lemonade

243 21 11
                                    

"Yak, semua barang selain alat tulis mohon dimasukkan ke tas!"

Uhh, tipe guru seperti ini umumnya dibenci murid, namun untungnya guru yang satu ini mengajar dengan becus - jadi pelajarannya dapat dicerna dengan baik.
Mafu menghela nafas kemudian membenarkan posisi kacamatanya yang melorot.
Walau disebut ujian dadakan, tetap harus dikerjakan dengan serius, makanya kehadiran pensil dan penghapus sangatlah penting!

'Pensil ada. Penghapus...'

'Hm?'

Mafu mengeluarkan semua isi dari tempat pensilnya, tapi tidak kunjung menemukan apa yang dia cari.
Penghapusnya hilang!
Atau mungkin ketinggalan di meja belajar saat ia menggambar kemarin.
Mengingat itu adalah penghapus satu-satunya, Mafu bertingkah dengan gelagat seperti orang depresi.

Tapi tak lama kemudian, Mafu merasakan punggungnya ditepuk oleh seseorang dari belakang.

"Oi."

"I-iya? Oh, Soraru-san...?"

"Ini, pakai dulu aja. Aku punya dua."

Malaikat.
Yang duduk di kursi belakangnya adalah Soraru, anak kelas lain memberi julukan 'pangeran' kepadanya (walau yang ia lakukan kebanyakan hanya tidur).
Entah apa yang membuat mereka bisa sekelas dan cukup dekat, tapi pokoknya Soraru memang orang yang baik, kok. Makanya Mafu suka!
Tapi... bagi seorang Mafu, agak ngelunjak kalau ia berharap Soraru bisa punya perasaan lebih kepadanya.

Yah, orang seperti Soraru perlu 'putri', bukan 'tukang kebun' seperti dirinya.

"Oi, mau ngga?"

"E-eh, iya, mau kok! Makasih Soraru-san..."

Ahh, bahkan penghapus yang diberikan kepada Mafu masih terbilang baru! Benar-benar seorang malaikat...
Usai mengoper kertas ujian, seisi kelas pun hening dan fokus pada pertanyaan yang tertera di kertas tersebut.
Mafu awalnya sangat percaya diri dan mampu menjawab pertanyaan yang ada dengan mudah.
Namun begitu membalik kertas soal, dirinya mematung.

'...apa rumusnya ya?'

Karena kepalanya sedang mumet, Mafu diam sejenak, toh anak-anak lain masih stuck mengerjakan halaman pertama.
Memainkan alat tulis untuk mengusir rasa bosan, pandangan Mafu tertuju pada penghapus yang Soraru pinjamkan tadi.
Seketika rasa penasaran muncul saat ia ingat akan sesuatu.

'Biasanya cewek-cewek nulis nama orang yang disuka di balik penghapus, 'kan? Soraru-san ngga mungkin begitu sih, dia 'kan orangnya logis...'

Mengintip sedikit, Mafu menemukan hiragana 'ma' muncul.

'Eh??? Ini beneran?? Soraru-san nulis nama orang yang disuka di penghapus?? Duh, tapi kalau kulihat sampai abis, nanti mereka ngga bakal bersatu! Tapi...'

Mafu terus menggeser, sampai tahu-tahu penghapus itu sudah tidak 'berbaju' lagi.
Tangan Mafu gemetar ketika membaca nama yang tertera di penghapus tersebut.

'Ini bohong, 'kan? Pasti cuma candaan, 'kan? Soraru-san... seorang Soraru-san...'

Buru-buru Mafu mengembalikan keadaan penghapus sesuai sedia kala, beruntung ini penghapus baru, jadi jejaknya tidak nampak.
Bukannya mengingat rumus, kepalanya makin pusing karena penghapus tersebut.
Namanya ditulis dengan rapih di atas permukaan penghapus putih tersebut, dan Mafu yakin betul kalau itu adalah tulisan Soraru.

'Mafumafu ♡ '

Mafu tidak tahu harus senang, sedih, kaget, atau takut nilai ujian hari ini terjun bebas.
Uh, mungkin ia harus tanya pada Soraru nanti...

popping soda °Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang