💐4. Bian

107 50 60
                                    

10:15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10:15..
Bel istirahat berbunyi.

"Kantin, yuk!" Serius, dia mengajakku ke kantin?

"Nggak ah, aku mau lanjut ngerangkum aja."

"Oke kalau gitu, gue temenin."

Beberapa saat kemudian..

"Gue ke toilet dulu, ya," ucapnya tiba-tiba.

"Toilet ya toilet aja kali, sok akrab banget! Baru juga kenal."

"Awas lu ya kemana-mana, di sini aja pokoknya," ucapnya kemudian pergi meninggalkan kelas.

Tanpa membuang waktu, aku segera menuju kantin, agar tidak terjebak terus bersama Bian.

Saat melewati koridor, aku bertemu Vania. "Eh Ze, tumben keluar pas istirahat, biasanya belajar terus di kelas."

"Stttt..." aku menaruh jari telunjuk ku di depan bibir Vania.

"Ada apa, sih, Ze? Kenapa celingukan gitu?"

"Ayo, ke kantin," ajakku, aku tidak mau nanti Bian itu tiba-tiba muncul dan ikut.

Sampai di kantin, Aku diajak bergabung bersama Vania dan teman-teman nya.

Aku tahu nama mereka, tapi mungkin mereka tidak mengetahui namaku. "Hai gaiss, kenalin ini Zea, sepupu gue," ucap Vania pada teman-temannya.

Gadis berambut cokelat panjang itu namanya Via. Kemudian disebelahnya gadis yang memakai pernak-pernik serba pink itu, bernama Innes. Sedangkan, yang memakai jaket kulit warna hitam, namanya Irene.

"Hai, gue Via. Ini ines dan yang ini Irene," ucap Via dengan riang dan semangat saat memperkenalkan teman-temannya.

"Hai semua, aku Zea."

"Oh, iya, jadi kalian pada mau pesen apa?" Tanya Vania.

"Gue somay aja Van, tapi kol nya aja, terus saosnya dikit ya, soalnya lagi diet hehe," ucap gadis bernama Via.

"Okeyy, kalo kalian?"

"Gue bakso Van," ucap Innes.

"Gue juga deh, samain," lanjut Irene mengikuti pesanan Innes.

"Kalo lo, Ze?"

"Es jeruk aja, Van."

Setelah menunggu lama, pesanan kami pun datang. "Nih Ze, es jeruk lo." Vania memberikan es jeruk untuk ku. Tapi, saat tanganku belum meraihnya, tiba-tiba Bian datang merebut es jeruk tersebut.

"Sini, biar gue aja yang kasih minuman ini ke pacar gue."

"ish Bian, balikin!" Aku berusaha meraih es itu namun tinggiku tidak setara dengan Bian, sedangkan bocah laki-laki itu terus mengangkat es jerukku setinggi mungkin.

"Eits, minta maaf dulu karena lo udah ninggalin gue tadi."

"Ssttt Ze, ikut gue bentar." Tanganku segera ditarik oleh Vania, dia membawa ku sedikit menjauh dari meja, untuk berbicara berdua saja.

Surat untuk Bian [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang