Halaman Enam

7 5 0
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ EPOCH ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Rupa taruna manohara adiratna. Tara dirgantara baswara di sana. Kaki jangkung tuan langkahkan, menuju puan nan hilang kesadaran lantaran dimabuk paras rupawan.

"Sial! Harus kah aku bersyukur atau mengaduh?"

Satria beri padanya puspa senada warna matanya. Sebegitu indah, higanbana merah merekah. Arkian, sanubari puan paripurna kegelisahan.

"Apakah Bonten sudah menyadari?"

Tiada kata Rindou beri padanya, (Name) bertanya. "Higanbana? Kupikir kau akan memberiku mawar merah."

"Kau tidak suka?"

"Tentu saja higanbana indah, tapi ...."

Memangnya ada persona tiada mengetahui makna dari indahnya higanbana? Pastinya tiada. Pemuda bersurai dwiwarna tentu menyadari jua.

"Kau tau, aku suka kematian. Maka aku memberimu higanbana."

"Kau suka kematian, tapi aku suka kehidupan. Seharusnya kau bawakan dandelion."

"Dandelion terlalu biasa disukai. Aku tidak menyukai yang biasa orang-orang sukai."

"Terserahlah. Ambil kembali."

(Name) menyerahkan higanbana yang Rindou berikan. Merinding badannya memandang rupa semerah darah. Tiada penyangkalan akan keindahannya, tapi persona mana menyukainya?

Satria memandang kusuma terdiam. "Sayangku kecewa?"

Rindou menundukkan raga, menyejajarkan tingginya dengan dayita. Diraihnya dagu (Name) seraya telunjuknya usap labium merah muda.

"Boleh kucium?"

"Perlu kujawab?"

Rindou tersenyum. Dia tidak butuh persetujuan untuk mencium. Dari semula taruna menyelamatkannya, (Name) menebus dengan tubuhnya. Kini segala miliknya, dimiliki Rindou jua.

‧͙⁺˚*・༓☾ EPOCH ☽༓・*˚⁺‧͙

❝Rin, kau sungguh
mencintaiku atau hanya
menginginkan tubuhku?❞

❝Perlu kukatakan seribu kali
aku mencintaimu?❞

❝Ya, aku ingin
mendengarnya seribu kali.❞

❝Mendekat lah. Biar
kubisikkan di telingamu.❞

▂▃▄▅▆▇█▓▒░ tbc ░▒▓█▇▆▅▄▃▂

Epoch | Haitani RindouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang