💐6. Makan sama Bian?

112 59 249
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di jam setengah tujuh malam kami masih dalam perjalanan, "Ze, lo laper ngga?" tanya Bian tiba-tiba.

"Hah?!" Maaf, aku sama sekali tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang Bian katakan.

"Lo laper ngg--"

"Laper!" ucapku memotong kalimatnya.

"Buset lo, gue udah teriak-teriak, lo jawabnya lemes kayak belum makan seminggu!"

Kami berhenti di salah satu restoran Thailand. Aku belum pernah makan makanan Thailand sebelumnya.

"Bian? Kok makan di sini, sih?"

"Sawadikap nanonaha?" Dia malah menjawab dengan sok berbahasa Thailand yang aku yakin, dia pun tidak tahu artinya.

"Ih Bian, bisa serius dikit gak, sih?!"

"Eh, jadi mau diseriusin kapan, nih?"

"Bian!"

"Hahah, lucu deh kalo liat lo marah gini, jadi gemesh gue sama lo." Dia malah tertawa, sambil mencubit pipiku.

"Gue pengen cobain makan makanan Thailand. Lo mau?"

"Ngikut."

"Ngikut calon imam kan?"

"Bian, ih!"

Kami memasuki restoran tersebut, dan duduk di salah satu meja. Kemudian, pelayan datang memberikan daftar menu.

"Bian, ini bacanya apa sih?" tunjukku ke salah satu nama makanan yang susah di sebut.

"Oh ini, namanya Khanom Chin Nam Ya." jawabnya yang membuat aku melongo sendiri, sebenarnya itu makanan apa, sih?

"Gue yakin, lo ga nyaman. Pindah aja yuk, milih menu aja lama banget. Kasian, keburu lo laper. Gue gak suka liat anak orang kelaperan."

Dengan sigap, Bian menarik tanganku. Alhasil, kami tidak jadi makan di sini. Akhirnya, kami memutuskan makan di warung Ikan nila bakar yang ada di seberang jalan restoran tadi.

Saat akan menyebrang jalanan yang ramai, Bian menggandeng tanganku. "Pegang tangan gue sini, gue takutnya nanti lo ilang," titahnya.

Setelah sampai di warungnya, Bian menarik salah satu kursi untukku.

"Pak, nila bakar nya dua, ya!" teriak Bian ke tukang ikan bakar.

"Siap, Mas."

Sambil menunggu, aku ingin menanyakan sesuatu padanya.

"Bian, kata bude Sum kan, kamu sering beli bunga tuh, buat siapa?" Eits, kalian jangan pikir aku cemburu, ya! Aku hanya penasaran saja kok.

"Kenapa? Lo cemburu? Udah mulai suka, ya, sama gue?" tanya nya sambil senyum-senyum.

Surat untuk Bian [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang