Halaman Nan Disisihkan

11 4 0
                                    

☆࿐ཽ༵༆༒♥♡∞♡♥༒༆࿐ཽ༵

Ceritera kala tuan pula puan beriringan jalan kendati recaka dalam
dunia tipu daya.

❦☐❦

"Terima kasih." Puan menerbitkan senyuman nan manohara tuan. "Terima kasih lantaran mengatakan namaku menawan." Senyuman puan kembangkan, kian memabukkan tuan.

"Aku bisa memuji namamu saban hari jika kau mau."

"Tidak perlu, Tuanku." Puan tertawa ringan. "Hanya ... ibuku katakan namaku dicipta asal-asalan. Namun, kau begitu gembira menyebutkannya."

"Karena namamu dikara di telingaku." Nayanika taruna memandang kaya damba. "Aku bisa menyebutkannya satu juta kali tanpa jemu."

"Sungguhan, Tuanku?" Alunan suara puan mengundang rangsangan.

Sepasang dayita saling merapatkan daksa. Karantala keduanya meraba pula menggoda.

"Sungguhan, Sayangku." Tuan katakan kala durja mendekat, dahi melekat.

Tiada bena ananta mala, tuan pun puan merasa rajaswala. Lalu hanya suara saliva beradu mengisi sela anantara mereka berdua.

"Mmhhh~~"

Susupan, gigitan, mulanya perlahan, cupangan serampangan kemudian. Gesekan dan remasan arkian memicu desahan. Tuan pun puan mengindahkan bisikan setan.

Peringatan Sanzu Haruchiyo melewati pendengaran Haitani Rindou.

"Bukankah Sanzu berkali-kali memperingatkanmu? Kiranya kau menyepelekannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukankah Sanzu berkali-kali memperingatkanmu? Kiranya kau menyepelekannya."

Tuan wirawan memandang enggan rekan bersurai panjang. "Aku tau apa yang kulakukan." Kepulan cerutu tuan embuskan, lalu disambungkannya perkataan. "Urusi dirimu sendiri, Koko."

Senyuman ejekan Hajime Kokonoi pamerkan. "Kau terlalu percaya diri, Rindou."

"Apa yang dikatakan Koko ada benarnya."

Nayanika satria nyalang memandang.

"Kau terlampau lena akan kepuasan ranjang yang diberikan wanita itu, Rindou."

Kakucho Hitto yang biasa diam, ikutan menilai tindakannya serampangan.

"Haha." Hajime Kokonoi mengeluarkan tawa mendapati tampang masam Haitani Rindou.

Tuan menyuarakan decakan, umpatan kemudian. "Sialan." Tiada lagi yang meyakini kesanggupan tuan.

Haruchiyo Sanzu dari mula memperingatkan. Satu kali dalam satu hari. Tiba satu pekan, hingga satu bulan, empat bulan kemudian. Seakan kesetiaan tuan diragukan.

Ningan, tuan bisa mengarifi. Lantaran rekannya sungguhan mengasihi Mikey. Hanya ... tiada bisa deklarasi diterimanya dari Ran Haitani. Persona yang kentara begitu mengenali dirinya melebihi dirinya sendiri, kemarin lusa meminjami Rindou Haitani buku 'Duka Baka Kama karya Inradhani'.

Epoch | Haitani RindouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang