu lantas mengerjap terkejut atas perlakuan temannya ini.
Desvia berhenti diikuti Fauzan. Perlahan ia melepas pergelangan tangannya dari lelaki itu. Fauzan sendiri merasa tersinggung karena tiba-tiba saja gadis itu melepaskan genggamannya. Tapi Fauzan memaklumi itu, ia tau jika gadis ini belum begitu akrab dengannya.
"Eum, makasih banyak ya" ucap Desvia membuyarkan pandangan Fauzan dari tangannya.
"Ya sama sama. Apaan si? stop bilang makasih gak? capek gue dengernya. Santai aja kali. Ya udah gue mau duluan. Lo anak baru klo mau jalan-jalan dulu silahkan"
"Oke, makasih.." Desvia membungkukkan badannya sopan.
"Dah lah! capek gue." jawab Fauzan menyipitkan matanya seraya menunjuk gadis dihadapannya ini.
Desvia yang mendengar perkataan itu hanya tersenyum lebar. Karena dari tadi ia hanya berekspresi cemberut kaku, kini Fauzan yang baru melihat senyumannya pun langsung terpesona.
"busett senyumnya.. manis banget woi lah. ini anak siapa si??"
Desvia yang merasa diperhatikan, dia melihat ke belakang, siapa tahu kalau Fauzan melihat ke belakang bukan ke dirinya.
"Hei, Haloo.. katanya mau pergi duluan?"
Desvia mengibaskan kedua tangannya tepat di depan wajah Fauzan. Lama-kelamaan, laki-laki ini pun sadar.
"Ck iya ini otw. Tadi dibelakang lu ada cacing"
Mendengar itu. Desvia melotot panik. Ia berjengkit dan melompat melihat ke arah kakinya sendiri.
"H-hah? dimana cacing? dimana?"
"Tapi boong! Yahaha! " lelaki itu tertawa renyah dan pergi begitu saja "Ceilah takut sama cacing."
Sementara Desvia hanya bisa mendengus kasar menatap punggung Fauzan yang semakin menjauh. Lagipula tidak ada gunanya dia berteriak marah lagipun ia sudah langsung melarikan diri.
"Nyebelin tapi gak papa." ujarnya.
Ia merubah ekspresi kesalnya itu dengan kekehan kecil kala Fauzan hilang dari penglihatannya. Ia tidak boleh marah. Karena meski begitu, ia merasa bahwa ia sudah memiliki teman baik disekolah. Teman pertamanya.
"Aish kelasku disebelah mana? Fauzan kelas berapa ya? kenapa tadi gak nanya dia sih? huh gak kepikiran." Desvia menepuk jidatnya tiga kali.
***
Mau tak mau, secara mandiri Desvia harus mencari kelasnya sendiri. Tau kan jika anak introvert bagaimana? Ya. Jika masih bisa berusaha, untuk apa bertanya. Sekalian pula ia melihat suasana dan pemandangan disekolahnya. Senyumnya tak pernah luput dari sesiapapun yang lewat di depannya.
Ia sudah memasuki lorong pertama disekolahnya. Melihat objek-objek menjulang tinggi disekitarnya, sungguh hati kecilnya sangat merasa sangat rendah berada disini. Ya, sekolahnya yang baru ini sangat mewah sekaligus istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection Psychopath [Revisi]
General FictionKisah (Desvia Rosselyn Putri) gadis desa yang baru saja pindah di Sekolah SMA ternama, bertemu dengan pria yang terbilang tampan dan sempurna, yang rupanya psikopat (Movres Rafandra Rakha). Kehadiran lelaki itu membuat Desvia dilanda huru-hara dihia...