Halaman Sembilan

7 3 0
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ EPOCH ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Ada ceritera fantasinya amerta. Ada ceritera liar imajinya. Ada ceritera amorfati paradigma. Ada ceritera antologi pelipur lara. Pula, ada ceritera deklarasi romansa harsa. Namun, tuan pun puan, ceritera karya karsa saya, tiada akhirnya bahagia.

Rahara jua satria tercerai-berai lalu selesai bukan perkara nimala pula candala. Cumbanarasa mereka berdua gembira. Maka, hanya Pencipta Semesta menimpalinya. Balasan disiapkan, yamaniloka belum tentu ditujukan, bisa jadi nirwana diberikan. Ya, andai saja mereka berdua mau memohon ampunan Tuhan.

"Kau datang, Rin."

(Name) mulanya berdiri termenung memandang mentari menghampiri peraduan. Jingga senja cakrawala memesona mata. Hingga kemudian entakan kaki jangkung Haitani Rindou memasuki pendengaran.

"Tentu saja. Karena kau yang meminta, Sayangku."

Suara taruna ramah pendengaran. Namun, sorot mata mengintimidasi puan. Senyuman Rindou mengerikan. Terang-terangan tatapan menyiratkan kebencian.

"Kau tidak menutupinya."

"Kau bilang ingin menyudahi sandiwara."

"Jadi, seperti itu asli rupamu, Tuan Haitani."

"Kau tau aku, (Name), atau ....

Perlu kah kupanggil Nona Detektif?"

"Dari mana kau menyadari?"

"Dari mula kau mengundangku ke dalam permainan."

"A-apa?"

Adiratna kehilangan kata-kata di tenggorokan. Tiada dia duga, Haitani Rindou benar-benar seorang sialan.

(Name) menatap tajam manik keunguan. "Kau, Haitani Bajingan Rindou."

"Lalu bagaimana denganmu, Jalang Sialan?"

"Kau yang menarikku ke ranjang."

"Lalu kenapa kau tidak melawan? Malah mendesah kenikmatan."

Adiratna kehilangan kata-kata kedua kalinya. Dia menyadari dosa besarnya. Rangsangan tuan memabukkan pun mencandukan. Rindou menerbangkan ke awang-awang tanpa sayap mengepakkan.

"Cukup. Berhenti, Rin. Jangan memperpanjang lima bulan."

"Ya, aku juga berencana mengakhiri, (Name)."

"Aku menyerah. Bukti kejahatan Bonten susah ditemukan."

"Lalu?"

"Selesai. Tidak ada lagi."

"Kau bercanda?" Satria tertawa geli. "Dengan keyakinan apa kau mengira aku akan melepaskan dirimu?"

"Sial."

(Name) suah memprediksi. Bonten lengkara begitu saja mengakhiri. Tidak ada jalan lain lagi.

"Membunuh atau dibunuh."

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ EPOCH ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

❝Rin, kakakmu kenapa?❞

❝Aniki kehilangan cintanya.❞

❝Apa kau juga akan
sebegitu menyedihkan
jika aku hilang?❞

❝Tidak. Tidak akan
kubiarkan kau hilang.❞

▂▃▄▅▆▇█▓▒░ tbc ░▒▓█▇▆▅▄▃▂

Epoch | Haitani RindouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang